Thursday, June 20, 2019

TIDAK AKAN BERKEKURANGAN SAAT KITA MEMBERI


Pada waktu menganggur, seorang pria hanya memiliki uang satu dolar. Lima puluh sen – separuh dari uang yang dimilikinya – dimasukkannya ke dalam kantung kolekte pada waktu Misa Hari Minggu.

Pagi hari berikutnya, dia mendengar bahwa ada lowongan pekerjaan di kota lain. Ongkos bis untuk pergi ke sana adalah satu dolar, tapi dia hanya memiliki 50 sen. Jadi, dia hanya naik setengah jalan; setelah turun dari bus, dia mulai berjalan kaki menuju perusahaan yang menjanjikan pekerjaan.

Namun Tuhan menyediakan sesuatu yang lebih baik baginya. Ketika melewati satu pabrik, dia melihat pengumuman: “Ada Lowongan”. Dalam waktu kurang dari setengah jam, dia sudah mendapatkan pekerjaan yang memberinya gaji lima dolar seminggu, jumlah yang lebih besar dari yang dijanjikan oleh lowongan pekerjaan di kota lain itu.

Gaji bulan pertamanya memberinya sepuluh kali lipat dari apa yang dia telah berikan kepada Tuhan. Orang itu kemudian menjadi pembuat sepatu yang terkenal.

Kisah di atas memberikan sebuah pelajaran penting bahwa dibalik setiap keikhlasan (kerelaan) dalam memberikan sebagian harta yang kita miliki, ada kebaikkan Tuhan yang disediakan sebagai sebuah balasan.

Tidak perlu menjadi orang yang sukses secara finansial untuk memberikan sebagian harta kita bagi sesama yang membutuhkan dan khususnya bagi pekerjaan Tuhan (rumah ibadah, penerbitan buletin rohani dsj). Belajarlah dari janda miskin yang memberikan “dua peser” miliknya dala kotak persembahan namun dipuji oleh Yesus Sang Mesias sebagai, “memberi lebih banyak dari semua orang itu” Mengapa? Karena dia memberikan dari “keseluruhan nafkahnya’ bukan sisanya (Luk 21:1-4).

Kisah Janda Sarfat yang mematuhi permintaan Elia saat diminta memberikan sekerat roti memberikan pelajaran senada pada kita bahwa apa yang kita perbuat dengan kerelaan bagi sesama dan Tuhan akan berbuah kebaikkan yang menyelamatkan serta memelihara kehidupan kita.

Saat Elia meminta sekerat roti, janda Sarfat ini tidak mampu menyediakan karena persediaan yang dimilikinya, “segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak  dalam buli-buli” (1 Raj 17:12). Persediaan itupun hanya cukup untuk dirinya dan anaknya sebelum kematian dia pastikan menjemputnya karena kehabisan persediaan makanan.

Namun Elia berkata, agar jangan takut dan mematuhi apa yang dia mintakan pada janda tersebut dan berkata, “tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu” (1 Raj 17:13). Apa yang terjadi kemudian? “Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya” (1 Raj 17:15).

Janda Sarfat yang miskin dan anaknya tetap terpelihara nyawanya selama musim kemarau karena dirinya tidak memfokuskan pada kepentingan dirinya sendiri. Sekalipun miskin secara material namun dirinya kaya secara spiritual dan mempercayai apa yang dikatakan Elia dan memberikan apa yang dimintakan Elia.

Kita tidak akan mengalami kemiskinan hanya dikarenakan memberikan sebagian harta kita untuk sesama yang membutuhkan -janda dan anak yatim serta mereka yang sedang berada dalam kekurangan – sebagaimana dikatakan, “Apabila saudaramu jatuh miskin,  sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menyokong   dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya ia dapat hidup di antaramu” (Im 25:35). Rahasia untuk mendapatkan adalah dengan memberi. Dengan memberi dan tidak menahan harta kita, sesungguhnya kita sedang mempersiapkan jalan bagi kebaikkan datang di kemudian hari.

Sebagaimana dikatakan, “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan” (Ams 11:24). Marilah kita membebaskan hati dan pikiran kita dari kemiskinan dalam kerelaan memberi dan berbagi, agar Anugrah dan Kuasa Tuhan YHWH di dalam Yesus Sang Putra meratakan jalan kemudahan di saat kita berada dalam situasi kesulitan.

No comments:

Post a Comment