Saat
kita bangun pagi dan membuka pintu atau jendela rumah dan membiarkan udara pagi
yang sejuk menenerobos memasuki paru-paru memberikan kesegaran baru. Memberikan
suasana yang menenangkan dan memberikan semangat. Sementara di kejauhan
semburat jingga pertanda matahari bersiap memberikan terang dan menemani
berbagai aktivitas baik diri kita maupun orang lain mulai dari berjalan pagi di
taman kota, berjualan di pasar, pergi ke sekolah dan bekerja ke kantor. Suasana
di atas mewakili good day, hari yang
indah dan menyenangkan hati dan pikiran.
Namun
situasi dan suasana yang digambarkan di atas tidak selalu terjadi setiap hari
bukan? Ada kalanya kita terbangun di pagi hari yang dijatuhi hujan deras
semalaman dan terbangun pada pagi hari dengan situasi rumah sudah dikepung
banjir. Lalu lintas macet dan aktivitas ekonomi dan pendidikan mendadak
berhenti. Suasana di atas mewakili bad
day, hari yang buruk dan menggelisahkan hati dan pikiran.
Demikianlah
kehidupan yang kita jalani tidak melulu berisikan gelak tawa bahagia, canda
ria, kebahagiaan, kesuksesan, keberhasilan, kemenangan. Pada satu titik
tertentu kehidupan berbalik menjadi kesedihan, tangisan, kemurungan,
kepanikkan, kerugian, kebangkrutan, krisis ekonomi. Kehidupan selalu
menampakkan wajah good day dan bad day.
Hari
naas, bad day, memang tidak memiliki
kalender. Datang tanpa diundang. Kompol Cosmas mengalami situasi bad day gegara mobil rantis Baracuda
yang ditumpangi bersama anak buahnya melindas seorang sopir ojol bernama Affan
sehingga menimbulkan kemarahan massa berujung sidang kode etik internal
kepolisian yang menyebabkan pemberhentian dengan tidak hormat dirinya. Mantan
Menteri Pendidikkan Nadiem Makariem mengalami situasi bad day gegara kebijakkan
chromebook yang diduga mengandung sejumlah pelanggaran hukum. Masyarakat
Indonesia mengalami bad day saat
Covid-19 dinyatakan masuk ke Indonesia Maret tahun 2020. Ekonomi lumpuh dan
penghasilan setiap orang mulai terganggu bahkan sejumlah pengusaha mengalami
gulung tikar.
Tidak
ada satupun di antara kita yang
mengharapkan terjadinya bad day namun suka atau tidak suka, bad day selalu menguntit dan membayangi
eksistensi kehidupan manusia. Dia akan berulang datang dalam rupa dan bentuk
serta situasi yang berbeda, untuk menghancurkan, melumpuhkan,
memporakporandakan sekaligus memperbarui, memperluas, mengembangkan eksistensi
dan kesadaran manusia.
Pertanyaannya
adalah bukan kapan dan mengapa situasi bad
day akan datang atau datang kembali, karena belum tentu kita akan
mendapatkan keseluruhan jawaban yang memuaskan hidup kita. Adalah baik
mengetahui mengapa bad day terjadi
karena membuat kita belajar memahami dan introspeksi serta berefleksi. Adalah
baik mengetahui kemungkinan bad day
terjadi karena membuat kita belajar mengantisipasi. Namun yang terutama adalah
bagaimana kita menjawab situasi bad day
yang tidak pernah datang tanpa meminta ijin dan kesiapan kita?
Mazmur
112:1-10 mengajarkan kepada kita bahwa orang benar bukan berarti tidak akan
mengalami hal-hal yang merugikan dan sulit dilanda penderitaan, seolah hidupnya
hanyalah keberhasilan dan kekayaan serta kebahagiaan. Sekalipun Mazmur 112:2-3
berkata, “Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan
diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk
selamanya” namun diikuti dengan kalimat, “Di dalam gelap terbit terang bagi
orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil” (Mzm 122:4). Apa artinya?
Orang saleh, orang benar tetap akan mengalami situasi gelap yang menyergap
kehidupannya alias situasi bad day,
namun dirinya akan mendapatkan cahaya dan terang Tuhan. Jadi pertolongan Tuhan
terjadi melalui situasi bad day yang
harus dilewati. Fakta teologis ini perlu ditekankan karena beberapa pengkotbah
kerap mengutip frasa, “engkau akan tetap naik dan bukan turun” (Ul 28:13)
seolah-olah bentuk kehidupan hanya tunggal yaitu kemenangan dan keberhasilan.
Padahal, bangsa Israel yang menerima janji Tuhan di atas saja kerap berada
dalam situasi “turun” dalam wujud kemerosotan moral dan penyembahan berhala
yang berujung mendapatkan kemurkaan Tuhan berupa pembuangan dari Yerusalem.
Apa
jawaban orang saleh, orang benar menjawab situasi bad day yang tiba-tiba mengusik kemapanan dan kenyamanan? Mazmur
112:7 menuliskan, Mishmu’ah ra’ah lo
yira, nakon libo, batuakh ba YHWH (Ia tidak takut kepada kabar celaka,
hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada YHWH). Hatinya teguh, ia tidak takut,
sehingga ia memandang rendah para lawannya. Jumlah 365 hari yang harus kita
jalani selalu ada patahan, gangguan, kekacauan yang menjadi mishmu’ah ra’ah alias bad day. Sikap orang benar adalah lo yira (tidak takut) artinya kita bisa
mengambil jarak dari situasi agar dapat mengambil tindakkan terukur. Tidak ada
satupun yang tidak akan takut ketika bahaya mengancam kehidupannya. Namun
bersikap tenang justru akan mengumpulkan keberanian dan kejernihan melihat
persoalan dan menemukan jawaban. Bukankah telah dikatakan, “Segenggam
ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring
angin” (Pengk 4:6). Demikian pula dikatakan, “ Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu” (Ams
24:10).
Sikap
orang berikutnya adalah nakon libo
(hatinya tetap) artinya menguasai diri dan mengambil kendali atas situasi yang
merampas kebahagiaan, kedamaian, ketenangan, kenyamanan, seberat apapun
situasinya dan seburuk apapun kita ingin berlari menjauhinya. Setiap peristiwa
yang menyebabkan kesulitan dan kesedihan selalu menimbulkan lubang dalam hati
kita yang tidak satupun dapat mengukur kedalamannya dan menutup dalam tempo
waktu yang tidak bisa ditentukan. Apapun itu, kita harus memegang kendali atas
hidup dan tidak tersandera oleh kesedihan dan rasa sakit serta kekecewaan. Hati
kita harus tetap utuh.
Sikap
terakhir adalah batuakh ba YHWH (percaya
penuh pada YHWH).Sebagaimana Anda mempercayakan perjalanan Anda pada driver
pribadi atau driver umum saat berkendara atau mempercayakan seseorang untuk menyelesaikan
sejumlah pekerjaan karena mereka semua dapat diandalkan, demikianlah kita
selayaknya sepatutnya sebagai orang beriman mengakui kekuatan yang melampaui
semua rasa takut dan kekecewaan serta penderitaan kita yaitu Tuhan YHWH, Sang
bapa Surgawi yang kita sembah dalam Yesus Sang Mesias dan Juruslamat serta
Junjungan Agung Yang Ilahi. Bukankah dikatakan, “Dalam takut akan YHWH ada ketenteraman yang besar,
bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya” (Ams 14:26).
Apapun
situasi kita hari ini bahkan jika hari ini kita sedang dalam mengalami bad day, ingatlah tidak selamanya badai
menyerbu dan tidak seterusnya hujan menderu.It’s
only a bad day not a bad life (ini hanya hari yang buruk bukan kehidupan
yang buruk). Hadapilah dengan kekuatan yang muncul dari keteguhan hati dan
kepercayaan pada kuasa Tuhan yang melampaui kekuatan kita dalam mengatasi
situasi apapun.
No comments:
Post a Comment