Thursday, January 20, 2022

MENJAGA DAN MERAWAT KEBERSIHAN HATI

Dalam banyak kotbah atau percakapan mengenai ajaran Yesus khususnya keterkaitannya dengan Torah, perikop yang kita baca ini dan beberapa perikop lainnya kerap disalahfahami sebagai dasar untuk menyatakan bahwa Yesus datang untuk meniadakan hukum-hukum lama dan aturan-aturan yang diperintahkan dalam Torah, khususnya mengenai aturan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan.

Ambil contoh perihal penglihatan yang diterima Petrus mengenai kain yang terbentang di langit berisikan hewan-hewan yang tidak kosher untuk dimakan dan suara yang memerintahkan kepada Petrus, Apa yang dinyatakan halal oleh Tuhan, tidak boleh engkau nyatakan haram (Kis 10:15). Teks ini kerap dijadikan dalil bahwa perintah mengenai hewan yang tahor (bersih) dan tame (kotor) atau Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkannya dengan halal dan haram telah dibatalkan. Padahal konteks perikop sama sekali bukan hendak membicarakan perihal Imamat 11 yang berisikan peraturan mengenai hewan yang boleh dimakan karena berstatus tahor dan hewan yang tidak boleh dimakan karena berstatus tame.

Jika penglihatan dan suara yang diterima Petrus adalah perihal pembatalan Torah dan aturan perihal hewan yang boleh dan tidak boleh dimakan sebagaimana diatur dalam Imamat 11:1-47, mengapa dikatakan dalam Kisah Rasul 10:17, Petrus bertanya-tanya di dalam hatinya, apa kiranya arti penglihatan yang telah dilihatnya itu? Arti penglihatan dan suara yang didengar Petrus sebenarnya hendak menyampaikan pesan bahwa tidak lama lagi Petrus akan berjumpa Kornelius, seorang perwira Italia dan bukan bangsa Yahudi dan Petrus diperintahkan untuk menerima Kornelius sebagai murid Yesus karena ajaran Yesus bukan hanya untuk orang Yahudi melainkan semua non Yahudi.

Itulah sebabnya setelah berjumpa Kornelius, Petrus mengerti arti penglihatan tersebut sebagaimana dikatakan, Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Tuhan telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir (Kisah Rasul 10:28). Penglihatan mengenai hewan tame yang diperintahkan untuk disembelih dan dimakan melambangkan bangsa non Yahudi. Sementara pernyataan, Apa yang dinyatakan halal oleh Tuhan, tidak boleh engkau nyatakan haram bermakna agar Petrus jangan lagi membeda-bedakan bangsa dan golongan manapun untuk menerima Yesus Sang Mesias dan Juruslamat dunia

Demikianlah perikop kita kali ini dari Matius 15:1-20 bukan berbicara mengenai pembatalan berbagai aturan dalam Torah melainkan sebuah sikap yang ditunjukkan oleh Yesus perihal kedudukan adat istiadat ketika disandingkan dengan perintah-perintah Tuhan. Murid-murid Yesus disalahkan oleh orang Farisi dan ahli Torah manakala mereka memakan dengan tidak mencuci tangan terlebih dahulu (Mat 15:2). Tidak ada pembahasan perihal Imamat 11 dan diskusi rabinik mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dimakan. Itulah sebabnya dikatakan pada bagian terakhir Matius 15:20, Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.

Baiklah, kita tidak hendak membahas panjang lebar perihal kedudukan Torah termasuk berbagai aturan-aturan etis dan kultis yang tertulis di dalamnya dihadapkan dengan kedatangan dan ajaran Yesus Sang Mesias dan Juruslamat. Dalam kesempatan lain kita akan membahas dan memperdalamnya.

Apa yang hendak kita beri stressing kali ini adalah sabda Yesus yang berkata, Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati  dan itulah yang menajiskan orang.  Karena dari hati timbul  segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.  Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang (Mat 15:18-19). Ya, hati bukan sekedar organ tubuh yang memiliki fungsi menghancurkan racun di dalam darah, menghasilkan protein, hingga membantu proses pencernaan. Dalam perspektif Kristiani, hati adalah ruang pengambilan keputusan mengenai apa yang baik dan buruk untuk dikeluarkan. Itulah sebabnya Yesus mengatakan Karena dari hati timbul  segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Bukankah kita bisa sakit hati, kecewa, pahit hati, mendendam, iri hati dsj?

Ketika hati yang tercemari oleh segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat maka ketika keluar dalam bentuk perkataan dan tindakan akan merugikan alias menajiskan orang lain. Ada banyak anak remaja atau pemuda tidak bertumbuh kepribadiannya dengan sehat hanya dikarenaka sejak kecil menerima perlakuan orang tuanya baik dalam bentuk perkataan dan tindakan yang merusak gambar dirinya. Diejek, dicaci maki, direndahkan oleh orang tuanya sehingga dirinya bertumbuh menjadi remaja atau pemuda yang rendah diri atau bahkan sebaliknya menjadi kriminal. Inilah salah satu contoh hati yang berisi kekotoran menumpahkan isinya dalam perkataan jahat pada akhirnya menajiskan kehidupan seseorang.

Oleh karena hati adalah sebuah ruang pengambilan keputusan mengenai yang jahat dan yang buruk, maka seyogyanya kita sebagai anak-anak Tuhan menjaga dan merawat hati kita agar senantiasa berisikan perbendaharaan yang baik dan bersih. Perbendaharaan yang baik itu adalah semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci , semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Inilah seharusnya yang kita masukkan dalam hati kita dan pikiran kita sebagaimana dikatakan Filipi 4:8 sbb: Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Apa yang kita lihat dan dengar mempengaruhi apa yang kita pikirkan dan rasakan serta lakukan. Semakin banyak kita mengasup informasi negatif maka kita akan mengeluarkan yang negatif dan bukan positip. Semakin kita mengasup informasi yang positif maka kita akan mengeluarkan yang positif dan bukan yang negatif.

Mari kita menjaga dan merawat hati kita dengan melihat dan mendengar semua hal yang positif dan membangun iman agar hati kita berisikan perbendaharaan yang baik dan mengeluarkan yang baik dalam wujud perkataan dan tindakan sehingga menjadikan orang yang bertemu dan berbicara dengan kita mengalami kekuatan, penghiburan, kedamaian, sukacita, keberanian dsj. Bukankah semua hal ini mentahirkan dan bukan menajiskan orang?

No comments:

Post a Comment