Apakah yang dikatakan oleh Kitab Suci baik TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim)/Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru mengenai bekerja? Apakah bekerja hanya sekedar bermakna mencari upah dari hasil kerja keras kita atau lebih dari itu?
Bekerja Adalah Perintah Tuhan
Untuk pertama kalinya Tuhan YHWH memerintahkan perihal bekerja dalam Kejadian 2:15 sbb: Tuhan YHWH mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Kata yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia “mengusahakan”, dalam bahasa Ibraninya ternyata digunakan kata Avdah dari kata Avad. Kata Avad dalam keseluruhan TaNaKh muncul sebanyak 290 kali dan oleh Lembaga Alkitab Indonesia diterjemahkan “bekerja”, “mengusahakan” “melayani”. Contoh: …belum ada semak apa pun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, sebab Tuhan YHWH belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan (avod) tanah itu…(Kej 2:5).
Kata lain yang berkaitan dengan Avad adalah Eved yang muncul dalam TaNaKh sebanyak 799 kali. Lembaga Alkitab Indonesia biasanya menerjemahkan dengan “budak”, “hamba”, “pelayan”. Contoh: Apabila seseorang memukul budaknya (avdo) laki-laki atau perempuan dengan tongkat, sehingga mati karena pukulan itu, pastilah budak itu dibalaskan (Kel 21:20).
Jika bekerja adalah suatu perintah, maka bekerja adalah suatu kewajiban bagi manusia pada umumnya dan orang percaya pada khususnya. Rasul Paul secara tegas mengatakan kaitan antara pekerjaan dan makanan sbb, Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu:jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2 Tes 3:10).
Oleh karenanya Rasul Paul pun melakukan pekerjaan siang malam untuk memenuhi kebutuhannya dan pelayanannya sebagaimana dikatakan, Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Tuhan kepada kamu (1 Tes 2:9)
Bekerja Adalah Melayani Tuhan
Yang menarik, kata “beribadah” dalam bahasa Ibrani dipergunakan kata Avodah. Kata Avodah muncul dalam Kitab Torah, Neviim, Kethuvim (TaNaKh) sebanyak 145 kali. Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan kata ini dengan “melayani”, “budak”, “mengerjakan”, “beribadah”. Contoh: Beribadahlah (ivdu) kepada YHWH dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! (Mzm 100:2).
Jika Avodah yang bermakna “beribadah” atau “melayani Tuhan” memiliki hubungan dengan kata sebelumnya yaitu Avad dan Eved maka dapat diambil kesimpulan sbb: Pertama, bekerja adalah ibadah. Bekerja adalah pelayanan kepada Tuhan dalam konteks sosial. Konsekwensi logis bahwa bekerja adalah ibadah dan pelayanan kepada Tuhan maka orang beriman dalam melakukan pekerjaan (sebagai pengusaha, pedagang, guru, karyawan, pegawai pemerintah, polisi, tentara, dll) harus mengekspresikan nilai-nilai kejujuran dan keadilan serta pelayanan.
Itulah sebabnya ketika YHWH memerintahkan kepada bangsa Israel agar tidak berlaku curang dalam berdagang dengan mengatakan, Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai; Akulah YHWH Tuhanmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir (Im 19:36). Inilah salah satu contoh bahwa bekerja adalah melayani Tuhan. Maka segala bentuk kecurangan dalam bekerja (menggunakan formalin, menggunakan zat pewarna berbahaya, menggelonggong hewan, mengedarkan makanan kadaluarsa, menyuap pejabat, mengorupsi uang rakyat) tidaklah mencerminkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan serta pelayanan.
Kedua, ibadah bermakna melayani Tuhan. Kita melayani Tuhan karena Tuhan telah melakukan banyak hal bagi kita. Dia telah menebus kita dari kutuk dosa dan telah mengaruniakan hidup kekal melalui Yesus Sang Mesias, Dia telah menjanjikan berkat-berkat jasmani dan rohani dll. Jika kita telah sampai pada pemahaman bahwa ibadah adalah melayani Tuhan, maka kita tidak bermalas-malasan dalam beribadah dan tidak merasa terpaksa melakukan ibadah.
Batas melakukan Pekerjaan
Apa yang terjadi jika seseorang tidak beristirahat dalam melakukan pekerjaan? Kelelahan yang berujung pada penyakit tentunya. Tuhan YHWH telah menetapkan batasan seseorang dalam melakukan pekerjaan dalam Keluaran 20: 9-10 sbb, … enam hari, engkau akan bekerja (taavod) dan melakukan segala pekerjaanmu (asyita kol melakteka), tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat YHWH Tuhanmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan (lo taasyeh kol melakah), engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
Sabat bukan hanya terdekat hari berkumpul untuk jalan anggapan beberapa orang yang keliru. Kita jalani Shabat bukan sekedar mengganti hari dari hari Minggu ke hari Sabtu. Kita dalam Shabat bukan soal hadir dan tidak hadir dalam pertemuan di tempat ibadah.
Kata Shabat bukan sekedar hari ketujuh. Shabat adalah “berhenti” dari berbagai aktivitas yang dikategorikan pekerjaan harian yang bersifat profit (menghasilkan keuntungan). Dalam kejadian 2: 2 dikatakan, Ketika Tuhan pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
Perhatikan kata “hari ketujuh” dipergunakan kata yom hasheviyi sementara kata “berhentilah” dipergunakan kata yishbot. Kedua kata tersebut memiliki akar kata yang sama yaitu Sabat. Maka makna Shabat adalah hari ketujuh sekaligus perhentian mahluk dari aktivitas yang melakukan pekerjaan untuk kebutuhan finansial.
Dalam perhentiannya, manusia menghayati kembali hubungan dengan Sang Pencipta-Nya yang telah memerintahkan bekerja dan memberikan berkat pekerjaan tersebut. Penghayatan manusia itu dalam ibadah individual dan ibadah kolektif di tempat ibadah.
Ketika seseorang berhenti dari seluruh aktifitas pekerjaan harian yang mendatangkan keuntungan dan mendekati YHWH di dalam Yesus Sang Mesias, maka dia telah menunjukkan bahwa dirinya bukan hamba pekerjaan yang melayani pekerjaan melainkan dia adalah hamba YHWH. Dengan berhenti dari pekerjaan di hari Shabat maka seseorang telah menyatakan bahwa YHWH di dalam Yesus Sang Mesias adalah Tuan atas hari Shabat.
Bekerjalah Untuk Memperoleh Makanan Yang Kekal
Yesus Sang Mesias dan Junjungan Agung kita mengajarkan Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia (Bar Enosh) kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Tuhan, dengan meterai-Nya (Yoh 6:27). Apa arti pernyataan di atas? Apa makna “makanan yang dapat binasa” dan “makanan yang tidak dapat binasa?” Konteks menjelaskan menjelaskan bahwa “makanan yang tidak dapat binasa”, menunjuk pada “manna sorgawi” saat Bangsa Israel dipelihara di padang gurun (Yoh 6: 32-33).
Dengan kisah tersebut, Yesus mengarahkan pendengarnya bahwa Dialah Roti Surga yang mendatangkan kekekalan karena Dia datang dari Bapa Surgawi. Kekekalan itu diperoleh oleh orang yang beriman dan menerima Diri-Nya sebagai Putra Tuhan (Yoh 6:35).
Berkaca dari pembacaan teks di atas, kita harus sadar bahwa jangan sampai kita bekerja untuk pekerjaan itu sendiri. Jangan sampai kita gila kerja dan lupa waktu. Lupa waktu untuk makan dan istirahat serta lintasan. Dengan mengabaikan waktu untuk makan, berhenti dan berhenti, maka kita telah menunjukkan bahwa kita bekerja untuk makanan yang tidak kekal yaitu roti, nasi dan berbagai benda-benda di sekeliling kita. Namun sebaliknya, dengan kita memanajemen waktu dengan baik, maka kita telah membagi waktu dengan baik pula.
Waktu untuk istirahat adalah waktu bagi kita untuk memperoleh makanan yang kekal yang berguna untuk kerohanian kita dikatakan Rasul Paulus dalam 1 Timotius 4: 7-8, Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu sendiri. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang
Marilah kita mengubah cara pandang kita yang keliru selama ini mengenai bekerja dan pekerjaan. Marilah kita melakukan pekerjaan sebagai wujud ketaatan terhadap perintah Tuhan dan pelayanan terhadap Tuhan dan sesama. Bersama itu pula kita harus menyadari bahwa batas-batas dalam bekerja dan aktifitas kita untuk membarui dan mengikuti kita sesuai dengan Tuhan.
Dengan kata lain kepada Tuhan kita telah bekerja untuk memperoleh makanan yang mendatangkan kekekalan yang tersimpan dalam firman-Nya dan makanan kekal itu akan memberi kekuatan kepada kita untuk menghadapi kehidupan yang keras dan jahat ini.
No comments:
Post a Comment