Thursday, September 9, 2021

MERASA BELUM MATI

Dalam sebuah judul film, Dreams yang disutradarai oleh Akira Kurosawa dan diproduksi tahun 1990, ada sebuah judul dan adegan yang menarik untuk direnungkan. Film yang berdurasi 2 jam ini terbagi menjadi delapan babak yang mengisahkan tentang percampuran mimpi dan kenyataan sang sutradara.

Film berjudul Dreams ini memiliki bentuk antologi menggunakan struktur episodik yang menghadirkan delapan mimpi Kurosawa yang diperjelas dengan sejumlah judul pada setiap fragmennya. Fragmen pertama berjudul "Matahari Bersinar disela-sela Hujan", fragmen kedua adalah "Kebun Buah Persik", fragmen ketiga berjudul "Badai Salju", fragmen keempat berjudul "Terowongan", fragmen kelima berjudul "Beberapa Burung Gagak", fragmen keenam berjudul "Gunung Fuji Dalam Merah", fragmen ketujuh berjudul "Setan Menangis" dan fragmen terakhir berjudul "Desa Kincir Air".

Nah, dalam judul Tunnelen atau “Terowongan” mengisahkan sejumlah prajurit-prajurit perang Jepang yang merasa diri mereka belum mati dan bersiap menjalankan komando dari sang komandan yang masih hidup. Dalam adegan diperlihatkan sejumlah pasukan satu bataliaon keluar dari terowongan dengan wajah pucat pasi dan siap menerima perintah dari sang komandan. Namun sang komandan terus meyakinkan mereka bahwa mereka sesungguhnya sudah bebas tugas karena mereka sudah mati.

Omong-omong soal “kematian” dan “merasa belum mati” kita diingatkan mengenai kondisi “iman yang sehat” vs “iman yang tidak sehat” dan “iman yang hidup” vs “iman yang mati”. Jika iman yang sehat adalah iman yang menjangkarkan pada sabda-sabda Sang Juruslamat dan bukan dongeng dan mitos (Tit 1:13), maka iman yang mati adalah iman yang tidak memiliki perbuatan sebagai bukti (Yak 2:26). Yang lebih celaka adalah saat mana kita tidak menyadari bahwa iman yang kita miliki sesungguhnya telah mati namun kita masih saja merasa beriman kepada Tuhan.

Bagaimanakah hubungan iman dan perbuatan itu agar kita tidak menjadi orang Kristiani yang mengalami iman yang mati yaitu iman tanpa buah perbuatan? Yakobus 2:22 mengatakan, η πιστις συνηργει τοις εργοις αυτου - he pistis sunergei tois ergois autou (Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan) dan he pistis eteleioothe (dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna). Teks ini memberikan pemahaman yang tegas bahwa tidak ada pertentangan mana yang lebih unggul antara iman dan perbuatan. Keduanya yaitu iman dan perbuatan συνηργει - sunergei alias “bekerjasama”. Kita pernah mendengar istilah “sinergi” bukan? Dalam bahasa Inggrisnya sinergy dan berasal dari bahasa Yunani sunergeo yang artinya bekerjasama. Dalam konteks Yakobus 2:22 kata “bekerjasama” untuk apa? Untuk membuat iman seseorang menjadi eteleioothe alias “sempurna”

Ajaran Kristiani tentang efektifitas keselamatan dan kehidupan kekal bagi orang berdosa melalui Anugrah sebagai inisiatif Tuhan Sang Bapa yang memberikan Sang Putra bernama Yesus Sang Mesias yang mati untuk menebus kutuk dosa dan direspon dengan iman kerap mendistorsi hakikat dan peran perbuatan baik dalam iman Kristen.

Sekalipun keselamatan dan kehidupan kekal dalam iman Kristiani bukan dilandaskan pada perbuatan baik namun bukan berarti perbuatan baik lebih rendah kedudukannya dengan iman dan perbuatan baik tidak memiliki nilai penting dalam kehidupan Kristiani. Teks Yakobus 2:22 mengingatkan kita semua sebagai orang Kristiani bahwa perbuatan-perbuatan yang dihasilkan oleh anak-anak Tuhan adalah cerminan dan pantulan iman. Perbuatan-perbuatan tersebut membuktikan bahwa diri kita beriman dan menyempurnakan iman kita.

Jika kita seorang Kristiani namun menutup pintu dari permohonan maaaf orang lain yang bersalah pada kita maka kita tidak memiliki perbuatan yang membuktikan bahwa kita beriman pada sabda dan ajaran Yesus. Jika kita seorang Kristiani namun terlalu sukar mengeluarkan harta benda kita untuk menolong sesama kita yang tidak mampu maka kita tidak tidak memiliki perbuatan yang membuktikan bahwa kita beriman pada sabda dan ajaran Yesus. Jika kita seorang Kristiani namun perkataan yang keluar dari mulut kita setiap hari adalah ejekan dan hujatan serta perkataan kasar mengenai seseorang yang tidak kita sukai, maka kita tidak memiliki perbuatan yang membuktikan bahwa kita beriman pada sabda dan ajaran Yesus. Jika kita menghindari pertemuan ibadah dan menjauh dari rumah Tuhan maka kita tidak memiliki perbuatan yang membuktikan bahwa kita beriman pada sabda dan ajaran Yesus.

Mengapa demikian? Karena Yesus mengajarkan untuk mengampuni orang yang bersalah pada kita jika mereka meminta ampun dan maaf. Yesus mengajarkan kita untuk memberikan pinjaman pada mereka yang meminta jika memang ada harta berlebih pada diri kita. Yesus mengajarkan agar kita berkata yang sehat dan membangun. Yesus mengajarkan kita untuk bertekun dalam beribadah. Jika kita mengaku beriman pada Yesus Sang Putra Tuhan dan Juruslamat dunia serta menjangkarkan seluruh pengharapan kita pada sabda-sabda-Nya, namun perbuatan kita tidak ada bahkan berbanding terbalik dengan ajaran dan sabda Yesus, maka pada hakikatnya iman yang kita miliki mati.

Jika kita masih terus meneruskan ini maka sesungguhnya kita merasa belum mengalami iman yang mati dan seolah semua masih berjalan normal dan baik-baik saja. Yakobus 2:26 berkata, η πιστις χωρις των εργων νεκρα εστιν - he pistis choris ergon nekra estin (iman tanpa perbuatan adalah mati). Oleh karenanya tanda bahwa iman yang kita miliki hidup adalah iman tersebut memiliki bukti yang nampak dan dapat diukur yaitu perbuatan-perbuatan termasuk perbuatan baik.

Marilah kita anak-anak Tuhan yang menjangkarkan iman kita pada sabda dan ajaran serta teladan Sang Juruslamat, perlihatkanlah iman itu bukan sekedar menghafal ayat-ayat Kitab Suci dan terlibat dalam sejumlah perdebatan teologis yang tiada habis dan tiada ujung pangkal. Sebaliknya, dalam perbuatan-perbuatan yang mencerminkan iman kepada sabda dan ajaran Yesus Sang Juruslamat, Anak Tuhan Yang Tunggal itu.

 

No comments:

Post a Comment