Friday, January 13, 2023

MENGASIHI TUHAN MENGASIHI SESAMA

Foto: https://en.wikipedia.org

Baik Yudaisme dan Kekristenan berbagi kitab suci dan keyakinan yang sama terkait mengenai konsep Ketuhanan dan Kitab Suci sebagaimana dikatakan oleh Hans Ucko dalam bukunya, Akar Bersama: Belajar Tentang Iman Kristen Dari Dialog Kristen-Yahudi sbb: “Gereja Kristen, teologi Kristen dan kekristenan secara keseluruhan, tidak terpisahkan dengan umat Yahudi atau Yudaisme (agama Yahudi). Orang Yahudi dan Kristen memiliki Kitab Suci yang sama. Iman Kristen lahir dari dalam lingkungan Yahudi” (Jakarta:BPK 1999:5).

Ulangan 6:4-5 dalam agama Yudaisme disebut dengan “Shema”, sebuah kredo atau pengakuan iman. Kredo ini berbunyi:

שׁמע ישׂראל יהוה אלהינו יהוה אחד

ואהבת את יהוה אלהיך בכל־לבבך ובכל־נפשׁך ובכל־מאדך

Shema Yisrael, YHWH Eloheinu, YHWH Ekhad. We ahavta et YHWH Eloheika bekol levaveka uvkol nafsheka uvkol meodeka (Dengarlah, hai orang Israel: YHWH itu Tuhan kita, YHWH itu esa! Kasihilah YHWH, Tuhanmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu).

Pengakuan keimanan ini terbagi menjadi tiga bagian: (1) YHWH adalah Tuhan (2) YHWH adalah Esa (3) Kasihilah YHWH dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan

Rabbi Hayim Ha Levy Donin, memberikan keterangan dalam bukunya, To Pray As A Jew demikian, “The Shema is declaration of faith, a pledge of allegiance to One God, an affirmation of Judaism. It is the first prayer that children are taught to say” (Shema, adalah pernyataan iman, ikrar kesetiaan kepada satu Tuhan, sebuah penegasan mengenai Yudaisme. Ini merupakan doa yang pertama diajarkan kepada anak untuk diucapkan - Basic Books, p.144). Shema diucapkan saat seorang bayi lahir dan saat seorang mengalami kewafatan. Shema diucapkan saat melaksanakan ibadah harian tiga kali sehari yaitu pagi dan siang serta malam hari yang disebut Shakharit, Minkhah, Maariv. Demikian juga Shema juga dilantunkan dalam ibadah Sabat di sinagog.

Yesus Sang Mesias dan Juruslamat kita menggemakan kembali teks Ulangan 6:4-5 dalam sebuah percakapan dengan penganut Yudaisme mazhab Farisi sebagaimana dinarasikan dalam teks Matius 22:34-40 sbb:

Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah YHWH Tuhanmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”

Teks Matius 22:33-40 dalam iman Kristiani lazim disebut “Hukum Kasih” atau juga “Hukum Emas” (The Golden Rule). Yesus menambahkan teks Imamat 19:18 yang berbunyi, “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah YHWH”.

Di beberapa denominasi gereja, teks ini menjadi bagian dari bacaan liturgi ibadah Minggu.Dalam gereja yang saya pimpin, Shema ini menjadi bagian dari bacaan dalam ibadah harian pagi, siang, malam atau Shakharit, Minkhah, Maariv bersama dengan Sepuluh Perintah dan Doa Bapa Kami serta bacaan Mazmur.

Teks Ulangan 6:4-5 yang juga digemakan oleh Yesus sebagaimana dinarasikan dalam Matius 22:34-40 – sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya – berisikan tiga perkara penting yaitu; Pertama, YHWH adalah Tuhan. Dalam Iman Kristiani kita diajar oleh Yesus Sang Mesias dan Juruslamat kita untuk menyebut YHWH itu dengan sebutan “Bapa” sebagaimana diajarkan dalam Doa Bapa Kami (Mat 6:9). Menyebut Tuhan YHWH Sang Pencipta dengan sebutan Bapa berakar dalam teks Yesaya 64:8 yang berkata, We attah YHWH Avinu  (Tetapi sekarang, ya YHWH, Engkaulah Bapa kami).

Kedua, YHWH adalah Esa. Dalam iman Kristiani kita diajar oleh Yesus Sang Mesias dan Juruslamat kita bahwa YHWH, Sang Bapa adalah Tuhan Yang Esa sebagaimana dikatakan: “Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Tuhan yang Esa?” (Yoh 5:43-44)

Ketiga, Kasihilah YHWH dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan. Dalam iman Kristiani kita diajarkan “Kita mengasihi, karena Tuhan lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yoh 4:19). Bagaimana Kasih Tuhan dinyatakan? Dengan menyerahkan Yesus Putra-Nya Yang Tunggal bagi dunia sebagaimana dikatakan: “Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16)

Sebagai orang Kristiani, kita bukan hanya berhenti dalam sebuah pengakuan doktrinal bahwa kita mempercayai satu Tuhan yaitu Sang Bapa Surgawi dan satu Juruslamat yaitu Sang Putra sebagaimana diamarkan dalam Ulangan 6:4 dan juga 1 Korintus 8:6. Namun kita diminta untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan. Apa artinya? Kita diminta untuk senantiasa terkoneksi dengan Yang Maha Tinggi dalam sebuah hubungan yang terus menerus dan personal. Kita memiliki intimasi dengan Tuhan.

Jika kita senantiasa terkoneksi dan memiliki hubungan personal dengan Tuhan maka kita dimampukan mengasihi sesama karena dikatakan dalam 1 Yohanes 4:20, “Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Tuhan," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta,  karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya,  tidak mungkin mengasihi Tuhan, yang tidak dilihatnya”

Kiranya Sang Bapa Surgawi di dalam Sang Putra dan Junjungan Agung kita Yang Ilahi memberikan kita kemampuan untuk membangun hubungan dengan Tuhan melalui senantiasa mengasihi-Nya dengan sepenuh hidup kita dan mengalirkan kasih Tuhan dalam hidup kita dengan mengasihi sesama kita, apapun keyakinan dan warna kulitnya.

 

No comments:

Post a Comment