Ketika
kita membaca narasi Kitab Kisah Rasul, sungguh menakjubkan melihat perkembangan
kuantitas umat Yesus Sang Mesias dari hari ke hari dari bulan ke bulan.
Bayangkan saja tiba-tiba tiga ribu orang menerima pemberitaan rasul bahwa Yesus adalah Mesias (Kis 2:41) kemudian lima ribu orang (Kis 4:4), lalu tiga
ribu (Kis 4:41).
Hampir semua orang Kristen dan para pengkotbah Kristen
mengidam-idamkan situasi demikian terjadi dalam konteks modern. Maka
berbondong-bondonglah berbagai program KKR (kebaktian kebangunan rohani) dgelar
dibanyak tempat.
Namun jika kita jujur, dari sekian ribu orang yang menghadiri
sebuah kebaktian kebangunan rohani, berapa prosentasi orang Kristen dan non
Kristennya? Atau justru mayoritas orang Kristen yang datang dari gereja tertentu
yang datang? Apakah ukuran yang dipakai bahwa kebaktian kebangunan rohani
tersebut telah menyebabkan ratusan atau ribuan orang menerima ajaran Yesus
sementara mereka sendiri sudah terdaftar sebagai anggota gereja yang memuliakan Yesus?
Banyak yang mengabaikan saat membaca narasi Kitab Kisah Rasul khususnya
saat melaporkan jumlah pengikut Yesus yang semakin bertambah secara masif dan
spektakuler tersebut. Pertambahan secara kuantitatif tersebut tidak bisa
dilepaskan dari keberadaan jemaat Mesias sendiri yang dikatakan, “Dan mereka disukai semua orang” (Kis
2:47), kemudian dilaporkan, “Namun mereka
sangat dihormati orang banyak” (Kis 5:13).
Prasyarat pertambahan jemaat
bukan semata-mata pemberitaan Firman Tuhan secara verbal malalui kotbah atau
kegiatan-kegiatan semacam kebaktian kebangunan rohani yang kerap dilakukan oleh
gereja-gereja kontemporer dengan memakan biaya yang tidak sedikit. Prasyarat
penting untuk terjadinya pertambahan kualitatif jemaat erat kaitannya dengan
kehadiran (presence) jemaat dan peran sosial mereka yang mendatangkan manfaat
bagi masyarakat sekitarnya.
Terjadi transformasi sosial akibat perubahan
karakter dan perilaku sehingga membuat orang-orang yang belum percaya pada
ajaran Yesus menjadi menyukai, menyegani, menghormati. Apalah artinya
kehadiran sebuah komunitas Kristen dengan bangunan yang megah dibandingkan
bangunan sekitarnya namun umat Kristen ini tidak pernah berinteraksi sosial dan
membangun benteng komunikasi yang memisahkan diri mereka dengan lingkungannya? Sudahkah kita menjadi umat yang “disukai semua orang”
dan “dihormati orang banyak?”
No comments:
Post a Comment