Ada seorang yang ingin mengetahui kehendak
Tuhan tentang sesuatu hal. Dia mengambil Kitab Suci dan membuka secara
sembarangan serta menjatuhkan jari telunjuknya pada halaman tertentu dengan
mengadaikan bahwa ayat yang ditunjukkan oleh jarinya akan mengatakan kepadanya
apa yang patut diperbuat. Betapa menyedihkan hatinya sebab jarinya menunjuk
pada teks Matius 27:5 yang mengatakan bahwa Yudas keluar dan menggantungkan
diri. Kali ini jari telunjukknya menunjuk pada teks Lukas 10:37 yang berbunyi, “Pergilah dan perbuatlah yang sama”. Ketika
dia mengikuti metode yang sama untuk ketiga kalinya, jarinya jatuh pada teks
Yohanes 13:27 yang berbunyi, “Bergegaslah
dengan apa yang hendak engkau laksanakan!”. Cerita di atas mungkin saja
tidak terjadi secara persis dalam kehidupan keseharian kita namun dalam bentuk
lainnya metode membaca Kitab Suci dengan cara demikian masih banyak terjadi di
kalangan umat Kristen.
Membaca Kitab Suci tentu saja ada metode dan kaidahnya
sendiri. Oleh karena itulah keberadaan sekolah Teologi diperlukan karena dalam
Teologi seseorang dididik untuk memiliki salah satu kompetensi yaitu tafsir
terhadap Kitab Suci. Mengapa Ilmu tafsir (hermeneutik) diperlukan? Pertama, Kitab Suci ditulis dalam bahasa
yang bukan bahasa penerima melainkan ditulis dalam bahasa Ibrani, Aramaik,
Yunani sehingga dibutuhkan penguasaan bahasa sumber untuk menerjemahkan dan
menafsirkan isi teks Kitab Suci. Kedua,
penuturan kisah dalam Kitab Suci ditulis dan mengisahkan peristiwa yang berbeda
kebudayaan dengan kebudayaan penerima sehingga penguasaan aspek sosiologis dan
antropologis serta latar belakang keagamaan pada saat itu diperlukan agar kita
mendapatkan pemahaman yang utuh dan lengkap.
Para murid Yesus yang hidup di
zaman beliau hidup tentu tidak memerlukan penafsiran apapun terhadap
sabda-sabda-Nya karena akan langsung dijelaskan jika tidak mengerti. Berbeda
dengan kita para pembaca modern dengan latar belakang kebudayaan, bahasa, cara
berfikir yang berbeda, tentu saja diperlukan sebuah ilmu dan kemampuan untuk
menafsirkan teks Kitab Suci. Itulah sebabnya Rasul Petrus menuliskan, “…nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh
ditafsirkan menurut kehendak sendiri…”(1 Ptr 1:20). Ada banyak buku
Teologia yang dapat menjadi alat bantu kita menafsirkan perkataan dan peristiwa
yang sulit dipahami dalam Kitab Suci dan menjadi alat bantu yang baik dalam
memahami Firman Tuhan.
No comments:
Post a Comment