Kita
semua tentu sudah pernah menghadiri sebuah undangan pernikahan baik dari teman
atau saudara kita yang menikahkan anak mereka dengan pasangan yang dicintainya
bukan? Ada pernikahan yang sederhana ada pernikahan yang mewah. Apapun itu,
mereka yang mengundag dan yang diundang tentu berusaha menggenakan pakaian yang
pantas sebagai bentuk penghormatan terhadap kekhidmatan acara yang berlangsung.
Bukan hanya pakaian namun penataan ruangan dibuat seindah mungkin dengan nuansa
keagungan dan kemegahan.
Semua
peristiwa undangan pernikahan yang telah kita hadiri dan juga mungkin telah
kita laksanakan sebagai penyelenggara pernikahan untuk putra/putri kita
mengingatkan kita bahwa pada suatu hari kelak kita semua akan menghadiri sebuah pesta pernikahan dalam keabadian. Pesta apakah gerangan?
Wahyu
19:6 memulai dengan ungkapan di mana Yohanes dalam penglihatan tentang masa
depan yang diterimanya menuliskan, “Lalu aku mendengar seperti suara himpunan
besar orang banyak (phonen oxlou,
Yun), seperti desau air bah (phonen udatoon
pollon, Yun) dan seperti deru guruh yang hebat (phonen bronton ischuron, Yun), katanya: ”Halelu-Yah! Karena,
YHWH Tuhan kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja”.
Ungkapan Yunani “Alellouia” merujuk pada ungkapan dalam bahasa Ibrani “Halelu-Yah” yang artinya “Pujilah Yah” atau “Pujilah Yahweh”. Mazmur 150:6 berkata, “Kol ha neshamah tehalel Yah, Halelu-Yah” (Biarlah segala yang bernafas memuji YHWH Halelu-Yah!). Ungkapan Yunani “Kurios ho Theos hemon” merujuk pada ungkapan dalam bahasa Ibrani “YHWH Eloheinu”.
Karena orang Yahudi sejak pembuangan Babilonia menghindari pengucapan nama Tuhan secara verbal maka diganti dengan sapaan Ibrani “Adonai” yang dalam bahasa Yunani diterjemahkan “Kurios” dan untuk kata “Elohim” diterjemahkan dengan “Theos”. Complete Jewish Bible menerjemahkan frasa, “Alleloiua, oti ebasileusen Kurios ho Theos hemon ho Pantokrator” dengan, “Haleluyah! Adonai, God of heaven armies has begun his reign!. Sementara itu Restored Names King James Version menerjemahkan, “Alleluia: for YHVH Elohim omnipotent reigneth”. Dalam terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris pada umumnya diterjemahkan, “Alleluia: for the Lord God omnipotent reigneth”.
Kita
membutuhkan kejelian saat mana kata “Kurios” atau “Lord” dalam teks Kitab
Perjanjian Baru sedang merujuk pada kata sapaan pengganti untuk YHWH (Yahweh)
atau bentuk sapaan umum yang artinya “Tuan”.
Pernyataan
malaikat yang berkata kepada Yohanes ini menegaskan pula kepada kita bahwa
ungkapan Ibrani Halelu-Yah tetap akan dipergunakan di dalam keabadian sebagai
bagian dari pujian dan penyembahan umat kepada Tuhannya. Pahamilah dengan baik makna
dibalik ungkapan Halelu-Yah.
Namun
message(pesan) apa yang paling
penting dari penglihatan yang diterima Yohanes dalam kitab Wahyu yang ditulisnya?
Wahyu 19:7-8 menuliskan sbb:
“Marilah
kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan
Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia”
“Dan
kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan
dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang
benar dari orang-orang kudus)”
Apa
yang dimaksudkan dengan “ho gamos tou Arniou” (Perkawinan Anak Domba)? Istilah
Anak Domba adalah ungkapan simbolik yang merujukmpada diri Yesus dan pengorbanan
yang dilakukan-Nya sebagai Putra Tuhan untuk menebus umat manusia dari kutuk
dosa yaitu maut sebagaimana dikatakan dalam 1 Korintus 15:7, “Sebab anak domba
Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias (Kristus)”.
Karena
konteks pesan Yesus dalam banyak hal berlatarbelakang kebudayaan Yahudi,
darimana beliau berasal dan melakukan karya Mesianisnya maka kitapun harus
memahami barang sedikit konsepsi pernikahan dalam budaya Yahudi. Pernikahan Yahudi
modern saat ini dibagi menjadi dua tahap yaitu kidushin (pengudusan atau peresmian) atau erusin (pertunangan) dan nisu'in
(pernikahan). Pada tahap pertama mempelai wanita dinyatakan terlarang bagi
semua pria lain, dan dengan demikian mengakhiri masa berlaku surat cerai (get) jika mempelai wanita memilikinya.
Pada tahap berikutnya, kedua mempelai dibenarkan untuk mulai hidup
bersama-sama. Upacara untuk tahap nissu'in dikenal sebagai khuppah.
Jika
keselamatan dan hidup kekal kita terima saat kita mengakui bahwa Yesus seagai
Anak Tuhan dan Juruslamat serta Junjungan Agung Yang Ilahi (Yoh 14:6, 17:3, Kis
16:31, Roma 10:9, Kis 4:16) bisa dianggap sebagai tahapan kidushin/erushin maka ungkapan “Perkawinan Anak Domba” bisa
disetarakan dengan tahapan nisu’in.
Dengan kata lain merupakan ungkapan simbolik kemanunggalan antara Gereja
sebagai umat tebusan Mesias bersatu selamanya dalam kekekalan sorgawi bersama
Sang Putra Tuhan itu.
Apakah
syarat masuk Perkawinan Anak Domba? Apakah semua orang diundang ke pesta
Perkawinan Anak Domba? Sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam Wahyu 19:8, “Dan
kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan
dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang
benar dari orang-orang kudus)”. Ya, hanya mereka yang telah ditebus dalam
nama-Nya dan mengenakan “Bussinon lampron; katharon to gar bussinon” (kain
lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!). Perhatikanlah bahwa
lenan halus nan berkilauan adalah perbuatan baik orang-orang yang telah ditebus
dalam naman Sang Juruslamat.
Tidak
karena kita telah ditebus hanya oleh Anugrah yang direspon melalui iman, maka
perbuatan baik tidak punya nilai sama sekali. Rasul Paulus menuliskan demikian
“Ia
akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada
mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan
ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan
sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman” (Rm
2:6-8).
“Sebab
kita semua harus menghadap takhta pengadilan (Mesias) supaya setiap orang
memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam
hidupnya ini, baik ataupun jahat” (2 Korintus 5:10).
Perbuatan
baik kitalah yang akan menyertai saat kita tertidur dalam debu menanti
penghakiman orang hidup dan orang mati sebagaimana dikatakan, “Dan aku
mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati
yang mati dalam Junjungan Agung, sejak sekarang ini" "Sungguh,"
kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka,
karena segala perbuatan mereka menyertai mereka” (Why 14:13)
Apakah
kita sudah menjadi orang Kristen yang berbuah? Anda tentu dapat menjawabnya
sendiri.
Selain
kita harus mengenakan lenan halus (perbuatan baik orang kudus) tentu saja kita
harus menjadi orang yang diundang sebagaimana dikatakan, “Berbahagialah mereka
yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba” (Why 19:9). Bagi mereka yang telah
mengikat pertunangan dengan Sang Anak Domba saat mengaku percaya pada-Nya dan
dibaptis dan berbuah dalam kebaikan tenntu saja akan diundang dalam perjamuan
nikah yaitu kemanunggalan Gusti dan
kawulanya dalam kekekalan.
Berjagalah
dengan berdoa dan bekerja sampai Maranatha, sampai Dia datang yang kedua
kalinya
No comments:
Post a Comment