Mungkin tidak ada satu orang Kristenpun yang tidak akrab
dengan kata Haleluya. Kita semua telah mendengar kata ini
berulang-ulang dalam berbagai konteks. Haleluya
adalah yang berasal dari bahasa Ibrani Halelu-Yah, yang
kemudian diserap dalam bahasa Inggris menjadi Halelu-Jah.
Tetapi apakah arti kata ini dalam bahasa Ibrani?
הַלְלוּיָהּ
Kata Halelu-Yah (Mzm 150:6), sebenarnya
adalah dua kata Ibrani yang disatukan yaitu Halelu
(halel le) dan Yah. Kita menyebutnya kata
majemuk. Secara literal,
Halelu adalah ajakan
untuk memuji seseorang atau sesuatu, yang ditujukan kepada lebih dari satu
orang. Smentara, Yah adalah bentuk pendek dari YHWH (Yahweh). Keyakinan Yahudi
menyatakan bahwa nama ini terlalu suci untuk diucapkan sama sekali dan tidak
ada yang tahu cara mengucapkannya dengan benar.
Sekalipun nikud untuk YHWH adalah יְהוָה sehingga tidak diucapkan Yahweh melainkan Yehwah, namun hampir mayoritas para sarjana Kitab Suci dan berbagai kamus modern menyatakan bahwa nama Tuhan dalam Kitab Suci TaNaKh adalah YAHWEH, sebagaimana beberapa kutipan pernyataan berikut ini: "Rabbinical literature - the name Yahweh is considered the name proper" (Jewish Encylopaedia Vol IX, p. 162). Demikian pula dikatakan, "The true pronounciation of the name was never lost. Several early greek writers of the christian church testify that the name was pronounced Yahweh" (The Encylopaedia Judaica Vol VII, 1972:680)
Bahasa Ibrani asli tidak
menggunakan huruf vokal tetapi hanya huruf konsonan. Kebanyakan penerjemah,
baik Yahudi maupun Kristen, menggunakan kata LORD (Inggris), HERR (Belanda),
SENIOR (Latin), TUHAN (Indonesia) sebagai gantinya. Dalam tradisi Yahudi selama
berabad-abad orang mengacu pada nama Tuhan yang paling suci ini dengan hanya
menyebutnya sebagai Sang Nama
(HaShem)
atau kadang-kadang bahkan versi pengganti yang lebih kuno seperti “Yang Kudus, Terpujilah Dia” (HaKadosh Baruch
Hu).
Para pengikut Mesias
modern saat ini terbagi atas kelayakan terjemahan (Tuhan), beberapa lebih suka
untuk mengucapkan nama yang sebenarnya dan meyakini bahwa ini membuat iman lebih otentik dan asli,
sementara yang lain tetap dengan mengikuti tradisi yang dipelihara secara ketat oleh orang
Yahudi penganut
Yudaisme
atau juga Kekristenan arus utama dalam mengekspresikan pengabdian mereka.
Terlepas dari perdebatan
perihal boleh tidaknya menyebut nama Tuhan dan akurasi ejaan nama-Nya, kita harus
menegaskan keaslian dan karakter Israel yang sangat dibutuhkan dari doa-doa
modern kita tanpa melupakan keanggunan Tuhan Israel yang jauh lebih peduli
tentang hati kita daripada tentang tata bahasa kita.
Yesus
sudah mengajarkan kita untuk menghampiri Tuhan YHWH dengan sebutan Bapa, “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke
dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat
tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu” (Mat 6:6). Pengetahuan perihal nama Tuhan sama penting dan
berbanding lurus dengan sikap dan perilaku kita sebagai umat yang memanggil
nama-Nya
pembahasan menarik
ReplyDelete