Saturday, December 24, 2022

DIA DATANG MEMBERIKAN KEHIDUPAN

Sebelum fajar hari Minggu pagi, 8 Desember 1996 setelah makam malam kedua Hanukkah, seseorang menggunakan pemukul baseball dan memecahkan kaca jendela depan sebuah rumah di Newton,Pennsylvania. Bisa saja kejadin demikian dianggap vandalisme biasa oleh kepolisian setempat. Namun ada satu pengecualian bahwa kaca jendela yang dirusak ini adalah milik satu-satunya keluarga Yahudi di kompleks perumahan tersebut.

Kejadian ini bukan yang pertama kali dialami keluarga yang tinggal di Amerika ini. Wanita yang tinggal di rumah yang kacanya dirusak tersebut saat masih kecil merupakan pengungsi dari Jerman untuk menghindari pogrom oleh NAZI.

Peristiwa ini menjelang Natal di mana rumah-rumah orang Kristen yang berdekatan dengan rumah yang kacanya dilempar, banyak dihiasi pohon dan lampu Natal.

Seorang wanita Kristiani yang tinggal tidak jauh dari rumah korban merasa terusik kemanusiaannya. Lisa namanya, dia mantan perwira polisi militer. Selama dia tinggal di kawasan yang beragam agama dan budayanya tersebut belum pernah ada tindak kejahatan yang dikaitkan dengan keagamaan seseorang.

Lisa mengambil keputusan untuk berbela rasa dengan korban dengan cara membeli menorah dan menyalakannya di dekat jendela rumahnya. Ide ini didukung suaminya bahkan suaminya mendorong Lisa menghubungi Margi Alexander yang terlibat dalam program Keamanan Lingkungan.

Mereka berdua lantas mencari menorah di beberapa toko dan menghubungi beberapa tetangga lainnya untuk memasang menorah di jendela rumah mereka bersama hiasan Natal yang mereka pasang. Semua ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas dan berbela rasa terhadap mereka yang minoritas dan tertindas. Apa yang dilakukan ini sebagai sebuah pesan bahwa korban tidak sendirian dan pelaku menjadi tahu bahwa ada banyak orang yang mendukung di sekeliling korban.

Ketika malam pemilik rumah yang menjadi korban perusakan pulang, dia terkejut dan menahan air mata haru karena melihat lautan cahaya jingga menyambutnya, bersinar dalam solidaritas tanpa suara dari jendela kedelapan belas rumah keluarga Kristen di bloknya.

Tidak ada perusakan lanjutan namun belakangan polisi menangkap tiga remaja pria yang terlibat perusakan dan menerima pengakuan dari ketiganya bahwa mereka urung berbuat kejahatan bermotof agama karena adanya persatuan di lingkungan tersebut.

Peristiwa tersebut menjadi viral dan memberikan keberanian pada sejumlah keluarga Yahudi yang tinggal di dekat kompleks perumahan di mana Lisa dan Margie Tingga, untuk kembali menyalakan menorah kecil di jendela mereka. Berbagai berita surat kabar menuliskan peristiwa mengesankan ini dan menjadi headline.

“Itu menjadi salah satu bagian paling indah dalam Natal saya”, kata Margie, “karena mewakili pelajaran berharga yang saya dapatkan: Hanya satu langkah kecil ke arah yang tepat bisa memiliki efek domino. Bisa membuat kehidupan lebih baik bagi semua orang” (Joan Wester Anderson, Suara Malaikat Yang Kami Dengar Dari Sorga: Pertemuan Kesaksian Tentang Malaikat, Interaksara, 2000:25-30).

Apa pesan moral yang dapat kita peroleh dari peristiwa di atas? Kita sebagai orang Kristiani seharusnya berani berada dan berpihak pada mereka yang tertindas. Jika kita tidak memiliki kekuatan fisik kita memiliki harta kita. Jika kita tidak memiliki harta kita masih memiliki pemikiran dan gagasan untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan berpihak pada mereka yang mengalami ketertindasan, diskriminasi agama dan ras.

Mengapa kita harus berani berpihak dan berbela rasa pada mereka yang tertindas? Sebagaimana pernyataan Lisa dan Margi di penutup kisah yaitu, “Bisa membuat kehidupan lebih baik bagi semua orang”. Inilah prinsip ajaran Yesus Sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan Agung kita Yang Ilahi. Dia datang ke dunia ini untuk memberikan kehidupan sebagaimana dikatakan: Ego elthon ina zoen echosin kai perisson echosin – Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yohanes 10:10).

Ada dua kata Yunani untuk menerjemahkan kata “hidup” yaitu Ζωή (zoe) dan Βίος (bios). Apa perbedaan yang terkandung dalam kata zoe dan bios ?

Ζωή (zoe) bermakna kehidupan atau keberadaan sebagai lawan dari kematian. Misalnya dalam sastra Yunani, akan sering ditemukan frasa seperti περὶ θανάτου καὶ ζωῆς (peri thanatou kai zoes - mengenai kematian dan kehidupan) bukannya περὶ θανάτου καὶ βίου (peri thanatou kai biou - mengenai kematian dan kehidupan).

Βίος (bios) berarti cara hidup, gaya hidup, lebih seringnya bermakna yang dijalani sepanjang hidup. Itu sebabnya biografi seperti yang ditulis oleh Plutarch (yang berjudul, “Kehidupan Paralel”) disebut βίοι (bioi) dan bukan ζωαί (zōai)

Jadi, ζωὴ adalah keberadaan, eksistensi, dan βίος adalah cara hidup.

Ketika Yesus bersabda “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup” bukan bermakna materialis melainkan hidup yang berkualitas, hidup yang bermakna, hidup yang sejati. Orang Kristiani seharusnya membawa tanda-tanda kehidupan bagi lingkungan di mana dia tinggal. Memproduksi kebaikan dan berkontribusi terhadap kehidupan sosial yang lebih luas.

Itulah sebabnya Yesus bersabda, “Humeis este to phos tou kosmou – Kamu adalah terang dunia” (Matius 5:14). Umat Kristen harus menjadi berkat dan membawa pijar-pijar cahaya kehidupan bagi kehidupan sosial di manapun dia berada.

Ketika Yesus lahir ke dunia ini, kehidupan bayi-bayi terancam oleh kematian akibat rencana Herodes untuk membunuh bayi Yesus karena ketakutannya akan Raja Yahudi yang datang (Matius 2:13-18). Bukankah hari-hari ini kita masih melihat dan merasakan melalui tayangan televisi dan media sosial bagaimana anak-anak Tuhan kesulitan beribadah sekalipun berbagai persyaratan telah dipenuhi untuk berdirinya sebuah rumah ibadah? Belum lama ini viral berita di media sosial seorang pemangku wilayah setingkat kabupaten melarang umat Nasrani di wilayahnya beribadah selain di gereja, saat perayaan Natal?

Suasana kematian masih menghinggapi kehidupan sosial dan keagamaan di sekeliling kita, seperti saat Yesus lahir ke dunia. Kematian itu berwujud diskriminasi, hujatan, persekusi, penolakan bantuan ketika bencana alam terjadi hanya dikarenakan bantuan ini berasal dari orang Kristen dsj. Semua ini menebarkan aroma kematian bukan kehidupan.

Pesan Natal Tahun 2022 ini adalah mari kita sebagai orang Kristiani jangan hanya asyik masyuk dengan seremoni liturgi dan selebrasi selfi saat perayaan Natal – sekalipun itu bukan perbuatan buruk – namun menghayati maksud tujuan kedatangan dan kelahiran Yesus Sang Mesias dan Juruslamat serta Junjungan Agung Yang Ilahi yaitu memberikan kehidupan bagi sesama, membawa manfaat bagi orang lain, memberikan warna Kristiani di segala bidang kehidupan sosial dan budaya.

No comments:

Post a Comment