Thursday, September 12, 2013

KEMATIAN YESUS SEBAGAI KORBAN PENDAMAIAN



 

Midrash 1 Yohanes 2:1-6 (Nats: 1 Yoh 2:1-2)


Perayaan Yom Kippur menunjuk pada pendamaian dosa-dosa kolektif Bangsa Yisrael terhadap YHWH dengan penyembelihan hewan setahun sekali. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada karya Yesus sebagai korban pendamaian sejati. Nilai karya Mesianis Yesus yaitu kewafatan di kayu salib memiliki aspek ganda yang berkaitan dengan dua perayaan dari tujuh hari raya yaitu Pesakh (Paskah) dan Yom Kippur (Hari Pendamaian).

Berikut ini karakteristik dari perayaan Yom Kippur menurut Barney Kasdan dalam bukunya God’s Appointed Time: A Practical Guide for Undestanding and Celebrating the Biblical Holiday, sbb: Berdasarkan Imamat 16, ritual Yom Kippur berpusat pada persembahan dua korban kambing. Yang satu dinamai dengan Khatat yang akan disembelih sebagai lampang penghapusan dosa Yisrael. Sementara kambing yang satu diberi nama Azazel. Kambing ini tidak disembelih namun dibuang ke hutan dan ditandai kain merah kesumba. Kambing ini sebagai lambang dosa Yisrael yang dibuang. Ritual di atas merupakan ketetapan Tuhan yang agung, yaitu mengenai penebusan dan pengampunan melalui korban pengganti. Karena Rosh ha Shanah dan Yom Kippur berdekatan dalam berjarak sepuluh hari, maka perayaan Yom Kippur menjadi sangat penting. Apa yang telah dimulai pada bulan Tishri sebagai evaluasi diri dan pertobatan maka pada hari kesepuluh digenapi dengan penebusan dan pengampunan. Sejak Bait Suci (Bet ha Miqdash) di Yerusalem hancur pada tahun 70 Ms. Maka muncul kebingungan diantara para rabbi, mengenai bagaimana pelaksanaan korban Yom Kippur yang berpusat di Bait Suci. Pada perkembangannya para rabbi membuat korban pengganti melalui Tseloshah Taw atau “TIGA T” yaitu: Tefilah(doa), Tsedaqah (perbuatan baik, derma) dan Teshuvah (pertobatan).


Nama lain yang diberikan untuk perayaan Yom Kippur adalah Yomim Nora’im (hari yang khidmat) karena merupakan perluasan Rosh ha Shanah. Pada hari ini orang-orang Yahudi tradisional melakukan doa, puasa dan pengampunan atas dosa-dosanya selama setahun. Dalam rumah keluarga-keluarga Yahudi, Tgl 9 Tishri petang menjelang pergantian ke Tgl 10 Tishri, merek akan makan malam dan memulai puasa sampai Tgl 10 Tishri petang. Saat makan malam memulai dan mengakhiri puasa, meja akan dihiasi kain putih dan masing-masing berpakaian putih sebagai lambang pengharapan atas pembersihan dosa (Yes 1:18). Ibadah keluarga ditandai dengan penyalaan lilin, pembacaan birkat dan makan roti dan meminum anggur. Orang-orang yang blayak berpuasa adalah mereka yang telah memasuki usia Bar/Bat Mitswah (usia 13 tahun) sementara yang memiliki ganguan kesehatan dan wanita hamil dilarang berpuasa. Pada petang hari menjelang penutupan puasa, keluarga Yahudi berkumpul di Sinagog untuk melaksanakan Kol Nidrey yaitu doa-doa yang dlantunkan untuk memohon agar Tuhan mengampuni berbagai sumpah yang tidak ditepati. Asal usul doa ini berasal dari Abad Pertengahan saat orang-orang Yahudi banyak mengalami penganiyaan dan pemaksaan pindah ke agama Kristen. Orang-orang Yahudi meyakini bahwa saat Yom Kippur berakhir pada petang hari, Tuhan telah mengadili dan memberikan pengampunan. Dan doa-doa yang dinaikkan berisikan permohonan agar orang-orang Yahudi tertulis dalam buku kehidupan. Selain Kol Nidrey juga Neilah atau penutupan pintu gerbang. Kemudian shofar ditiup sebagai lambang bahwa nasib seseorang telah dimeteraikan pada tahun yang akan datang[1].



Yang menarik untuk dikaji, dalam Lukas 4:16-22 dilaporkan bahwa Yesus Sang Mesias membaca Yesaya 61 di Sinagog dan menghubungkan ayat tersebut dengan diri-Nya. Beberapa literatur rabinik mempercayai bahwa saat Mesias datang, Mesias akan mengucapkan perkataan dalam Yesaya 61 (Lexicon oleh Rabbi David Kimchi sebagaimana dikutip dari buku A Manual of Christian Evidences for Jewish People, Vol 2, p.76). Kenyataan ini mendorong pada kesimpulan bahwa Mesias akan datang pada saat perayaan Yom Kippur dalam Tahun Yobel yang terakhir untuk memberikan pembebasan pada orang-orang Yahudi sebagaimana dikatakan dalam Talmud Sanhedrin 97b sbb: “Dunia akan berakhir tidak kurang dari 85 Yobel dan diakhir Yobel, Mesias Putra Dawid akan datang”. Unsur penting lainnya adalah bahwa dalam sinagoge Abad Pertama Masehi, Yesaya 61 tidak dibaca di sinagog selama Yom Kippur melainkan berhenti sampai di Yesaya 58 karena orang Yahudi memiliki pola pembacaan tiga lapis setiap tahunnya. Maka ketika Mesias membaca Yesaya 61 di sinagog dia hendak menegaskan kemesiasan dirinya. Bukan hanya itu, Yesus pun hendak menyatakan bahwa peristiwa pembacaan Yesaya 61 terjadi saat perayaan Yom Kippur. Yesus menggunakan kata-kata yang tepat pada waktu yang tepat untuk menyatakan siapa diri-Nya.

Pengkajian fakta bahwa Yesus merayakan Yom Kippur dan menjadikan perayaan-perayaan tersebut bagian dari momentum untuk memproklamirkan karya Mesianisnya perlu untuk dipahami oleh umat Kristiani. Mengapa? Agar Kekristenan mengerti akar keimanannya yang berasal dari ibu kandung Yudaisme. Yudaisme adalah agama orang Israel (Yahudi) yang berpusatkan pada Tuhan YHWH sebagai Pencipta dan Torah-Nya yang diberikan sebagai pedoman spiritual dan moralitas. Yohanes adalah bagian dari Yudaisme. Yesus adalah bagian dari Yudaisme. Paulus, Yakobus, Petrus dan semua tokoh yang berhubungan dengan Yesus adalah bagian dari Yudaisme. Yesus, Paulus, Yakobus, Petrus, Yohanes dan orang-orang di seputar Yesus bukan Kristen dan tidak pernah mendirikan agama Kristen. Mereka semua bagian dari sistem keagamaan Yudaisme dengan pemahaman mengenai Akidah (Emunah), Ibadah (Avodah) serta Akhlaq (Halakah) yang khas Yudaisme.

Berkaitan dengan perayaan Yom Kippur dan korelasinya dengan karya Mesianis Yesus Sang Mesias, bacaan kita dari 1 Yohanes 2:1-2 memberikan fundasi kokoh mengenai nilai kematian Yesus di kayu salib bagi penghapusan dosa, pengampunan serta pendamaian antara manusia dengan Tuhan.

Pembacaan 1 Yohanes 2:1-2 memberikan dua pemahaman penting bagi kita. Pertama, peranan Yesus sebagai Pengantara dengan Bapa. Kedua, Yesus sebagai Korban Pendamaian untuk segala dosa dunia dan orang yang menerimanya.

Kata yang diterjemahkan dengan “pengantara” pada ayat tersebut dalam bahasa Yunani digunakan kataParakleton (bentuk akusatif dari kata Parakletos). Mengapa kata Paraketos yang dipergunakan? Bukankah ini gelar bagi Roh Kudus sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 14:16,26 dan Yohanes 15:26 serta Yohanes 16:7?

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong (Parakletos) yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yoh 14:16)
tetapi Penghibur (Parakletos), yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh 14:26)

Jikalau Penghibur (Parakletos) yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku” (Yoh 15:26)

Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur (Parakletos) itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh 16:7)

Mengapa surat 1 Yohanes 2:1 menggunakan kata Yunani Parakletos (παρακλητος) sementara kata Yunani untukPengantara adalah Mesites (μεσιτης) sebagaimana dalam 1 Timotius 2:5, “Karena Tuhan itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara (mesites) antara Tuhan dan manusia, yaitu manusia Mesias Yesus” ? (Band. Gal 3:20, Ibr 8:6, Ibr 9:5)?

Kita tidak mendapatkan keterangan yang memadai mengapa surat 1 Yohanes 2:1 menggunakan istilah yang sama yang ditujukan bagi Roh Kudus. Implikasi penggunaan istilah Parakletos bagi peranan Yesus di sini selayaknya bukan diterjemahkan dengan Pengantara (sebagaimana versi LAI) melainkan Penolong. Sehingga 1 Yohanes 2:1 seharusnya diterjemahkan, “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang PENOLONG pada Bapa, yaitu Yesus Sang Mesias, yang adil”.

Apakah menerjemahkan Parakletos dalam 1 Yohanes 2:1 keliru? Secara tekstual (berdasarkan arti kata dalam bahasa Yunaninya) memang keliru sekalipun berdasarkan konteksnya tidak keliru. Karena toch dalam ayat-ayat lain Yesus menjalankan fungsi Pengantara pada Bapa (1 Tim 2:5, Gal 3:20, Ibr 8:6, Ibr 9:5).

Fungsi Penolong yang dinisbatkan terhadap diri Yesus berbeda dengan fungsi Roh Kudus yaitu yang bertugas untuk mengajarkan dan mengingatkan sabda Yesus dan berdiam dalam diri para murid Yesus baik para rasulnya dan kita semua yang percaya kepada Yesus sebagai Mesias. Fungsi Penolong yang dinisbatkan pada Yesus berkaitan dengan Pengampunan Dosa sebagaimana dikatakan, “namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang PENOLONG pada Bapa”.

Mengapa kita memerlukan Yesus sebagai penolong pada Bapa? Mengapa kita tidak datang langsung pada Bapa Surgawi untuk memohon pengampunan jika kita melakukan dosa dan pelanggaran? Jawaban untuk pertanyaan di atas, berkaitan dengan kalimat berikutnya dari 1 Yohanes 2:1-2 dan yang menuntun kita untuk memahami kedudukan Yesus sebagai Korban Pendamaian.

Apa arti Pendamaian dalam 1 Yohanes 2:2? Selengkapnya dikatakan, “Dan Ia adalah Pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”. Kata Yunani yang diterjemahkan dengan Pendamaian adalah Hilasmos (ιλασμος). Kita tidak akan mendapatkan pengertian tentang makna Pendamaian jika hanya mengandalkan apa yang tertulis dalam naskah Yunani Perjanjian Baru yaitu kataHilasmos. Untuk mendapatkan apa arti Pendamaian, kita harus memahami dalam sudut pandang Torah dan Yudaisme. Sekalipun Kitab Perjanjian Baru dituliskan dalam bahasa Yunani, namun banyak istilah, idiom dan ungkapan-ungkapan yang berlatar belakang konsep-konsep Torah dan Yudaisme di dalamnya sehingga dalam menafsirkan kata dan kalimat dalam naskah Perjanjian Baru bukan hanya mengandalkan penguasaan bahasa Yunani melainkan juga penguasaan latar belakang Yudaisme dan berbagai istilah yang bernuansa Yudaisme dan berbasis Torah.

DR. David Bivin seorang peneliti dan penulis di Jerusalem Perspective dalam artikelnya, Cataloging the New Testament's Hebraisms: Part 1 mengatakan sbb: “Hebraisms can be found in all books of the NT -- after all, most, if not all, of these books were authored by Jews living in the land of Israel in the first century -- but the vast majority of the NT’s Hebraisms lie buried in the Greek texts of Matthew, Mark and Luke. Isolated idioms do not prove Hebrew origins, just as a French word or idiom in American English does not prove Americans speakFrench. No single Hebraism can support the supposition that a NT book was originally written in Hebrew; however, masses of Hebraisms in a NT book tend to indicate a Hebrew ancestor” (Hebraisme dapat ditemukan dalam keseluruhan kitab-kitab Perjanjian Baru – bagaimanapun meski tidak seluruhnya masing-masing kitab tersebut dituliskan oleh orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel pada Abad Pertama – namun kebanyakan unsur Hebraisme Perjanjian Baru terkubur di dalam teks Yunani Matius, Markus dan Lukas. Idiom yang tersembunyi memang tidak membuktikan asal usul Ibrani dari Kitab Perjanjian Baru, seperti kata atau idiom Prancis dalam bahasa Inggris orang Amerika tidak membuktikan bahwa orang Amerika berbahasa Prancis. Tidak ada satupun unsur Hebraisme dalam Kitab Perjanjian Baru menunjukkan indikasi bahwa aslinya dituliskan dalam bahasa Ibrani. Namun demikian, banyaknnya unsur Hebraisme dapat mendukung dugaan bahwa Kitab Perjanjian Baru cenderung memngindikasikan asal usul Ibraninya).[2]. Demikian pula DR. David Stern mengatakan dalam Jewish New Testament Commentary pada bagian  introduksinya sbb: “Traditional rabbinic viewpoint are an essential element to take into account in understanding the text of the New Testament”[3] (Sudut pandang Rabinisme tradisional merupakan unsur penting dalam rangka memahami teks Perjanjian Baru).

Dalam Kitab Perjanjian Baru kita temukan sejumlah istilah yang hanya dapat dimengerti jika kita memahami konsep-konsep dalam Torah dan Yudaisme seperti “mata baik dan mata jahat” (Mat 6:22), “memecah roti” (Luk 22:19), “mengikat dan melepaskan” (Mat 16:19), “membatalkan dan menggenapkan” (Mat 5:17) dll. Istilah-istilah dan kalimat-kalimat tersebut akan bias makna dan tafsir jika tidak melibatkan pemahaman terhadap konsep-konsep dalam Torah dan Yudaisme serta literatur Rabinik pada Abad I Ms.

Hebrew New Testament (terjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani) menerjemahkan 1 Yohanes 2:2 sbb:

והוא כפרה על־חטאתינו ולא על־חטאתינו בלבד כי גם־על־חטאת כל־העולם׃
(wehu kaparah al khatoteinu we lo ‘al khatoteinu bilevad ki gam ‘al khatat kol ha’olam)

Kata pendamaian berasal dari kata כפר (kapar) yang bermakna “menutupi”. Dalam konteks religius bermakna “penebusan atau pendamaian”. Orang berdosa pada hakikatnya adalah orang yang terjual dibawah kuasa dosa dan telanjang di hadapan Tuhan YHWH. Maka YHWH bertindak menutup, menyelubungi, menebus seseorang dari ketelanjangan dan kuasa dosa. Tanda pendamaian adalah melalui darah anak domba. Ketika darah anak domba yang disembelih, maka terjadi pendamaian antara YHWH dengan umat. Dalam TaNaKh, kata “Pendamaian” memiliki fungsi yang beragam. Tidak semata-mata suatu perayaan tahunan yang ditandai dengan pengakuan dosa, puasa dan penyembelihan korban penghapus dosa, namun menjadi suatu kegiatan yang bersifat insidentil diantara umat YHWH, seperti pengampunan dosa pribadi dan penyucian peralatan ibadah.

Kata כפר (kapar) memiliki beberapa pengertian dalam TaNaKhPertama, Penebusan umat Israel setahun sekali. Imamat 23:27 "Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian (יום הכפרים yom kippurim); kamu harus mengadakan pertemuan kudus (מקרא־קדשׁ miqra kodesh) dan harus merendahkan diri (ועניתם את־נפשׁתיכם  innitem be nafsotekem) dan mempersembahkan korban api-apian kepada YHWH (והקרבתם אשׁה ליהוה wehiqravttem isheh la YHWH)”.  Imamat 9:7 “Kata Musa kepada Harun: "Datanglah mendekat kepada mezbah, olahlah korban penghapus dosa dan korban bakaranmu, dan adakanlah pendamaian bagimu sendiri dan bagi bangsa itu; sesudah itu olahlah persembahan bangsa (qorban ha am) itu dan adakanlah pendamaian (kapper) bagi mereka, seperti yang diperintahkan YHWH”.

Kedua, Penyucian benda-benda ibadah. Keluaran 30:10 “Sekali setahun haruslah Akharon mengadakanpendamaian (kipper) di atas tanduk-tanduknya; dengan darah korban penghapus dosa pembawa pendamaian (ha kippurim) haruslah ia sekali setahun mengadakan pendamaian (yekapper) bagi mezbah itu di antara kamu turun-temurun; itulah barang maha kudus bagi YHWH." Imamat 16:20 “Setelah selesai mengadakan pendamaian (mikapper) bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu”.

Ketiga, Menghindari tulah dan diiringi korban berupa uang. Keluaran 30:12 "Apabila engkau menghitung jumlah orang Yishrael pada waktu mereka didaftarkan, maka haruslah mereka masing-masing mempersembahkan kepada YHWH (uang) pendamaian (kopper nafsho la YHWH) karena nyawanya, pada waktu orang mendaftarkan mereka, supaya jangan ada tulah di antara mereka pada waktu pendaftarannya itu”. Bilangan 31:50 “Sebab itu kami mempersembahkan sebagai persembahan kepada YHWH (qorban YHWH) apa yang didapat masing-masing, yakni barang-barang emas, gelang kaki, gelang tangan, cincin meterai, anting-anting dan kerongsang untuk mengadakan pendamaian (lekapper) bagi nyawa kami di hadapan YHWH".

Keempat, Tindakan untuk memohon pengampunan terhadap perbuatan dosa yang bersifat insidentil. Keluaran 32:30 “Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: ‘Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap YHWH, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian (kapperra)karena dosamu itu." Yehkhezkiel 45:20 “Demikianlah engkau harus perbuat pada hari pertama bulan yang ketujuh demi orang-orang yang berbuat dosa dengan tidak sengaja dan tanpa diketahui. Dengan demikian engkau mengadakan pendamaian (kippartem) bagi Bait Suci”.

Kelima, Penyucian diri dan keluarga. Imamat 16:6, “Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa (qorban ha am) baginya sendiri dan dengan demikian mengadakanpendamaian  (kapper) baginya dan bagi keluarganya”.

Keenam, Wujud pembelaan YHWH terhadap umat Israel yang mengalami penindasan bangsa-bangsa, dengan melenyapkan bangsa-bangsa. Ulangan 32:43 “Bersorak-sorailah, hai bangsa-bangsa karena umat-Nya, sebab Ia membalaskan darah hamba-hamba-Nya, Ia membalas dendam kepada lawan-Nya, dan mengadakanpendamaian  (kipper) bagi tanah umat-Nya".

Ketika Yohanes mengatakan dalam 1 Yohanes 2:2, “Dia adalah Pendamaian bagi kita....”, dalam konteks Imamat 23:27 dan Imamat 16:1-34, maka Yesus telah melakukan tugas sebagai korban pendamaian itu. Melalui cara bagaimana korban pendamaian itu dikerjakan oleh Yesus? Melalui pengorbanan diri-Nya di kayu salib. Penulis Kitab Ibrani khususnya Ibrani 9-10 mengungkapkan kedudukan Yesus sebagai Korban Pendamaian melalui kewafatannya di kayu salib.

Penulis Kitab Ibrani menegaskan bahwa ritual korban pada saat Yom Kippur yang diperintahkan Torah tidak memberikan pembebasan atas dosa secara menyeluruh dan eksistensial. Justru korban-korban itu mengingatkan seseorang akan dosa-dosanya (Ibr 10:3) dan darah anak domba tidak mampu meghapuskan dosa manusia (Ibr 10:4). Ritual korban ini diperlukan sebagai gambaran dan penuntun yang akan menjadi korban sejati dan untuk selama-lamanya atas dosa manusia. Hanya Yesus Sang Mesias yang mampu melakukan ini semua. Kematian Yesus mengerjakan suatu perkara yang luar biasa bagi manusia berdosa yaitu “menguduskan orang-orang berdosa sekali dan untuk selama-lamanya” (Ibr 10:10) dan “menyempurnakan mereka yang telah dikuduskan” (Ibr 10:14). Hal ini tidak bisa dikerjakan oleh Imam Besar maupun darah hewan yang dikorbankan. Konsekwensi logis dari perbuatan Mesias yang agung ini adalah, korban anak domba TIDAK DIPERLUKAN LAGI sebagaimana dikatakan, “Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa” (Ibr 10:18).

Yesus Sang Mesias adalah Korban Pendamaian kita. Yesus bukan mempersembahkan korban anak domba melainkan darahnya sendiri melalui kematiannya di kayu salib, untuk mendamaikan/menghapuskan dosa-dosa umat manusia yang percaya padanya dan dengan demikian menghubungkan manusia berdosa kepada Tuhan YHWH, Bapa Surgawi. Karena Yesus adalah Korban Pendamaian kita maka Dia adalah Penolong dan Pengantara yang akan mendamaikan segala dosa-dosa perbuatan kita hari ini kepada Tuhan YHWH.

Ketika kita berdosa dan melakukan pelanggaran hukum Tuhan, maka kita tidak memerlukan datang kepada Tuhan melalui pengorbanan darah hewan atau anak domba. Kita memohon pengampunan kepada Tuhan YHWH, Bapa Surgawi melalui Yesus Sang Mesias sebagai Penolong dan Pengantara kita melalui darahnya yang telah ditumpahkan di kayu salib Golgota.


Apa makna Yom Kippur bagi jemaat Mesias? Setiap Perayaan Yom Kippur, jemaat Mesias melakukan beberapa hal berikut: Pertama, Momentum pengakuan dosa-dosa perbuatan kita selama satu tahun kepada Tuhan YHWH melalui pengorbanan Yesus Putra-Nya Yang Tunggal, Juruslamat kita (sebagaimana penganut Yudaisme modern yang belum menerima Yesus sebagai Mesias). Kedua, Momentum untuk saling memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain dan memohon maaf atas kesalahan kita pada orang lain. Ketiga, Momentum untuk menegaskan pada dunia dan Yudaisme yang belum menerima Yesus sebagai Mesias, bahwa Yesus adalah Korban Pendamaian yang menghapuskan bukan hanya dosa-dosa perbuatan kita melainkan dosa yaitu kehilangan kemuliaan Tuhan yang berujung kematian kekal yang diturunkan sejak Adam dan Hawa[4]. Korban dan darah anak domba tidak bisa melakukan itu. Hanya pengorbanan Yesus yang mampu membinasakan maut kekal akibat dosa tersebut. Keempat, Momentum pengucapan syukur atas karya Mesianis yang dikerjakan Yesus yaitu menjadi Korban Pendamaian bagi jemaat Mesias yang percaya dan bagi seluruh dunia yang menerimanya.


Gmar Khatima Tova we Sameakh Yom Kippur 10 Tishri 5774/13 September 2013


END NOTES

[1] God’s Appointed Time: A Practical Guide for Undestanding and Celebrating the Biblical Holiday, Lederer Books 1993,  p. 77-86


[2] Cataloging the New Testament's Hebraisms: Part 1 (Luke 14:26; 15:18-22) September 07, 2010 http://blog.jerusalemperspective.com/archives/000135.html


[3] DR. David Stern, Jewish New Testament Commentary, JNTP 1998, p.33

[4] Band. Teguh Hindarto, Arti Kematian Yesus Bagi Penghapusan Dosa Umat Manusia
http://bet-midrash.blogspot.com/2013/04/arti-kematian-yesus-bagi-penghapusan.html

No comments:

Post a Comment