Suatu hari istri saya bercerita tentang seorang temannya yang pada suatu malam menelepon dengan cukup lama. Selain berbincang-bincang ringan juga menyampaikan rasa terimakasihnya pada istri karena atas nasihatnya mulai bisa menikmati hidup ditengah sejumlah penyakit yang menempeli tubuhnya.
Istri saya kemudian menceritakan isi percakapannya jika beberapa tahun ke belakang temannya ini pernah divonis dokter yang mengobati
penyakitnya bahwa umurnya tidak akan lama lagi dikarenakan ginjalnya sudah
mengecil. Teman istri saya tersebut terus menerus memikirkan perkataan dan
vonis dokter sehingga menganggap dirinya tidak akan berumur lama lagi dan
kehilangan pengharapan.
Namun ketika dirinya beberapa
tahun silam menceritakan pada istri saya persoalannya tersebut, maka istri saya
memberikan perkataan penghiburan untuk tidak memfokuskan pada vonis – yang entah
atas dasar apa harus disampaikan secara vulgar – melainkan memfokuskan pada
kesembuhan dan kesehatan dengan senantiasa menjalani kehidupan dengan sukacita
serta bersyukur.
Alhasil, teman istri yang non
Kristen tersebut tetap hidup sampai hari ini dan menikahkan anaknya beberapa
tahun silam. Apa yang dapat kita dapatkan dari kisah ini?
Sebuah perkataan dapat
menimbulkan sebuah dampak bagi diri sendiri maupun orang lain. Baik dampak yang
positif maupun dampak yang negatif. Dampak positif sebuah perkataan adalah
menimbulkan harapan, keberanian, kepercayaan diri, ketenangan, dsj. Hasilnya
bukan hanya dalam kejiwaan dan kesadaran melainkan badan dan kesehatan
seseorang Sementara dampak negatif sebuah perkataan adalah menimbulkan
kecemasan, ketakutan, ketidakpercayaan diri dsj.
Saya pun mendapatkan cerita lain
dari istri saya ketika seorang temannya yang non Kristen juga pada suatu hari
mengalami sakit di bagian belakang tubuhnya yang sangat menggangu dan
menyakitkan. Dokter menyarankan untuk dilakukan sebuah tindakan operasi. Namun teman
istri saya ini ketakutan dan enggan mengoperasikan penyakitnya karena takut gagal
dan mengalami kematian. Ketika kami menyambangi, wajahnya terlihat lelah dan
pucat serta terlihat lebih tua.
Istri saya memberikan nasihat dan
penguatan bahwa tidak ada kasus operasi kecil demikian berakhir dengan kematian
dan sayapun turut hadir memberikan dorongan untuk tenang dan berani menjalani
operasi demi kesembuhan.
Akhirnya teman istri saya
tersebut berani menjalani operasi dan sembuh dari penyakitnya. Pada suatu hari
teman istri saya berterimakasih karena berkat mendapatkan kata-kata penghiburan
dan dorongan maka dirinya berhasil menjalani operasi dan mengalami kesembuhan.
Jika sebuah perkataan yang kita
sampaikan kepada seseorang membawa sebuah dampak – baik dampak positif maupun
negatif – bukankah selayaknya kita menyampaiakan perkataan yang membangun,
menimbulkan harapan, melihat segala sesuatu dengan lebih optimis, menimbulkan
ketenangan dan keberanian?
Kita bisa menyampaikan perkataan
yang membawa dampak positif jika kita sendiri telah menjadi orang yang
senantiasa mendapatkan sentuhan perkataan yang positif. Darimanakah sumber
perkataan positif itu? Tentu saja beragam sumber bisa kita dapatkan namun yang
terutama sebagai orang beriman kita mempercayai bahwa Firman Tuhan dalam Kitab
Suci adalah sumber kebaikan, kekuatan, penghiburan, keberanian, perlindungan.
Bukankah dikatakan, Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi
terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh (Mzm 119:130). Demikian
pula dikatakan, Torah YHWH itu sempurna,
menyegarkan jiwa; peraturan YHWH itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang
tak berpengalaman (Mzm 19:8). Oleh karena itu dengan kita melekatkan mata
dan telinga kita kepada sabda-sabda Tuhan maka kita akan memancarkan
ketenangan, keberanian, hikmat, kepercayaan diri. Pada gilirannya kitapun bisa
membagikan kehidupan yang ada dalam diri kita kepada orang lain bukan?
Kembali kepada dampak sebuah
perkataan. Di masa kini kita dapat melihat dan mendengar bagaimana orang-orang
dengan mudahnya mengeluarkan perkataan negatif berupa hujatan, bullyng, tuduhan tidak berdasar, fitnah,
hoax alias berita palsu, kemarahan
dan ketersinggungan berujung saling melaporkan ke pihak berwajib bukan? Ruang
publik dan ruang kesadaran kita dipenuhi dengan berita negatif akibat
perkataan-perkataan negatif yang membawa aura kemarahan, kebohongan serta
kecurigaan.
Marilah kita menjaga jarak dari
kenyataan keseharian sekalipun tidak meninggalkan kehidupan keseharian berupa
kewajiban yang harus dikerjakan. Yang dimaksudkan menjaga jarak dari kenyataan
keseharian adalah menghindari terlibat dalam arus masa yang mudah tersinggung
dan mengeluarkan perkataan hujat, perkataan dusta, perkataan jahat, perkataan
kemarahan dsj.
Mari kita menebarkan pengaruh dan
dampak yang baik melalui perkataan yang kita sampaikan kepada orang lain.
Menjadi sumber kekuatan bagi mereka yang berputus asa. Menjadi inspirasi bagi
mereka yang mengalami kebuntuan. Menjadi pendorong melakukan perubahan.
Kehidupan diperoleh dari menjalankan dua hal ini yaitu, נצר לשׁונך מרע - netsor leshonka mera’ (Jagalah lidahmu terhadap yang jahat) dan ושׂפתיך מדבר מרמה - usyefateka midaber mirmah (menjaga bibirmu terhadap ucapan-capan yang menipu), seperti dikatakan Mazmur 34:13-15 sbb, Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!
Kiranya Kuasa Roh Kudus yang
diberikan Sang Bapa melalui Sang Putra memampukan kita menabur dan menebar
perkataan yang menghidupkan
No comments:
Post a Comment