https://stock.adobe.com
Hampir
semua orang yang pernah mengenyam pendidikan tentu mengenal nama Alexander
Agung, sekalipun belum tentu dapat menceritakan secara kronologis. Aleksander
III dari Makedonia, atau lebih dikenal dengan sebutan Aleksander Agung atau Megas Alexandros dalam bahasa Yunani (21
Juli 356 sM – 10 atau 11 Juni 323 sM), adalah anak dari Raja Philip II dari
Makedonia.
Aleksander
naik tahta sebagai raja pasca mangkatnya sang ayah pada 336 sM dan perlahan
namun pasti mulai menaklukan sebagian besar wilayah dunia yang dikenal pada
masanya. Gelar “Agung” (Megas)
setelah namanya menyatakan pengakuan baik atas kejeniusan militer maupun
kecakapan diplomatis Aleksander ketika berhadapan dengan bermacam ragam
masyarakat asli dari wilayah yang ditaklukkan.
Alexander
belajar filsafat Yunani mulai usia 14 tahun selama tiga tahun dari filsuf
terkemuka Aristoteles. Ini turut membentuk karakternya di masa depan. Aleksander
memiliki sejumlah prestasi dan reputasi sebagai penyebar budaya, bahasa, serta
pemikiran (filosofis) Yunani di sepanjang wilayah Asia Kecil, Mesir,
Mesopotomia hingga India, sekaligus sebagai penggerak awal dimulainya era yang
disebut sejarah dengan “Dunia Helenis (Hellenistic World)”.
Aleksander
Agung menyebarluaskan kebudayaan Yunani - termasuk di dalamnya bahasa Yunani ke
semua wilayah yang ditaklukannya. Hasilnya adalah, beberapa unsur yang berasal
dari Yunani digabung dalam bentuk yang bervariasi dengan unsur lain dari
peradaban daerah yang dikuasai, yang dikenal dengan Helenisme. Pada zaman
Helenistik, bangsa Makedonia, sepeninggal Aleksander Agung, melakukan
Helenisasi bangsa Syria, Yahudi, Mesir, Persia, Armenia dan sejumlah kelompok
etnik lain yang lebih kecil di sepanjang Timur Tengah dan Asia Tengah.
Sepeninggal
Raja Alexander Agung, kerajaan Yunani terpecah menjadi 4 bagian dipimpin oleh
para penerusnya (Diadochi): Asia
Kecil (diperintah oleh wangsa Antigonus), Makedonia (diperintah wangsa
Kasander), Mesir (diperintah wangsa Ptolemaus), dan Siria (diperintah wangsa
Seleukus).
Pada
mulanya Israel (Yehuda) menjadi bagian dari Mesir yang dipimpin Ptolemaus. Raja
Ptolemeus memberi toleransi kepada bangsa Yahudi untuk menjalankan ibadah
mereka, bahkan memerintahkan agar Kitab Suci TaNaKh diterjemahkan ke dalam
bahasa Yunani yang kelak disebut Septuaginta.
Namun
pada tahun 167 sM Raja Antiokhus IV Epifanes dari Siria menyerbu dan
menaklukkan Mesir, sehingga Israel (Yehuda) menjadi daerah kekuasaan Siria. Antiokhus
IV Epifanes mengampanyekan budaya Yunani sebagai budaya nasional, sehingga
semua tradisi, agama, dan budaya lokal dilarang, termasuk budaya dan agama
Yahudi. Dimulailah sebuah periode dimana bangsa Yahudi mengalami banyak penindasan,
mulai dari larangan beribadah Sabat, mempersembahkan kurban, melaksanakan
sunat, dan ketetapan ibadat lainnya. Barangsiapa yang melawan perintah raja
akan dihukum mati. Puncak kebuasan Antiokhus Epifanes terjadi ketika dia
meletakkan patung Zeus di atas mezbah Bait Suci.
Pada
tahun 165 sM bangsa Yahudi memberontak kepada Siria di bawah pimpinan imam
Matatias (Matisyahu) beserta kelima puteranya: Yohanes, Simon, Yudas (Yehudah),
Eleazar dan Yonatan (Yonason). Setelah Matatias meninggal, Yudas (Yehudah) yang
dikenal dengan nama Makabi menggantikan posisi ayahnya sebagai panglima perang.
Kata "Maccabaeus" adalah kata
Yunani untuk “Makabi” alias palu, namun orang Yahudi mengartikannya sebagai
singkatan dari empat huruf pertama dalam Keluaran 15:11 yaitu “mi kamoka baelim
YHWH?” yang berarti, "Siapakah yang seperti Engkau diantara para ilah ya
YHWH?" — yang diucapkan oleh Musa dan orang-orang setelah orang Mesir
tenggelam secara ajaib di Laut Teberau.
Pada
tahun 164 sM pasukan Yahudi di bawah pimpinan Yehudah Makabe berhasil merebut
kembali Yerusalem dan menahirkan Bait Suci. Benteng Antonius berhasil direbut.
Ketika hari sudah gelap menjelang malam, hendak dinyalakan api di menorah. Menurut
aturan Torah, api di Bait Suci hanya dapat dinyalakan dengan minyak zaitun
murni yang disiapkan secara khusus. Namun minyak yang tersisa hanya cukup untuk
dibakar selama satu hari, dan butuh delapan hari untuk menghasilkan minyak
murni baru.
Keajaiban
terjadi, saat menorah dinyalakan justru tetap menyala selama delapan hari. Peristiwa
ini diabadikan menjadikan perayaan Khanukah
alias Pentahbisan Bat Suci. Itulah sebabnya Khanukah berlangsung selama delapan
malam. Perayaan Khanukah dilaksanakan pada tanggal 25 bulan kesembilan (Kislew)
dan berlangsung selama delapan hari lamanya. Kisah kepahlawanan Yehudah Makabi
tertulis dalam Kitab II Makabi dan masuk dalam daftar kanon Kitab Suci yang dimiliki
umat Katolik.
Yesus
Sang Mesias dan Juruslamat kitapun tercatat dalam Yohanes 10:20-23 merayakan
Khanukah sebagaimana dikatakan: “Tidak lama kemudian tibalah hari raya
Pentahbisan Bait Tuhan di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus
berjalan-jalan di Bait Tuhan, di serambi Salomo”. Complete Jewish Bible menerjemahkan Yohanes 10:20-23 sbb, ”Then
came Hanukkah in Yerushalayim. It was winter and Yeshua was walking around
inside the temple area, in Shlomo’s Colonnade”
Apakah
orang Kristen perlu merayakan Khanukah? Jika dilihat dari konteks historisnya,
perayaan ini memang lebih dekat secara emosionil dengan bangsa Yahudi. Namun
karena Yesus Sang Juruslamat kitapun merayakan dan pada saat itulah beliaupun
menegaskan makna kehadiran-Nya sebagai Mesias saat orang-orang meminta
kepastian mengenai siapa diri-Nya (Yoh 10:25), maka perayaan ini relevan
dirayakan selain Natal 25 Desember.
Dengan
merayakan Khanukah, umat Kristiani menegaskan keyakinanya bahwa Yesus adalah
Mesias yang dijanjikan dalam TaNaKh. Dengan merayakan Natal 25 Desember, umat
Kristiani mengenang apa yang secara tradisional diyakini sebagai hari kelahiran
Yesus Sang Mesias sekalipun dalam teks Injil tidak menuliskan perihal penanggalannya.
Bagi
orang Yahudi, perayaan Khanukah disebut juga festival cahaya dan perayaan
keajaiban karena minyak yang senyatanya tersedia hanya cukup menyalakan untuk
sehari ternyata cukup sampai delapan hari.
Bukankah
kita selalu mendambakan keajaiban? Ketika kita mengalami kebangkrutan akut,
sakit penyakit yang merusak tubuh, kondisi keuangan yang rendah, tempat
pendidikan yang diimpikan dan masih banyak hal lagi yang dapat kita sebutkan
Melalui
perayaan Khanukah, kita berbagi sukacita dengan kemenangan sejarah yang dialami
bangsa Yahudi yang berhasil mengalahkan penjajah dan sekaligus menegaskan
posisi iman Kristiani bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan sekaligus
momentum memohonkan keajaiban dan intervensi Ilahi untuk menyentuh kehidupan
kita yang mungkin saat ini sedang dalam situasi sulit.
Keajaiban Tuhan tetap tersedia sebagaimana Tuhan tetap ada selamanya. Mazmur 77:14 berkata, אתה האל עשׂה פלא הודעת בעמים עזך - Attah ha El osheh pele, hoda’ta ba’amid uzeka (Engkaulah Tuhan yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa)
No comments:
Post a Comment