Jika kita membaca perikop 1 Samuel 17:1-58 di mana dikisahkan perihal orang Filistin hendak melakukan penaklukan terhadap Israel, kita mungkin teringat pada kisah pewayangan dengan lakon Bharatayudha yaitu peristiwa perang saudara hebat antara Pandawa dan Kurawa. Dalam peperangan tersebut bukan hanya ada perang tanding secara kanuragan dan kadigdayan serta perang strategi melainkan di dalamnya ada percakapan-percakapan yang terjadi, baik antara kawan dengan kawan ataupun kawan dengan lawan.
Demikianlah dalam kisah
pertempuran antara bangsa Israel melawan bangsa Filistin. Petarung (mimahanot) bangsa Filistin adalah seorang
raksasa bernama Goliat dari Gat dengan tinggi badan enam hasta sejengkal (1 Sam
17:4). Dengan menyombong Goliat menantang pasukan Israel untuk melawan dirinya
duel satu lawan satu.
Daud salah seorang anak Isai dari
Efrata, Betlehem Yehuda tiba-tiba muncul mengajukan diri kepada Raja Saul untuk
melawan Goliat. Sebelum menghadap Raja Saul, Daud dimarahi kakak-kakaknya yang
bertempur di medan perang melawan Filistin karena keberadaannya di medan
pertempuran. Ketika Daud mengajukan dirinya untuk maju melawan Goliat tentu
saja ditolak mentah-mentah oleh Raja Saul karena perawakan Daud yang tidak
meyakinkan dan ukuran badan Daud yang berbanding terbalik dengan Goliat.
Adegan berakhir dengan
pertempuran antara Goliat dengan Daud yang diawali percakapan dan adu mulut
diantara keduanya. Kita semua tahu akhir cerita ini bahwa Daud berhasil
mengalahkan Goliat sang raksasa dengan perlengkapan perang yang lengkap hanya
dengan sebutir batu dan ketapel saja.
Ketika kita membaca teks ini,
perhatian kita tentu akan lebih terfokus pada ucapan Daud saat menghadapi
Goliat yang berkata, “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan
lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama YHWH semesta alam, Tuhan
segala barisan Israel yang kautantang
itu” (1 Sam 17:45). Ya, kalimat ini merefleksikan iman Daud kepada Tuhan
Yang Hidup dalam menghadapi keperkasaan dan kehebatan Goliat. Dalam setiap
kotbah kita akan mendengarkan sebuah refleksi berpijak dari teks ini bahwasanya
selama beserta Tuhan kita akan mampu mengalahkan situasi seberat apapun
sebagaimana Daud yang kecil mengalahkan Goliat. Bukankah demikian? Refleksi
teologis dan kesimpulan demikian memang tidak salah.
Namun apakah kemenangan Daud semata-mata
hanya bermodalkan iman kepada Tuhan? Jika kita memperhatikan dengan seksama
keseluruhan kisah dalam 1 Samuel 17:1-58 maka sebenarnya keberhasilan Daud
mengalahkan Goliat memiliki sejumlah variabel dan bukan satu variabel. Sejumlah
variabel ini berkontribusi pada kemenangan Daud mengalahkan Goliat. Apa sajakah
itu? Pertama, pengalaman Daud
menghadapi bahaya. Apa yang diucapkan Daud saat Raja Saul melarangnya untuk
maju ke medan pertempuran? 1 Samuel 17:34-36 menuliskan sbb:
“Hambamu ini biasa menggembalakan
kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor
domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba
itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku
menangkap janggutnya lalu menghajarnya
dan membunuhnya. Bukankah kekuatan dan
kecepatan singa dan beruang melebihi manusia?”
Daud sudah menghadapi marabahaya
dan maut untuk melindungi kambing domba ayahnya dengan mengambil risiko
menghadapi kebuasan hewan-hewan pemangsa tersebut. Dengan demikian Daud telah
memiliki pengalaman menghadapi bahaya maut dan selalu mengalami keberhasilan.
Keyakinannya pada Tuhan berakar pada situasi kongkrit yaitu menghadapi bahaya
dan mengalami kemenangan.
Kedua, Daud memiliki keberanian dan bermentalitas pemenang. 1
Samuel 17:37-38 menuliskan sbb:
“Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu
ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah
satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Tuhan
yang hidup." Pula kata Daud:
"YHWH yang telah melepaskan aku
dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari
tangan orang Filistin itu”
Jika Daud tidak memiliki mental
baja dan keberanian maka dirinya akan lari bersembunyi dari beruang dan singa
yang buas. Karena mentalitas pemenang dan keberanian, maka Daud dapat
mengendalikan ketakutannya dan situasi yang membahayakan dirinya. Maka
pengalaman dan keberanian serta iman Daud menjadi modal keberhasilan dan
variabel yang menentukan untuk mengalahkan musuh raksasa bernama Goliat di
medan pertempuran.
Bagaimana dengan kita? Berkaca
dari Daud maka kita selayaknya bukan sekedar melandaskan setiap pekerjaan dan
menghadapi tantangan serta problem kehidupan hanya sekedar beriman dan meminta
penyertaan Tuhan untuk membela dan menolong kita. Kitapun harus berani
menghadapi setiap problem kehidupan mulai dari yang sederhana hingga pelik agar
kita menjadi semakin dewasa dan berpengalaman.
Jika kita takut selalu takut
menghadapi kegagalan dan menghindari menghadapi setiap problem kehidupan, maka
kita tidak akan mengalami pertumbuhan dan pertambahan wawasan dan pengalaman.
Kita akan selalu menjadi kanak-kanak dengan tubuh seperti orang dewasa.
Adakah orang yang belajar
bersepeda tidak pernah jatuh? Demikianlah orang yang memulai sebuah pekerjaan
harus siap menghadapi sejumlah risiko kegagalan. Demikianlah orang yang hendak
mendapatkan keberhasilan harus siap menghadapi kegagalan dan kesalahan. Tidak
ada satu orangpun di dunia yang telah mencapai kesuksesan dan keberhasilan
dalam hidupnya secara material khususnya adalah orang yang tidak pernah
mengalami kegagalan.
Bukankah dikatakan dalam 2
Korintus 4:16-17 sbb: “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami
semakin merosot, namun manusia batiniah
kami dibaharui dari sehari ke
sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami
kemuliaan kekal yang melebihi
segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”
Bukankah dikatakan dalam 1
Korintus 10:13 sbb: “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah
pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Tuhan
setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui
kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia
akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”
Demikian pula dikatakan dalam
Roma 5:3-4 sbb: “Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita
tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan
tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan”
Marilah kita belajar dari Daud
untuk memperkaya pengalaman hidup kita dengan menghadapi banyak kesulita dan
dan meningkatkan keberanian menghadapi berbagai situasi kehidupan serta
menjangkarkan keyakinan kita pada kuasa Tuhan YHWH, Bapa Surgawi dalam Yesus
Sang Mesias, Putra-Nya Yang Tunggal, Juruslamat dan Junjungan Agung Yang Ilahi
No comments:
Post a Comment