Friday, July 11, 2025

ENGKAU SANGGUP MELAKUKAN SEGALA SESUATU

Sumber Gambar:americas1stfreedom.org

Ketika kita masih sekolah dahulu, pastilah akan melewati yang disebut ujian tengah semester dan ujian kenaikkan kelas bukan? Apakah saat kita mengerjakan soal-soal ujian selalu dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik? Tentu beragam jawabannya. Mulai dari murid terpintar di kelas menjawab bisa menjawab semuanya meski ada satu atau dua soal yang membuatnya ragu dengan jawaban yang diberikan sampai yang merasa banyak soal-soal yang tidak bisa dijawab karena faktor tidak belajar.

Demikian pula seorang dokter akan menghadapi kasus operasi pasien yang berat sehingga merasa tidak sanggup melakukannya dan akan merujuk pada dokter lainnya yang lebih mampu. Kesukaran dan ketidaksanggupan selalu melekati ketidaksempurnaan kemampuan manusia.

Kita kerap membuat sejumlah rencana dalam kehidupan kita bukan? Rencana kerja, rencana pendidikan, rencana pernikahan, rencana liburan, rencana pertemuan, rencana pembangunan dan banyak rencana lainnya. Namun adakah dari semua yang kita rencanakan selalu dipastikan berhasil dan tidak meleset dari tujuan semula yang telah kita tetapkan?

Dalam banyak kasus kita kerap mengubah dan memperbarui rencana-rencana kita dikarenakan berbagai faktor baik itu biaya, waktu, kesempatan, sumber daya, keterbatasan kemampuan dan masih banyak hal lagi yang dapat kita deretkan. Ya, rencana-rencana yang kita buat bisa gagal bukan hanya dikarenakan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas saja namun karena natur manusia yang tidak sempurna. Inilah yang membedakan antara Tuhan dan manusia.

Dalam kehidupan nyata kita kerap berhadapan dengan berbagai teka-teki persoalan yang harus kita pecahkan dan selesaikan dengan baik. Ada yang mudah kita selesaikan dan ada yang sulit untuk kita selesaikan. Ada yang ringan dan ada yang berat untuk kita kerjakan. Inilah realita ketidaksempurnaan manusia. Manusia tidak serba tahu dan serba mampu.

Di sinilah batas-batas kemanusiaan diakui. Jika kita telah mengakui bahwa kita tidak sanggup menyelesaikan sebuah persoalan dan tidak mampu mengatasi semua hal yang membebani dan menghadang perjalanan hidup kita, maka kita masih memiliki sebuah pengharapan karena akan ada pribadi yang tidak akan pernah gagal dan selalu sanggup melakukan semua hal. Bukankah Yesus Sang Mesias telah bersabda, ”Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Tuhan” (Luk 18:27)

Banyak contoh berbagai situasi yang sulit dan tidak mungkin bagi manusia telah diperlihatkan oleh kekuasaan Tuhan bahwa Dia sanggup melakukan-Nya. Masih ingat Sarai istri Abraham bukan? Saat mengandung Ishak usianya sudah sembilan puluh tahun dan Abraham berusia seratus tahun namun Tuhan membuktikan janji-Nya

“Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Tuhan kepadanya” (Kej 21:7)

Kisah anak janda Sarfat yang dibangkitkan dari kematian (1 Raja-Raja 17:17-22) oleh kuasa Tuhan melalui nabi Elia, kisah anak perempuan Sunem yang dibangkitkan dari kematian (2 Raja-Raja 4:18-37) oleh kuasa Tuhan melalui nabi Elisha serta Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari kematiannya (Yohanes 11:1-47) menjadi deretan bukti bahwa ketidakmungkinan dan kesulitan yang membatasi kemampuan manusia tidak membatasi kuasa Tuhan karena Dia sanggup melakukan apapun yang Dia kehendaki.

Sumber gambar:Christianity.com

Itulah sebabnya Ayub, setelah melewati masa-masa krisis dan kritis yang menyergap kehidupan ekonomi dan keutuhan rumah tangganya dan melihat karya Tuhan dinyatakan dalam penderitaan, Ayub berkata dalam Ayub 42:1 ”Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal”.

Kata Ibrani yada’ti (aku telah mengetahui) merangkum semua peristiwa luar biasa yang telah dijalani Ayub yaitu penderitaan yang harus dijalaninya (kehilangan keluarga dan kekayaan serta status sosial). Kata Ibrani yada’ti adalah kata kerja perfek (sudah selesai) dari kata yad’a (mengenal dengan intim). Kata yad’a dipergunakan untuk menggambarkan hubungan seksual antara Adam dan Hawa (Kej 4:1). Itulah sebabnya kata yad’a mengindikasikan sebuah hubungan yang bersifat intimasi, akrab karena melihat dan merasakan sendiri.

Penderitaan yang dialami Ayub justru telah membentuk mentalitas dan spiritualitas Ayub tentang Tuhannya sehingga sampai pada kesimpulan bahwa Tuhan berkuasa dan sanggup melakukan apapun, mengubah nasib orang sekalipun (Yes 45:7). Bukan hanya sanggup melakukan apapun namun Tuhan berkuasa untuk membuat rencana-Nya terhadap umat-Nya terlaksana dan tidak mengalami kegagalan. Tuhan Yahweh telah merancangkan dan merencanakan kebaikan untuk umat-Nya (Yer 29:11).

Teks Ayub 42:1 memberikan harapan kepada semua orang beriman bahwa saat kita mengakui ketidaksanggupan kita dalam menanggung beban persoalan dan ketidakmampuan kita menyelesaikan persoalan pelik dalam hidup serta kegagalan berbagai rencana yang sudah kita siapkan, masih ada Tuhan YHWH, Sang Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Putra dan Juruslamat serta Junjungan Yang Ilahi yang akan mengulurkan tangan-Nya mengubah ketidakmungkinan dan ketidaksanggupan menjadi mungkin.

Tentu saja ayat ini bukan tongkat sihir yang dapat mengatur Tuhan melakukan kekuasaan dan kedaulatan-Nya mengubah ketidakmungkinan dan ketidaksanggupan menjadi kemungkinan dan kesanggupan. Kesanggupan dan kuasa serta kedaulatan Tuhan tentu harus selaras dengan kehendak-Nya. Jika Dia menghendaki, jadilah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jika Dia tidak berkehendak dan memiliki rencana yang tidak kita pahami maka Dia tidak akan mengubah ketidakmungkinan menjadi mungkin.

Dalam hal inilah kita senantiasa diingatkan saat mendaraskan Doa Bapa Kami, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat 6:10)

No comments:

Post a Comment