Sumber gambar: https://insights.som.yale.edu
Sudah menjadi rahasia umum jika
kehidupan yang kita jalani dibentuk oleh iklan, opini para pakar, tren
percakapan dan mode pakaian di berbagai media elekteronik, baik televisi maupun
radio. Kita mendefinisikan arti cantik dengan kulit putih bersih dengan
perangkat kecantikan modern. Kita mendefinisikan arti macho dan maskulinitas
dengan menggunakan merek pakaian atau kendaraan tertentu yang bernilai mahal.
Apalagi di era internet yang melahirkan
media sosial baik instagram, tweeter, you tube, whatsap, facebook, kita dipandu
oleh berbagai opini dan iklan yang membombardir diri kita hampir setiap hari
yang mendefinisikan arti kesuksesan, kecantikan, ketampanan, keberanian, dll.
Orang tua berhak kuatir ketika generasi
muda masa kini lebih mendengar apa yang dikatakan para influencer dan public figur di instagram, tweeter, facebook, you
tube. Mereka bisa melihat dan mendengar serta belajar apapun melalui kanal-kanal
di media sosial tersebut sehingga mereka tidak kekurangan referensi mengenai
kehidupan sosial masa kini. Termasuk hal-hal yang negatif dan destruktif alias
merusak.
Banyak orang tua mulai menguatirkan
kehilangan kendali dan otoritasnya ketika generasi muda mulai menjadikan para influencer dan public figur di instagram, tweeter, facebook, you tube sebagai
patroon dan rujukan bagaimana mereka harus berpakaian, memamakan makanan, kemana
harus bepergian, dengan siapa harus berteman bahkan beribadah di luar kebiasaan
konvensional.
Berbagai labeling mulai dilekatkan
kepada perangkat-perangkat teknologi modern tersebut mulai dari kepanjangan tangan setan untuk merusak
generasi muda atau teknologi yang ditunggangi satan untuk menjauhkan diri dari
Tuhan dan mendewakan gadget dan teknologi.
Pertanyaannya, benarkah teknologi
komunikasi dan perangkat teknologi yang dihasilkan serta menjamurnya media
sosial yang mengajak mereka memasuki dunia virtual tanpa batas adalah alat
kepanjangan tangan satan? Tidak adakah kemungkinan bahwa perangkat teknologi
tersebut merupakan alat kepanjangan tangan Tuhan? Sebelum kita menjawab pertanyaan
tersebut, kita mengingat kembali apa yang dikatakan dalam Daniel 12:4, “Tetapi
engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan meteraikanlah Kitab itu
sampai pada akhir zaman; banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan
bertambah”. Perhatikan frasa Ibrani wetirbeh
hada’at (pengetahuan akan bertambah). Pengetahuan apa yang bertambah? Tentu
saja semua jenis pengetahuan, baik pengetahuan natural, biologis, fisika,
geologis, sejarah, sosial budaya termasuk teologia dan arah masa depan manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah menghantarkan manusia mencapai bulan dan mengirim pesaat
nir awak menyelidiki planet-planet serta berkembangnya media digital, media
sosial bukan sekedar menciptakan berbagai kemudahan dan membuat dunia semakin
datar karena lebih cepat terhubung satu sama lain. Perkembangan ini juga
merupakan sebuah keniscayaan dalam pengetahuan Tuhan yang sudah disampaikan kepAda
kita ribuan tahun lampau bahwa wetirbeh
hada’at (pengetahuan akan bertambah).
Jika perkembangan teknologi informasi
yang melahirkan berbagai ragam media sosial virtual merupakan konsekwensi logis
bertambahnya pengetahuan manusia sebagaimana telah dinubuatkan, mengapa pula
justru banyak terjadi penyimpangan dan kerusakan moral banyak orang termasuk
generasi muda ketika mereka lebih mempercayakan sumber-sumber nilai dan pedoman
moral dalam hidupnya kepada media sosial tersebut?
Tentu saja kita tidak bisa menggeneralisir
persoalan dengan menyalahkan semua kekacauan dan kerusakan ini pada media
sosial yang berkembang. Bukankah media-media sosial tersebut hanyalah alat yang
diciptakan oleh manusia? Jika manusia tersebut jahat maka mereka melahirkan
perangkat teknologi yang jahat. Dengan kata lain, perangkat teknologi hanyalah
perpanjangan tangan manusia yang membuatnya.
Jika pWrangkat teknologi diciptakan oleh
orang baik dengan tujuan kebaikan, tentu saja akan menghasilkanm perangkat yang
mendatangkan manfaat dan kebaikan bukan? Ketika kartu ATM diciptakan, bukankah
bertujuan untuk memudahkan transaksi keuangan dan menghindarkan diri dari
perampokan bukan? Namun orang-orang jahat dapat menyiasati kartu ATM sehingga
isinya dapat dikuras habis dengan perangkat teknologi jahat pula.
Kembali kepada persoalan awal di atas,
apakah media sosial sebagai wujud perkembangan teknologi informasi menjadi
kepanjangan tangan Tuhan atau setan, jawabannya tergantung kepada diri kita
masing-masing para penggunanya. Ibarat pisau dan kapak di tangan. Hendak dipergunakan
untuk memotong daging dan menebang kayu atau justru hendak dipakai membobol
rumah orang dan membunuh?
Jika media sosial virtual dapat membentuk
realitas kepada generasi muda, maka ini menjadi bentuk refleksi dan panggilan
bagi kita umat Kristiani untuk mulai menguasai teknologi dan berselancar dalam
perkembangan media sosial untuk dapat mewartakan nilai-nilai Kristiani dan
Kristus (Mesias) baik melalui film animasi, video edukasi, lagu pujian yang
memberikan ketenangan, renungan yang memberikan motivasi dan pencerahan.
Media sosial - instagram, tweeter,
facebook, you tube – hanyalah alat dan perangkat yang bisa dipakai siapapun
(orang jahat dan orang baik) dengan tujuan apapun (kejahatan dan kebaikan).
Sebagai perangkat modern yang bisa membentuk realitas, maka kitapun seharusnya
berkompetisi untuk membentuk realitas Kristiani yang berlandaskan sabda dan
ajaran sang Juruslamat.
Sekalipun ada ayat yang berkata, “Sebab
anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang”
(Luk 16:8) namun bukan berarti kita harus kalah dan mengalah terhadap anak-anak
dunia.
Galatia 5:8-9 berkata, “Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena
terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran”. Teks ini
memanggiL kita untuk mewartakan terang di segala bidang kehidupan termasuk media
sosial dan merebut perhatian generasi muda bukan hanya mendengar apa yang
dikatakan dunia namun mendengar apa yang dikatakan pemilik dunia ini yaitu Sang
Bapa dan Pencipta di dalam Yesus Sang Putra.
No comments:
Post a Comment