Saturday, May 26, 2012

PERAYAAN PENTAKOSTA DAN PENULISAN TORAH DALAM BATIN



Tuhan Yahweh menyampaikan nubuatan melalui Yeremia bahwa pada waktunya (yamim baim) kelak Yahweh akan memperbarui perjanjian-Nya dengan kaum Israel dan Yehuda sebagaimana dikatakan, “wekarati et bet Yishrael we et bet Yehudah, Brit Khadasha” (Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda) - Yeremia 31:31

Hakikat Perjanjian Baru

Mayoritas Kekristenan yang mengacu pada pola penafsiran Helenistik (Yunani), cenderung mengganggap bahwa istilah Perjanjian Baru, menunjuk pada suatu kondisi dan tata cara yang lebih unggul yang dibawa oleh Yesus Sang Mesias, karena kehadiranNya melenyapkan fungsi Torah atau lazim disebut Perjanjian Lama. Bagaimanakah Kitab Suci menjelaskan fakta yang sesungguhnya? Adakah istilah Perjanjian Baru mengandaikan lenyapnya Perjanjian yang pertama?, Apa makna Perjanjian Baru yang sesungguhnya?

Waktu dan Peserta Perjanjian

Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman Yahweh, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Yishrael dan kaum Yahuda”. (ay 31)

Kapan waktu yang dimaksudkan? Waktu ini tergenapi saat pelayanan Yesus di Yerusalem, yang memuncak pada kematian dan kebangkitanNya dari maut. Sesaat sebelum Yesus disalibkan dan wafat, pada waktu Seder Pesakh Tgl 14 Nisan, Dia berkata: “Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat 26:27-28).

Peserta Perjanjian Baru bukanlah Goyim atau Non Yahudi melainkan kaum Yisrael dan Yahuda. Pelayanan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan yang memuncak dalam kematian dn kebangkitanNya adalah gerbang pembuka Perjanjian yang Baru. Dan peserta perjanjian itu diwakili oleh jumlah murid Yesus yang dua belas sebagai simbol jumlah suku-suku Yisrael. Kedua belas murid adalah orang-orang Yisrael dan Yahuda dan bukan Goyim.

Maka klaim Gereja dan Kekristenan non Yahudi yang selalu mendengungkan ajaran bahwa Yahweh telah menolak Israel dan membuat Perjanjian Baru terhadap bangsa non Yahudi, sama sekali tidak benar dan tidak mendapatkan rujukan dalam Kitab Suci.

Karakteristik Perjanjian Baru

Karakteristik perjanjian yang diperbarui oleh Yahweh digambarkan sbbBukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman Yahweh” (ay 32).

Perjanjian Baru yang diadakan antara Yahweh dengan orang Israel berbeda karakteristik dengan Perjanjian yang pertama atau terdahulu. Bagaimanakah karakteristik perjanjian yang pertama? Disabdkan mengenai perjanjian yang pertama sbb, “Musa memanggil seluruh orang Israel berkumpul dan berkata kepada mereka: "Dengarlah, hai orang Yisrael, ketetapan dan peraturan, yang pada hari ini kuperdengarkan kepadamu, supaya kamu mempelajarinya dan melakukannya dengan setia. Yahweh Tuhan kita, telah mengikat perjanjian dengan kita di Horeb. Bukan dengan nenek moyang kita Yahweh mengikat perjanjian itu, tetapi dengan kita, kita yang ada di sini pada hari ini, kita semuanya yang masih hidup. Yahweh telah bicara dengan berhadapan muka dengan kamu di gunung dan di tengah-tengah api -- aku pada waktu itu berdiri antara Yahweh dan kamu untuk memberitahukan firman Yahweh kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kamu tidak naik ke gunung -- dan Ia berfirman: Akulah Yahweh Tuhanmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan” (Ul 5:1-6).

Perjanjian pertama adalah perjanjian yang diadakan oleh Yahweh dengan nenek moyang Yisrael di Sinai, yaitu ketaatan untuk melaksanakan Torah sebagai ajaran, prinsip, pedoman perilaku ditengah-tengah bangsa penyembah berhala. Bahkan Perjanjian pertama dimeteraikan oleh darah anak domba. Disabdakan, “Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman Yahweh akan kami lakukan dan akan kami dengarkan. Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: "Inilah darah perjanjian yang diadakan Yahweh dengan kamu, berdasarkan segala firman ini."(Kel 24:7-8).

Namun perjanjian luhur ini telah mereka langgar dan rusakkan. Dengan cara bagaimana perjanjian luhur ini dirusakkan? Mereka selalu jatuh pada penyembahan berhala, sehingga bangsa Yisrael kerap mengalami penjajahan bangsa-bangsa non Yahudi seperti Babilonia, Media-Persia, Yunani, Romawi, dll.

Simak doa Daniel yang menggambarkan pembuangan Yisrael ke segala bangsa sebagai bentuk hukuman Yahweh sbb: 

Maka aku memohon kepada Yahweh Elohimku, dan mengaku dosaku, demikian: "Ah Junjunganku dan Tuhanku (Adonai we Elohai) yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu! Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. Ya Junjunganku (Adonai), Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yahuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Yisrael, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau. Ya Yahweh, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau” (Dan 9:4-8).

Isi Perjanjian Baru

Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Yisrael sesudah waktu itu, demikianlah firman Yahweh: Aku akan menaruh Torah-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Tuhan mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Yahweh! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman Yahweh, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (ay 33-34)


Isi Perjanjian Baru adalah: natatti et Torati beqirbam we’all libbam ektabennah” yaitu Torah disimpan dan dituliskan dalam hati orang-orang Yisrael. Semua orang tidak perlu secara ekslusif belajar mengenai Yahweh, karena Yahweh akan menyatakan diriNya pada mereka karena mereka telah mendapat pengampunan dosa. Apakah ayat ini berbicara mengenai tidak berlakunya atau pembatalan Torah Yahweh? Tidak! Ayat ini menegaskan bahwa Torah yang diturunkan di Sinai dan dipelihara serta dipelajari dalam bentuk huruf-huruf tertulis, akan ditanam dan ditulis dalam hati orang beriman. Ayat ini mengajarkan pada kita suatu transformasi hidup akibat pertobatan dan pengampunan yang Bapa Yahweh berikan pada anak-anakNya. Torah, bukan lagi suatu beban dan kewajiban melainkan suatu kesukaan yang dikerjakan oleh orang beriman.


Bagaimanakah proses Torah ditanam dan ditulis dalam batin tersebut? Bagaimana pengenalan akan Yahweh datang tanpa pengajaran khusus seorang imam? Semua ini terjadi ketika Roh Kudus dicurahkan pada para murid dan berlangsung pada semua orang yang menerima Yesus sebagai Junjungan Agung dan Mesias (Kis 2:1-21).

Roh Kudus inilah yang menuntun orang beriman pada pelayanan Perjanjian Baru, yaitu pelayanan yang dipimpin oleh Roh Kudus yang berdiam dalam batin (Rm 7:6). Roh Kudus inilah yang akan memberikan pengurapan agar semua orang beriman dapat belajar dan mengenal Yahweh (1 Ptr 2:27). Roh Kudus yang berdiam dalam diri orang beriman yaang akan memberikan hati yang baru untuk taat dan melakukan Torah Yahweh yang telah ditanam dan dituliskan dalam batin orang beriman. Dengan demikian, ketaatan bukan datang dari luar namun secara korporatif bekerja dari dalam, yaitu oleh kuasa Roh Kudus yang mengubah hati orang beriman.

Pembatalan Perjanjian?
Kajian Terhadap Galatia 5:18, Ibrani 7:18-19, Ibrani 8:1-13

Namun ada satu persoalan yang tersisa. Jika Torah tetap diberlakukan dalam kehidupan umat Perjanjian Baru, mengapa Kitab Ibrani 7:18-19 mengatakan : Memang suatu hukum yang dikeluarkan dahulu dibatalkan, kalau hukum itu tidak mempunyai kekuatan dan karena itu tidak berguna,-- sebab Torah sama sekali tidak membawa kesempurnaan -- tetapi sekarang ditimbulkan pengharapan yang lebih baik, yang mendekatkan kita kepada Tuhan”.

Demikian pula dikatakan dalam Kitab Ibrani 8:13: “Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya”.

Mengenai Ibrani 7:18-19 bukan berbicara mengenai pembatalan Torah tetapi perubahan sistem keimamatan paska kedatangan Yahshua dn penghancuran Bait Suci di Yerusalem tahun 70 Ms. Kata Yunani athetesis (pembatalan)  merupakan penekanan ulang pada apa yang dinyatakan pada ayat 12 tentang nomou methatesis (perubahan Torah). Perubahan yang dimaksudkan bukan Torah itu sendiri melainkan sistem keimamatan dari Imamat Lewi yang ditandai dengan korban hewan, menjadi Imamat Melkitsedek yang ditandai dengan persembahan rohani.

DR. James Trimm dalam terjemahan The Hebraic Root Version New Testament, mengungkapkan fakta teks Ibrani-Aramaik Perjanjian Baru, banyak yang disalah pahami oleh para penyalin naskah Perjanjian Baru versi Yunani. Terjemahan DR. James Trimm mengenai Ibrani 7:18-19 adalah sbb,

Sekarang telah terjadi Pembaruan (shuklafa, Aramaik) pada perintah yang pertama sebab itu hilanglah kuasanya dan sebab itu tidak memiliki kegunaan. Sebab Torah tidak lengkap (Arm, Gemar) namun pengharapan yang lebih besar dibandingkan Torah telah masuk atas nama Torah yang mendekatkan diri kita pada Tuhan[1].

Mengenai Ibrani 8:13, menurut terjemahan DR. James Trimm sbb,

“Dengan menyatakan telah diperbarui maka Dia menyatakan yang pertama telah menjadi kuno dan apa yang telah menjadi kuno dan tua, telah dekat pada kemusnahannya”.

Ayat ini menegaskan mengenai perubahan sistem keimamatan Lewi kepada sistem keimamatan Melkitsedek. DR. David Stern menjelaskan, Konteks perikop hendak menunjukkan bahwa penulis Ibrani berbicara mengenai sistem keimamatan dan korban, bukan mengenai aspek lain. Apa yang sesungguhnya terjadi adalah ambang kemusnahan sistem keimamatan yang lama dan bukan Perjanjian Lama” [2]

Mengenai Galatia 5:18 bukan berbicara perihal Torah melainkan pelaksanaan Torah yang legalistik. Terjemahan LAI menuliskan sbb, “Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat”.

DR. David Stern menyoroti ada 2 istilah dalam bahasa Yunani yang disalah pahami, yaitu Hupo nomou (dibawah Hukum) yang muncul sebanyak 10 kali dalam Roma, 1 Korintus dan Galatia, dan Erga nomou (pekerjaan Hukum) yang juga muncul sebanyak 10 kali dalam Roma, 1 Korintus dan Galatia. Menurut Stern, -sambil mengutip pendapat C.E.B. Cranfield- bahwa tidak ada padanan yang tepat dalam bahasa Yunani untuk menjelaskan istilah Legalisme, sehingga menggunakan kata yang sama, yaitu Nomos. Demikian pula dengan kalimat Erga nomou dan Hupo nomou  seharusnya diterjemahkan dan dipahami sebagai melakukan Torah secara legalistik dan tanpa iman pada Yahweh yang memberikan anugrah keselamatan[3]

Dalam terjemahan kitab Suci yang beliau kerjakan yaitu Complete Jewish Bible dituliskan, “But if you are led by the Spirit, then you are not in subjection to the system that results from perverting the Torah into legalism”(namun jika engkau dipimpin oleh Roh maka kamu tidak tunduk kepada sistem yang dihasilkan dari penyimpangan terhadap Torah menuju Legalisme). Legalisme adalah pelaksanaan syariat Torah demi tujuan memperoleh keselamatan dan kehidupan kekal. Sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Yahweh dan Yesus Sang Mesias.

Perayaan Shavuot Sebagai Momentum dan Peringatan
Turunnya Torah dan Turunnya Roh Kudus

Dalam tradisi Yahudi, Perayaan Shavuot (Pentakosta) dihubungkan dengan turunnya Torah di Sinai karena dikatakan “Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga” (Kel 19:1). Karena bulan Nisan dijadikan bulan yang pertama sebagai peringatan Pesakh dan pembebasan dari Mesir (Kel 13:4, Ul 16:1) maka tiga bulan dari bulan Nisan atau Aviv adalah bulan Siwan yang dalam kalender modern jatuh pada bulan Mei akhir atau awal Juni.

Kelak Tuhan Yahweh menjadikan perayaan Shavuot sebagai momentum pencurahan Roh Kudus sebagai Penghibur yang menyertai orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan (Kis 2:1-47).

Betapa indahnya Tuhan Yahweh menyatakan karya penyelamatan dan tindakan-Nya atas umat manusia melalui gambaran yang tersirat dalam Sheva Moedim (Tujuh Hari Raya) yang ditetapkan dalam Imamat 23:1-44.

Barney Kasdan memberikan penjelasan mengenai relevansi Tujuh Hari Raya bagi kehidupan iman pengikut Mesias sbb: “The Feast of the Lord or the biblical holy days, teach us about the nature of God and his plan for mankind...in short, all of the Feast of the Lord were given to Israel and to grafted-in believer to teach, in practical way, more about God and his plan for the world[4] (Hari Raya Yahweh atau Hari Raya Biblikal mengajar kita mengenai sifat Tuhan dan rencana-Nya bagi umat manusia...singkatnya semua Hari Raya Yahweh telah diberikan bagi Israel dan orang beriman yang ditempelkan untuk belajar dalam cara yang sederhanan mengenai Tuhan dan rencananya bagi dunia).

Masing-masing perayaan memiliki makna profetik terhadap apa yang dikerjakan Yesus Sang Mesias kelak. Demikian pula saat perayaan Shavuot yang dilaporkan dalam Kisah Rasul 2:1-47 merupakan momentum yang dipakai Tuhan Yahweh Sang Bapa untuk menggenapkan rencana pembaruan Perjanjian dimana Torah-Nya akan ditanam dalam batin orang beriman dan ditulis dalam hati mereka.

Perjanjian Baru tidak meniadakan dan membatalkan Torah. Sebaliknya, Perjanjian Baru ditandai dengan pencurahan Roh Kudus sekaligus penulisan Torah dalam batin setiap orang beriman. Jika di Sinai Tuhan Yahweh menuliskan Torah dalam 2 loh batu dan menyuruh Musa menuliskan berbagai peraturan dalam kitab maka dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yahweh sendiri menuliskan dalam batin orang beriman pada Yesus Sang Mesias. Apa artinya? Torah menjadi sumber pedoman dan perilaku serta gaya hidup pengikut Yesus. Orang yang mengaku Kristen sudah seharusnya menjadikan Torah sebagai gaya hidup dan pedoman moral, sebagaimana Yesus pun memantulkan dirinya sebagai pemelihara dan pelaku Torah yang baik.

Yesus memberikan pernyataan mengenai arti kehadirannya dan hubungannya dengan Torah sbb, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Mat 5:17)

Yesus menegaskan kekekalan Torah di bumi sbb, “ Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Mat 5:18).

Yesus memberikan ;penjelasan mengenai upah yang akan diterima bagi mereka yang mengajarkan Torah baik dengan sudut pandang yang benar maupun yang keliru sbb, “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Torah sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Torah, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5;19).

Yesus menghubungkan perilaku dan sikap keagamaan kita dengan Torah sbb, “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5:20).

Marilah pada perayaan Yom Yhavuot atau Pentakosta kali ini, kita menghayati kembali peristiwa historis dan teologis dimana Yahweh menetapkan perjanjian-Nya dengan Israel di Sinai dengan diwahyukannya Torah sebagai pedoman keagamaan dan kehidupan sosial. Serentak dengan itu kita merayakan pula pembaruan perjanjian dengan penulisan Torah di batin orang beriman melalui peristiwa turunnya Roh Kudus yang mendiami batin kita. Roh Kudus itulah yang akan mengingatkan akan sabda-sabda Yesus (Yoh 14:26) dan sabda Yesus adalah pengejawantahan Torah (Mat 5:17).

Marilah pula kita mengharapkan pengalaman spiritual yang sama dengan bapa leluhur iman kita yaitu pengalaman supranatural berupa sentuhan tangan Tuhan dan lawatan Tuhan yang nyata memenuhi hidup mereka dimana Tuhan menjadi begitu sangat dekat karena Roh-Nya berdiam dalam diri kita.

Selamat merayakan Yom Shavuot (Pentakosta) 5 Siwan 5772/27 Mei 2012



[1] Socienty for the Advancement of Nazarene Judaism, Po.Box 471, Hurst, TX 76053, p.520

[2] Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1992, p.691

[3] Messianic Jewish Manifesto, JNTP, 1991, p.129-132

[4] God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays, Lederer Books 1993, p.vi

4 comments:

  1. Sangat bagus. Tetapi saya ingin bertanya kepada Bapak Teguh Hindarto Yth. Di atas tertulis: Isi Perjanjian Baru

    “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Yisrael sesudah waktu itu, demikianlah firman Yahweh: Aku akan menaruh Torah-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Tuhan mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Yahweh! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman Yahweh, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (ay 33-34). KALAU ADA FIRMAN 'TIDAK USAH LAGI ORANG MENGAJAR SESAMANYA ATAU MENGAJAR SAUDARANYA DENGAN MENGATAKAN: KENALLAH YAHWEH...." Sampai sejauhmana kebenarannya hal tersebut? Sbb sampai saat ini orang pada umumnya masih belajar, hamba-hamba Tuhan masih belajar hingga STh, MTh, DTh, saya pribadi jg masih belajar dari tulisan-tulisan Anda mengenai YAHWEH, bahkan pada banyak orang tidak mengenal YAHWEH, atau tidak mau tahu nama YAHWEH (mereka lebih mengenal & percaya pada nama Allah, bukan YAHWEH). Mohon mendapat penjelasan, spy saya dapat memberi penjelasan kepada orang-orang lain. Terima kasih. YBU.

    ReplyDelete
  2. Frasa, "Tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah YHWH", setara dengan pernyataan dalam 1 Yohanes 2:20, "Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya" dan 1 Yohanes 2;27, "Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia"

    Maksud dari ayat-ayat di atas lebih menekankan adanya hikmat dan pengetahuan yang Tuhan tanamkan dalam hati dan pikiran umatnya sehingga tidak perlu dipaksa dan dorong dari luar dirinya melainkan dari dalam dirinya akan muncul sebuah dorongan, hasrat (desire) untuk belajar dan mengenal Tuhan.

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Bapak.
    Apakah ayat-ayat di atas hanya berlaku bagi kita orang Kristen dan orang-orang Israel sajakah? Atau juga berlaku bagi orang-orang non Kristen atau non Israel, misalnya orang-orang Muslim, Budha, Hindu, dll.

    Mohon petunjuk.
    Y2O.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tentu saja ayat-ayat tersebut ditujukan bagi orang Kristen

      Delete