Friday, October 9, 2015

CEPAT MENDENGAR, LAMBAT BERKOMENTAR






Bacaan: Yakobus 1:19-21

Dalam literatur Yudaisme dikenal Pirkei Avot yang diterjemahkan ke bahasa Inggris Chapters of the Fathers (bagian bab perihal ajaran leluhur), yaitu kompilasi dari ajaran etika dan prinsip-prinsip dari para rabi dari periode Mishnaic. Pirkei Avot adalah bagian dari didaktik Yahudi dan sastra mengenai etika Musar (pendidikan). Karena isinya, ia juga disebut Etika dari para Leluhur. Ajaran Pirkei Avot muncul dalam  Mishnah Traktat Avot, traktat kedua di bagian akhir  urutan Nezikin dalam Mishnah


Pirkei Avot adalah unik karena merupakan satu-satunya traktat dari Mishnah yang berurusan semata-mata dengan prinsip-prinsip etika dan moral dan hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali halaka (petunjuk syariat) ditemukan dalam Pirkei Avot. Dalam salah satu isi Pirkey Avot Paal 5 ayat 15 dikatakan, ada empat jenis murid (arba midot betalmidim) yaitu: Pertama, dia yang cepat mendengar dan cepat melupakkan (mahir lishmo’a umahir le’abed) – dia menambahkan kelenyapan dalam kehilangannya. Kedua, dia yang lambat mendengar dan lambat melupakkan (qasheh lishmo’a we qasheh leabed) – dia kehilangan kelenyapan dalam penambahannya. Ketiga, dia yang cepat mendengar dan lambat melupakkan adalah bagian yang terbaik (mahir lishmoa weqasheh leabed, zu kheleq tov). Keempat, lambat mendengar dan cepat melupakkan adalah bagian yang terburuk (qasheh lishmo’a umahir leabed, zu kheleq ra’). 

Rasul Yakobus (Ya’akov) adalah seorang Yahudi dan penganut Yudaisme yang sudah familiar dengan etika leluhur di atas, sehingga beliau menggemakan kembali dalam kalimat, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah”. Sikap “cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata” adalah perilaku murid yang baik (midah talmid tov) karena akan menghindarkan dari penilaian yang tergesa-gesa dan keliru serta terhindar dari reaksi berlebihan dalam bentuk amarah karena amarah yang tidak didasarkan penilaian obyektif akan menghasilkan ketidakbenaran di hadapan Tuhan.

No comments:

Post a Comment