Thursday, January 28, 2021

TERUS BERJALAN DI TENGAH BADAI


Hujan deras dan banjir menjadi pemandangan yang biasa kita alami di bulan-bulan ini. Bahkan akhir-akhir ini bukan hanya hujan dan banjir melainkan angin badai yang melanda beberapa wilayah di negara kita dan merusakkan sejumlah bangunan perkantoran dan rumah tinggal bahkan menghambat sejumlah jalur transportasi akibat tumbangnya sejumlah pepohonan di jalanan. Beberapa hari lalu perjalanan saya dari Yogyakarta menuju Kebumen sempat terhadang pohon jatuh di salah satu desa tidak jauh dari kota Kebumen. Jika saya melewati lokasi itu lebih cepat mungkin nasib saya akan berbeda.

Berbicara mengenai hujan dan angin badai, ada sebuah kisah antara Roni dan ayahnya yang sedang melakukan bepergian jauh. Keduanya sangat suka berpergian bersama. Bagi Roni bepergian bersama ayahnya adalah momen terbaik karena mereka bisa bercerita banyak di mobil, masa muda ayahnya dapat dia dengarkan ketika mereka bersama. Beliau seakan tidak pernah kehabisan akal untuk menceritakan berbagai hal menarik. 

Suatu hari Roni dan ayahnya berkendara menuju sebuah tempat dengan mengendarai mobil, Roni lah yang mengemudikan mobil tersebut. Di tengah perjalanan mereka, terlihat awan kelam menyelimuti langit dan angin kencang. Langit semakin gelap dan awan bertiup kencang kemudian turun hujan yang sangat lebat, badai itu begitu hebat. 

Terlihat beberapa kendaraan mulai menepi, Roni dengan wajah gelisah bertanya kepada ayahnya “Ayah apakah kita juga menepi?” “Teruslah mengemudi!” jawab ayahnya dengan singkat. Roni terus mengemudi, angin semakin kencang dan pohon-pohon mulai tumbang, suasana semakin menakutkan, terlihat mobil-mobil besar mulai menepi. Roni bertanya lagi kepada ayahnya “Ayah bagaimana ini?” tanyanya dengan resah. “Teruslah mengemudi!” sahut ayahnya dengan terus melihat kedepan. 

Hujan semakin deras, jarak pandang semakin sulit untuk melihat dan angin begitu hebat mengguncang mobilnya. Roni berusaha mengemudikan mobilnya dengan perlahan, setelah beberapa kilometer cuaca mulai membaik dan hujan sudah berhenti dan akhirnya mereka sampai di daerah yang kering dan matahari bersinar. “Sekarang kalau kau mau berhenti dan keluar silahkan” kata ayahnya sambil tersenyum. “Kenapa sekarang?” tanya Roni heran. “Agar kau bisa melihat keadaan dirimu seandainya kamu berhenti di tengah badai”. Roni pun keluar dari mobil dan melihat dibelakangnya badai terus berlangsung, ia teringat mobil-mobil yang berhenti disana. 

“Jangan pernah berhenti walaupun di tengah badai”, demikian pelajaran moral yang dapat diambil dari kisah di atas. Ada kalanya kita harus bertahan dan berlindung dan ada kalanya kita harus meneruskan perjalanan agar tidak dihantam oleh badai. Setiap situasi membutuhkan respon cepat, tenang dan terukur.

Kehidupan yang kita jalani bisa saja suatu ketika dihadang oleh hujan lebat dan badai yang memporak-porandakan kekuatan dan kepercayaan diri kita. Pandemi Covid-19 bukan sekedar sebuah virus yang menyakiti tubuh dan bahkan menghilangkan nyawa seseorang. Efek pandemi Covid-19 menjalar hingga ke tingkat perekonomian masyarakat. Banyak orang kehilangan pekerjaan akibat diberhentikan karena perusahaan colaps. Sejumlah tempat hiburan dan pelayanan publik seperti hotel mengalami kebangkrutan. Sejumlah orang sudah mulai melakukan tindakan jalan pintas melakukan sejumlah kejahatan demi mempertahankan kehidupan.

Orang Kristen bukan tidak mungkin mengalami hujan lebat dan badai alias krisis dalam kehidupannya. Sebagaimana manusia pada umumnya kita semua berpotensi mengalami kerugian dan dampak dari sebuah krisis kehidupan. Yang membedakan adalah bagaimana kita bersikap menghadapi hujan lebat dan badai alias krisis kehidupan.

Ketika kita mengalami krisis yang menghancurkan semua yang kita miliki, ingatlah bahwa kita masih memiliki yang tidak akan dapat musnah dihancurkan angin badai dan hujan lebat alias krisis dalam kehidupan. Dialah Tuhan YHWH Sang Bapa di Sorga di dalam Yesus Sang Mesias Putra-Nya Yang Tunggal dan Juruslamat kita.

Kita tidak boleh menyerah dan harus terus berjalan di tengah badai. Jika Tuhan YHWH dapat membelah Laut Teberau dan membuka jalan bagui umat-Nya Israel dan terluput dari kejaran pasukan Mesir yang dipimpin Fir’aun, demikianlah Dia bisa melakukan mukjizat yang sama dalam bentuk yang berbeda hari ini. Dia akan membelah krisis dan memampukan kita melewati dan berjalan di tengah badai krisis.

Jika Yesus Sang Mesias, Anak Tuhan itu sanggup membungkam dan menenangkan badai yang menyerbu dan hampir menenggelamkan perahu murid-murid-Nya, maka kuasa yang sama dapat Dia lakukan di masa kini dalam wujud yang berbeda. Dia sanggup menenangkan angin badai yang menerpa perahu kehidupan kita.

Kita perlu berjalan terus melewati badai dengan sebuah keberanian, ketenangan dan pengharapan bahwa Tuhan YHWH menyertai kita seperti seorang Bapa dan Yesus Sang Mesias, Juruslamat kita mendampingi seperti seorang Gembala terhadap domba-domba-Nya.

Firman Tuhan berkata, כרחם אב על־בנים רחם יהוה על־יראיו (kerakhem av ‘al banim, rikham YHWH ‘al yereaw - Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian YHWH sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia, Mzm 103:13). Jika kita takut akan YHWH maka kita akan menerima perlindungan dan kasih sayang-Nya seperti seorang bapa kepada anak-anak-nya.

Ingatlah apa yang dilakukan Yesus saat angin badai menerpa perahu para murid, “Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali” (Mrk 4:39). Dalam teks Yunani dikatakan, σιωπα πεφιμωσο (siopha, pephimooso – diam, tenanglah). Inilah otoritas yang dimiliki Yesus, Anak Tunggal Tuhan yang berkuasa. 

Ketika badai kehidupan menyergap, teruslah berjalan dengan tegar dan meminta kuasa Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Juruslamat dan Anak Tuhan itu menghardik badai dan krisis kehidupan.


No comments:

Post a Comment