Tuhan Yahweh menyampaikan nubuatan
melalui Yeremia bahwa pada waktunya (yamim baim) kelak Yahweh akan memperbarui
perjanjian-Nya dengan kaum Israel dan Yehuda sebagaimana dikatakan, “wekarati et bet Yishrael we et bet Yehudah, Brit Khadasha” (Aku akan mengadakan
perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda) - Yeremia 31:31
Hakikat
Perjanjian Baru
Mayoritas Kekristenan yang mengacu pada pola penafsiran Helenistik (Yunani),
cenderung mengganggap bahwa istilah Perjanjian Baru, menunjuk pada suatu
kondisi dan tata cara yang lebih unggul yang dibawa oleh Yesus
Sang Mesias, karena kehadiranNya
melenyapkan fungsi Torah atau lazim disebut Perjanjian Lama. Bagaimanakah Kitab
Suci menjelaskan fakta yang sesungguhnya? Adakah istilah Perjanjian Baru
mengandaikan lenyapnya Perjanjian yang pertama?, Apa makna Perjanjian Baru yang
sesungguhnya?
Waktu dan Peserta Perjanjian
“Sesungguhnya,
akan datang waktunya, demikianlah
firman Yahweh, Aku akan mengadakan perjanjian
baru dengan kaum Yishrael dan kaum Yahuda”. (ay
31)
Kapan waktu yang
dimaksudkan? Waktu ini tergenapi saat pelayanan Yesus di Yerusalem, yang
memuncak pada kematian dan kebangkitanNya dari maut. Sesaat sebelum Yesus
disalibkan dan wafat, pada waktu Seder Pesakh Tgl 14 Nisan, Dia berkata: “Dan ketika mereka sedang makan, Yesus
mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada
murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."
Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada
mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang
ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat 26:27-28).
Peserta Perjanjian Baru
bukanlah Goyim atau Non Yahudi melainkan kaum Yisrael dan Yahuda. Pelayanan Yesus
sebagai Mesias yang dijanjikan yang memuncak dalam kematian dn kebangkitanNya
adalah gerbang pembuka Perjanjian yang Baru. Dan peserta perjanjian itu
diwakili oleh jumlah murid Yesus yang dua belas sebagai simbol jumlah suku-suku
Yisrael. Kedua belas murid
adalah orang-orang Yisrael dan Yahuda dan bukan Goyim.
Maka klaim Gereja dan
Kekristenan non Yahudi yang selalu mendengungkan ajaran bahwa Yahweh telah
menolak Israel dan membuat Perjanjian Baru terhadap bangsa non Yahudi, sama
sekali tidak benar dan tidak mendapatkan rujukan dalam Kitab Suci.
Karakteristik
Perjanjian Baru
Karakteristik perjanjian
yang diperbarui oleh Yahweh digambarkan sbb“Bukan seperti perjanjian yang telah
Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka
untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan
yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman Yahweh” (ay 32).
Perjanjian Baru yang
diadakan antara Yahweh dengan orang Israel berbeda karakteristik dengan
Perjanjian yang pertama atau terdahulu. Bagaimanakah karakteristik perjanjian
yang pertama? Disabdkan mengenai perjanjian yang pertama sbb, “Musa memanggil seluruh orang Israel
berkumpul dan berkata kepada mereka: "Dengarlah, hai orang Yisrael,
ketetapan dan peraturan, yang pada hari ini kuperdengarkan kepadamu, supaya
kamu mempelajarinya dan melakukannya dengan setia. Yahweh Tuhan kita, telah mengikat perjanjian dengan kita di Horeb.
Bukan dengan nenek moyang kita Yahweh mengikat perjanjian itu, tetapi dengan
kita, kita yang ada di sini pada hari ini, kita semuanya yang masih hidup.
Yahweh telah bicara dengan berhadapan muka dengan kamu di gunung dan di
tengah-tengah api -- aku pada waktu itu berdiri antara Yahweh dan kamu untuk
memberitahukan firman Yahweh kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kamu
tidak naik ke gunung -- dan Ia berfirman: Akulah Yahweh Tuhanmu, yang membawa
engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan” (Ul 5:1-6).
Perjanjian pertama
adalah perjanjian yang diadakan oleh Yahweh dengan nenek moyang Yisrael di
Sinai, yaitu ketaatan untuk melaksanakan Torah sebagai ajaran, prinsip, pedoman
perilaku ditengah-tengah bangsa penyembah berhala. Bahkan Perjanjian pertama
dimeteraikan oleh darah anak domba. Disabdakan, “Diambilnyalah kitab
perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan
mereka berkata: "Segala firman Yahweh akan kami lakukan dan akan kami
dengarkan. Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu
serta berkata: "Inilah darah
perjanjian yang diadakan Yahweh dengan kamu, berdasarkan segala firman ini."(Kel 24:7-8).
Namun perjanjian luhur ini telah mereka langgar dan rusakkan. Dengan
cara bagaimana perjanjian luhur ini dirusakkan? Mereka selalu jatuh pada
penyembahan berhala, sehingga bangsa Yisrael kerap mengalami penjajahan
bangsa-bangsa non Yahudi seperti Babilonia, Media-Persia, Yunani, Romawi, dll.
Simak doa Daniel yang menggambarkan pembuangan Yisrael ke segala bangsa
sebagai bentuk hukuman Yahweh sbb:
“Maka aku memohon
kepada Yahweh Elohimku, dan mengaku dosaku, demikian: "Ah Junjunganku dan Tuhanku (Adonai we Elohai) yang maha
besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka
yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu! Kami telah berbuat dosa
dan salah, kami telah berlaku fasik dan
telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan
kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas
nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa
kami dan kepada segenap rakyat negeri. Ya Junjunganku (Adonai), Engkaulah yang
benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang
Yahuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Yisrael, mereka yang dekat
dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap
Engkau. Ya Yahweh, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan
bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau” (Dan
9:4-8).
Isi
Perjanjian Baru
“Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Yisrael sesudah waktu
itu, demikianlah firman Yahweh: Aku
akan menaruh Torah-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka;
maka Aku akan menjadi Tuhan mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar
sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Yahweh! Sebab
mereka semua, besar kecil, akan mengenal
Aku, demikianlah firman Yahweh, sebab Aku akan mengampuni kesalahan
mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (ay 33-34)
Isi Perjanjian Baru adalah: “natatti
et Torati beqirbam we’all libbam ektabennah” yaitu Torah
disimpan dan dituliskan dalam hati orang-orang Yisrael. Semua orang tidak perlu
secara ekslusif belajar mengenai Yahweh, karena Yahweh akan menyatakan diriNya
pada mereka karena mereka telah mendapat pengampunan dosa. Apakah ayat ini
berbicara mengenai tidak berlakunya atau pembatalan Torah Yahweh? Tidak! Ayat ini menegaskan bahwa Torah yang
diturunkan di Sinai dan dipelihara serta dipelajari dalam bentuk huruf-huruf
tertulis, akan ditanam dan ditulis dalam hati orang beriman. Ayat ini
mengajarkan pada kita suatu transformasi hidup akibat pertobatan dan
pengampunan yang Bapa Yahweh berikan pada anak-anakNya. Torah, bukan lagi suatu
beban dan kewajiban melainkan suatu kesukaan yang dikerjakan oleh orang
beriman.
Bagaimanakah
proses Torah ditanam dan ditulis dalam batin tersebut? Bagaimana pengenalan
akan Yahweh datang tanpa pengajaran khusus seorang imam? Semua ini terjadi ketika Roh Kudus dicurahkan pada para murid
dan berlangsung pada semua orang yang menerima Yesus sebagai
Junjungan Agung dan Mesias (Kis 2:1-21).
Roh
Kudus inilah yang menuntun orang beriman pada pelayanan Perjanjian Baru, yaitu
pelayanan yang dipimpin oleh Roh Kudus yang berdiam dalam batin (Rm 7:6). Roh
Kudus inilah yang akan memberikan pengurapan agar semua orang beriman dapat
belajar dan mengenal Yahweh (1 Ptr 2:27). Roh Kudus yang berdiam dalam diri
orang beriman yaang akan memberikan hati yang baru untuk taat dan melakukan
Torah Yahweh yang telah ditanam dan dituliskan dalam batin orang beriman.
Dengan demikian, ketaatan bukan datang dari luar namun secara korporatif
bekerja dari dalam, yaitu oleh kuasa Roh Kudus yang mengubah hati orang
beriman.
Pembatalan Perjanjian?
Kajian Terhadap Galatia 5:18, Ibrani 7:18-19, Ibrani 8:1-13
Namun ada satu persoalan yang tersisa. Jika Torah
tetap diberlakukan dalam kehidupan umat Perjanjian Baru, mengapa Kitab Ibrani
7:18-19 mengatakan : “Memang
suatu hukum yang dikeluarkan dahulu
dibatalkan, kalau hukum itu tidak mempunyai kekuatan dan karena itu tidak
berguna,-- sebab Torah sama sekali tidak
membawa kesempurnaan -- tetapi sekarang ditimbulkan pengharapan yang lebih
baik, yang mendekatkan kita kepada Tuhan”.
Demikian pula dikatakan dalam Kitab Ibrani 8:13: “Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian
yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan
usang, telah dekat kepada kemusnahannya”.
Mengenai Ibrani 7:18-19 bukan berbicara mengenai
pembatalan Torah tetapi perubahan sistem keimamatan paska kedatangan Yahshua dn
penghancuran Bait Suci di Yerusalem tahun 70 Ms. Kata Yunani athetesis
(pembatalan) merupakan penekanan ulang
pada apa yang dinyatakan pada ayat 12 tentang nomou methatesis
(perubahan Torah). Perubahan yang dimaksudkan bukan Torah itu sendiri melainkan
sistem keimamatan dari Imamat Lewi yang ditandai dengan korban hewan, menjadi
Imamat Melkitsedek yang ditandai dengan persembahan rohani.
DR. James Trimm dalam terjemahan The Hebraic Root
Version New Testament, mengungkapkan fakta teks Ibrani-Aramaik Perjanjian
Baru, banyak yang disalah pahami oleh para penyalin naskah Perjanjian Baru
versi Yunani. Terjemahan DR. James Trimm mengenai Ibrani 7:18-19 adalah sbb,
“Sekarang telah terjadi Pembaruan (shuklafa, Aramaik) pada perintah yang pertama sebab itu hilanglah kuasanya dan sebab itu tidak memiliki kegunaan. Sebab Torah tidak lengkap (Arm, Gemar) namun pengharapan yang lebih besar dibandingkan Torah telah masuk atas nama Torah yang mendekatkan diri kita pada Tuhan”[1].
Mengenai Ibrani 8:13, menurut terjemahan DR. James Trimm sbb,
“Dengan menyatakan telah diperbarui maka Dia menyatakan yang pertama telah menjadi kuno dan
apa yang telah menjadi kuno dan tua, telah dekat pada kemusnahannya”.
Ayat ini menegaskan mengenai perubahan sistem keimamatan Lewi kepada sistem
keimamatan Melkitsedek. DR. David Stern menjelaskan, “Konteks
perikop hendak menunjukkan bahwa penulis Ibrani berbicara mengenai sistem
keimamatan dan korban, bukan mengenai aspek lain. Apa yang sesungguhnya terjadi
adalah ambang kemusnahan sistem keimamatan yang lama dan bukan Perjanjian Lama”
[2]
Mengenai Galatia 5:18
bukan
berbicara perihal Torah melainkan pelaksanaan Torah yang legalistik. Terjemahan
LAI menuliskan sbb, “Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh
Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat”.
DR. David Stern menyoroti ada 2 istilah dalam bahasa Yunani yang
disalah pahami, yaitu Hupo nomou
(dibawah Hukum) yang muncul sebanyak 10 kali dalam Roma, 1 Korintus dan
Galatia, dan Erga nomou (pekerjaan Hukum) yang juga muncul sebanyak 10 kali
dalam Roma, 1 Korintus dan Galatia. Menurut Stern, -sambil mengutip pendapat C.E.B. Cranfield- bahwa tidak ada
padanan yang tepat dalam bahasa Yunani untuk menjelaskan istilah Legalisme, sehingga menggunakan kata
yang sama, yaitu Nomos. Demikian pula
dengan kalimat Erga nomou dan Hupo nomou seharusnya diterjemahkan dan dipahami sebagai
melakukan Torah secara legalistik dan tanpa iman pada Yahweh yang memberikan
anugrah keselamatan[3]
Dalam terjemahan kitab Suci yang beliau kerjakan yaitu
Complete Jewish Bible dituliskan, “But if you are led by the
Spirit, then you are not in subjection
to the system that results from perverting the Torah into legalism”(namun
jika engkau dipimpin oleh Roh maka kamu tidak tunduk kepada sistem yang
dihasilkan dari penyimpangan terhadap Torah menuju Legalisme). Legalisme adalah
pelaksanaan syariat Torah demi tujuan memperoleh keselamatan dan kehidupan kekal.
Sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Yahweh dan Yesus Sang Mesias.
Perayaan Shavuot Sebagai Momentum dan Peringatan
Turunnya Torah dan Turunnya Roh Kudus
Dalam
tradisi Yahudi, Perayaan Shavuot (Pentakosta) dihubungkan dengan turunnya Torah
di Sinai karena dikatakan “Pada bulan ketiga setelah orang Israel
keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga”
(Kel 19:1). Karena bulan Nisan dijadikan bulan yang pertama sebagai peringatan
Pesakh dan pembebasan dari Mesir (Kel 13:4, Ul 16:1) maka tiga bulan dari bulan
Nisan atau Aviv adalah bulan Siwan yang dalam kalender modern jatuh pada bulan Mei
akhir atau awal Juni.
Kelak
Tuhan Yahweh menjadikan perayaan Shavuot sebagai momentum pencurahan Roh Kudus
sebagai Penghibur yang menyertai orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai
Mesias dan Anak Tuhan (Kis 2:1-47).
Betapa
indahnya Tuhan Yahweh menyatakan karya penyelamatan dan tindakan-Nya atas umat
manusia melalui gambaran yang tersirat dalam Sheva Moedim (Tujuh Hari Raya) yang ditetapkan dalam Imamat 23:1-44.
Barney Kasdan memberikan penjelasan mengenai relevansi Tujuh Hari
Raya bagi kehidupan iman pengikut Mesias sbb: “The Feast of the Lord or the biblical holy days, teach us about the
nature of God and his plan for mankind...in short, all of the Feast of the Lord
were given to Israel and to grafted-in believer to teach, in practical way,
more about God and his plan for the world[4] (Hari Raya Yahweh atau
Hari Raya Biblikal mengajar kita mengenai sifat Tuhan dan rencana-Nya bagi umat
manusia...singkatnya semua Hari Raya Yahweh telah diberikan bagi Israel dan
orang beriman yang ditempelkan untuk belajar dalam cara yang sederhanan
mengenai Tuhan dan rencananya bagi dunia).
Masing-masing perayaan memiliki makna profetik terhadap apa yang
dikerjakan Yesus Sang Mesias kelak. Demikian pula saat perayaan Shavuot yang
dilaporkan dalam Kisah Rasul 2:1-47 merupakan momentum yang dipakai Tuhan
Yahweh Sang Bapa untuk menggenapkan rencana pembaruan Perjanjian dimana
Torah-Nya akan ditanam dalam batin orang beriman dan ditulis dalam hati mereka.
Perjanjian Baru tidak meniadakan dan membatalkan Torah.
Sebaliknya, Perjanjian Baru ditandai dengan pencurahan Roh Kudus sekaligus
penulisan Torah dalam batin setiap orang beriman. Jika di Sinai Tuhan Yahweh
menuliskan Torah dalam 2 loh batu dan menyuruh Musa menuliskan berbagai
peraturan dalam kitab maka dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yahweh sendiri
menuliskan dalam batin orang beriman pada Yesus Sang Mesias. Apa artinya? Torah
menjadi sumber pedoman dan perilaku serta gaya hidup pengikut Yesus. Orang yang
mengaku Kristen sudah seharusnya menjadikan Torah sebagai gaya hidup dan
pedoman moral, sebagaimana Yesus pun memantulkan dirinya sebagai pemelihara dan
pelaku Torah yang baik.
Yesus memberikan pernyataan mengenai arti kehadirannya dan
hubungannya dengan Torah sbb, "Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Mat 5:17)
Yesus menegaskan kekekalan Torah di bumi sbb, “ Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu
iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi” (Mat 5:18).
Yesus memberikan ;penjelasan mengenai upah yang akan diterima bagi
mereka yang mengajarkan Torah baik dengan sudut pandang yang benar maupun yang
keliru sbb, “Karena itu siapa yang
meniadakan salah satu perintah Torah sekalipun yang paling kecil, dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia
akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi
siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Torah, ia akan menduduki tempat yang tinggi di
dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5;19).
Yesus menghubungkan perilaku dan sikap keagamaan kita dengan Torah
sbb, “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar
dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5:20).
Marilah pada perayaan Yom Yhavuot atau Pentakosta kali ini, kita
menghayati kembali peristiwa historis dan teologis dimana Yahweh menetapkan
perjanjian-Nya dengan Israel di Sinai dengan diwahyukannya Torah sebagai
pedoman keagamaan dan kehidupan sosial. Serentak dengan itu kita merayakan pula
pembaruan perjanjian dengan penulisan Torah di batin orang beriman melalui
peristiwa turunnya Roh Kudus yang mendiami batin kita. Roh Kudus itulah yang
akan mengingatkan akan sabda-sabda Yesus (Yoh 14:26) dan sabda Yesus adalah
pengejawantahan Torah (Mat 5:17).
Marilah pula kita mengharapkan pengalaman spiritual yang sama
dengan bapa leluhur iman kita yaitu pengalaman supranatural berupa sentuhan
tangan Tuhan dan lawatan Tuhan yang nyata memenuhi hidup mereka dimana Tuhan
menjadi begitu sangat dekat karena Roh-Nya berdiam dalam diri kita.
Selamat merayakan Yom Shavuot (Pentakosta) 5 Siwan 5772/27 Mei
2012
[1] Socienty for the Advancement of Nazarene
Judaism, Po.Box 471, Hurst, TX 76053, p.520
[2] Jewish New
Testament Commentary, JNTP, 1992, p.691
[3] Messianic Jewish Manifesto, JNTP, 1991,
p.129-132
[4] God’s Appointed
Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical
Holidays, Lederer Books 1993, p.vi
Sangat bagus. Tetapi saya ingin bertanya kepada Bapak Teguh Hindarto Yth. Di atas tertulis: Isi Perjanjian Baru
ReplyDelete“Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Yisrael sesudah waktu itu, demikianlah firman Yahweh: Aku akan menaruh Torah-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Tuhan mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Yahweh! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman Yahweh, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (ay 33-34). KALAU ADA FIRMAN 'TIDAK USAH LAGI ORANG MENGAJAR SESAMANYA ATAU MENGAJAR SAUDARANYA DENGAN MENGATAKAN: KENALLAH YAHWEH...." Sampai sejauhmana kebenarannya hal tersebut? Sbb sampai saat ini orang pada umumnya masih belajar, hamba-hamba Tuhan masih belajar hingga STh, MTh, DTh, saya pribadi jg masih belajar dari tulisan-tulisan Anda mengenai YAHWEH, bahkan pada banyak orang tidak mengenal YAHWEH, atau tidak mau tahu nama YAHWEH (mereka lebih mengenal & percaya pada nama Allah, bukan YAHWEH). Mohon mendapat penjelasan, spy saya dapat memberi penjelasan kepada orang-orang lain. Terima kasih. YBU.
Frasa, "Tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah YHWH", setara dengan pernyataan dalam 1 Yohanes 2:20, "Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya" dan 1 Yohanes 2;27, "Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia"
ReplyDeleteMaksud dari ayat-ayat di atas lebih menekankan adanya hikmat dan pengetahuan yang Tuhan tanamkan dalam hati dan pikiran umatnya sehingga tidak perlu dipaksa dan dorong dari luar dirinya melainkan dari dalam dirinya akan muncul sebuah dorongan, hasrat (desire) untuk belajar dan mengenal Tuhan.
Terima kasih Bapak.
ReplyDeleteApakah ayat-ayat di atas hanya berlaku bagi kita orang Kristen dan orang-orang Israel sajakah? Atau juga berlaku bagi orang-orang non Kristen atau non Israel, misalnya orang-orang Muslim, Budha, Hindu, dll.
Mohon petunjuk.
Y2O.
Tentu saja ayat-ayat tersebut ditujukan bagi orang Kristen
Delete