Saat jatuh Hari Raya Shavuot (Pentakosta) dan ketika para murid-murid yang menantikan janji Bapa menerima kepenuhan Roh Kudus, maka bangkitlah Petrus Petrus menyampaikan midrash (kotbah, ajaran) kepada orang banyak yang hadir.
Dalam midrashnya, Rasul Petrus menyampaikan dua (2) pokok pesan sbb: Pertama, peristiwa pencurahan Roh yang terjadi saat itu bukanlah peristiwa biasa melainkan peristiwa penggenapan nubuat para nabi (Kis 2:15-21). Rasul Petrus mengutip Yoel 2:28-32 dan memberikan ulasan. Ini ciri tafsir Kitab Suci yang dinamakan “Drash” yaitu mencari ayat-ayat bukti untuk melandaskan kotbahnya. Kedua, Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam Kitab Para Nabi. Kebangkitan-Nya dari kematian menegaskan janji-janji yang terkandung dalam nubuatan (Kis 2:22-33).
Rasul Petrus kembali mengutip Kitab Mazmur 16:8-11 dan Mazmur 132:11, 2 Samuel 7:12-13 serta Mazmur 110:1. Dalam midrashnya, Rasul Petrus berulang kali menegaskan dengan kalimat, “tetapi Tuhan telah membangkitkan Dia…”(Kis 2:24) kemudian, “Yesus inilah yang dibangkitkan Tuhan” (Kis 2:32). Apa arti pernyataan ini? Bahwa inisiator kebangkitan adalah Bapa sendiri yaitu YHWH. Dialah sumber kebangkitan bagi Yesus Sang Mesias. Hal tersebut dapat disimak dalam bentuk kalimat dimana kalimat pertama pada ayat 24 menunjuk secara aktif Tuhan YHWH yang bertindak membangkitkan Yesus dan pada ayat 32 menunjuk secara pasif Yesus yang dibangkitkan Bapa. Hal ini penting untuk dipahami bahwa Yesus Sang Mesias sepenuhnya manusia sebagai perwujudan dari Sang Firman. Dalam keadaan yang sepenuhnya manusia, Dia bergantung pada Bapa-Nya. Dia tidak bangkit atas kehendak dan kuasa-Nya sendiri melainkan atas kuasa dan otoritas Bapa-Nya.
Dengan demikian, sebutan Kurios atau Adoni bagi Yesus Sang Mesias bermakna Dia adalah Penguasa atau Junjungan Agung yang dinantikan dalam nubuatan para nabi dan yang “Kekuriosan-Nya” diteguhkan melalui kematian dan kebangkitan-Nya dari maut. Yesus benar-benar Kurios atau Adoni yang telah mengalahkan maut atau kebinasaan. Dia bukan sekedar “Tuan” atau “Orang Yang Terhormat” namun Dia adalah “Yang telah mengatasi kebinasaan dan memiliki kehidupan sejati”. Demikianlah makna sebutan “Kurios” atau “Adoni” bagi Yesus.
Midrash Petrus ditutup dengan sebuah kesimpulan setelah mengutip Mazmur 110:1 dengan mengatakan, “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Tuhan (Elohim:Ibr/Theos:Yun) telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Junjungan Agung (Adon:Ibr/Kurios:Yun) dan Mesias (Mashiakh:Ibr/Chritos:Yun)." Pernyataan ini hendak menegaskan bahwa kematian dan kebangkitan Yesus Sang Mesias justru menegaskan nubuatan para nabi bahwa Yesus adalah Tuan atau Junjungan Agung dan Mesias yang telah ada sebelum segala sesuatu ada. Daud telah menyapa Yesus dalam Pra Ada-Nya dengan sebutan “Adoni” (Tuanku, Junjunganku).
Dan Daud menyampaikan sebuah penglihatan Ilahi bahwa YHWH Sang Bapa, telah menyapa Yesus, Junjungan Daud dan mengatakan, “Duduklah disebelah kanan-Ku, sampai kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu”. Penyebutan Yesus dengan “Kurios” atau “Adon” atau “Junjungan Agung” adalah untuk menegaskan hakikat diri-Nya sebagai Sang Firman yang setara, sehakikat, melekat dengan YHWH Bapa-Nya. Sebutan Theos atau Elohim hanya patut diberikan pada Bapa. Yesus tidak pernah disebut dengan Theos atau Elohim. Maka penyebutan Yesus dengan Tuhan (Elohim/Theos) adalah keliru dan mencederai keesaan YHWH dalam Ulangan 6:4. Yesus adalah Kurios, Adon atau “Junjungan Agung” atau “Tuan”.
Midrash Petrus berakhir dengan “keharuan” orang-orang yang mendengarnya dan mereka menyatakan diri untuk bertobat dan dibaptis. Keharuan yang dialami orang-orang muncul karena midrash Petrus menyentuh hati dan perasaan mereka akan suatu pengharapan Mesianis yaitu harapan akan datangnya Sang Mesias, Pembebas, Juruslamat yang dijanjikan dalam Kitab Para Nabi. Kematian dan kebangkitan Mesias meneguhkan berita nubuatan para nabi. Kematian dan kebangkitan Mesias menegaskan diri-Nya sebagai Kurios dan Christos atau sebagai “Junjungan Agung” dan “Mesias”.
Jika midrash Petrus mengarahkan pendengarnya untuk mempertuhan (membuat Yesus menjadi Elohim atau Theos) maka bukan keharuan yang terjadi melainkan kemarahan dan perajaman atas Petrus, karena itu menodai keesaan YHWH. Tidak ada ayat satupun dalam Torah yang mengatakan manusia menjadi Tuhan (Elohim/Theos) dan Yesus pun tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Justru Yesus mengatakan dalam Yohanes 14:1 sbb: "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Tuhan (Elohim/Theos), percayalah juga kepada-Ku” demikian pula dalam Yohanes 20:17 dikatakan: “Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Tuhan-Ku (Theos mou/Elohay) dan Tuhanmu (Theos humon/Elohekem)”.
Dalam perkembangan selanjutnya, Rasul Paul sangat dominan menggunakan sapaan Kurios (Junjungan Agung) danChristos (Mesias/Yang Diurapi) bagi Yesus (Kisah Rasul 16:31, Roma 10:9, 1 Korintus 8:6, 1 Korintus 12:9, dll). IstilahKurios yang dinisbatkan pada diri Yesus tidak hanya dihubungkan penggenapan dalam Mazmur 110:1. namun dapat dikaji dari arti kata ”Kurios” itu sendiri.
Kata Kurios berkaitan dengan kata Kuriotes yang artinya “kekuasaan”. Kata Kuriotes muncul beberapa kali dalam Yudas 1:9, “Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan menghinakekuasaan Tuhan serta menghujat semua yang mulia di sorga”. Frasa “kekuasaan Tuhan” diterjemahkan dari bahasa Yunani kurioteta. Demikian pula dalam Kolose 1:6 sbb: “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia”. Kalimat, “penguasa” dipergunakan bahasa Yunani Kuriotetes. Dan akhirnya dalam Efesus 1:21 sbb: “Jauh lebih tinggi dari segala pemerintah danpenguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang”. Kata “penguasa” di ayat ini dipergunakan kata Kuriotetos.
Dari kajian ayat di atas, Yesus disapa dengan Kurios (Tuan/Junjungan Agung Yang Ilahi) bermakna bahwa Dia memiliki pengaruh dan kuasa yang dinyatakan dalam ajaran dan tindakan penyembuhan dalam karya Mesianis-Nya.
Yesus tidak menuntut penyembahan dari orang-orang yang percaya pada-Nya sebagai Mesias. Sebaliknya Dia mengatakan: “Tuhan (Elohim/Theos) itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yoh 4:24). Namun demikian Yesus tidak menolak penyembahan sebagai wujud bakti dan penghormatan terhadap diri-Nya sebagaimana dikatakan dalam Matius 28:9 sbb: “Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya”. Bahkan para Majus saat kelahiran Yesus memberikan penyembahan terkait bayi yang ada terbaring di palungan adalah Raja dan Mesias sebagaimana dikatakan dalam Matius 2:2 sbb: “dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia”.
Dalam status Yesus sebagai Anak Tuhan yang merupakan Sang Firman, yang setara, sehakikat, sederajat dengan Sang Bapa, Dia layak untuk menerima penyembahan sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 1:6 sbb: “Dan ketika Dia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat (Tuhan) harus menyembah Dia."
Yesus pun mengajarkan agar berdoa pada Bapa dalam nama-Nya, karena Dialah perantara kepada Bapa sebagaimana dikatakan: “Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."(Yoh 14:14). Yesus memang mengklaim diri-Nya sebagai Putra Tuhan (Yoh 5:24) yaitu Sang Firman yang setara, sehakikat, melekat dengan Tuhan. Dalam Pra Ada Yesus sebagai Sang Firman, Dia setara, sehakikat, sederajat dengan YHWH. Namun dalam wujud kemanusiaan-Nya, tiada sekalipun Yesus mengklaim diri-Nya sebagai Tuhan (Elohim/Theos) bahkan rasul-rasul-pun tiada pernah menjuluki dengan julukan tersebut.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteSeorang nabi saja..dalam penantian akhir zaman ditahun masehi/mesias/kristen.memiliki keistimewaan tersendiri.tidak ada manusia yang menggunakan kedudukan itu "nabi"dalam kehidupan sehari hari..dan jika kurios diterjemahkan TUAN oleh manusia..haruslah tidak ada manusia yang menggunakan kata TUAN lagi dalam kehidupan sehari hari..majikan yang dipanggil TUAN,harus tidak ada..karena apa mulianya kata TUAN jika sama saja dengan majikan yang manusia biasa..TAPI SEPERTINYA PENERJEMAH BERMAKSUD MENURUNKAN SEDIKIT KEDUDUKAN YESUS ATAS ALLAH BAPA..PADAHAL SUDAH TERTULIS
ReplyDeleteYohanes 10:30 (TB) Aku dan Bapa adalah satu."
PENYEBUTAN YESUS ADALAH TUHAN YAITU RAJA SEGALA RAJA/TUAN SEGALA TUAN/KUASA SEGALA KUASA.ADALAH KEISTIMEWAAN TERSENDIRI ATAS SEGALA RAJA DAN SEGALA TUAN..THANKS..HALELUYA..