Monday, November 20, 2023

MENGUSAHAKAN KESEJAHTERAAN KOTA DAN BERDOA


Sumber gambar:vargoo.deviantart.com


Tuhan memerintahkan umatnya bukan hanya melakukan kesalehan individual yaitu beribadah dan berdoa namun Tuhan menghendaki umatnya pergi ke luar untuk mempraktikkan kesalehan sosial. Tuhan menghendaki umatnya terlibat dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya asyik masyuk menikmati hadirat Tuhan dalam persekutuan pribadi dengan-Nya.

Yeremia 29:7 berkata, “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada YHWH, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”. Ayat ini tidak hanya memerintahkan kepada umat-Nya “berdoalah untuk kota” melainkan “usahakanlah kesejahteraan kota”. Apa artinya? Umat Tuhan seharusnya turut berkontribusi memperbaiki kehidupan sosial. Ini berarti menuntut keterlibatan sosial atau keterlibatan dalam kehidupan sehari-hari.

Gereja yang adalah kumpulan orang-orang yang telah ditebus dari kutuk dosa dan diutus kembali ke dunia untuk menjadi pewarta kabar gembira, seharusnyalah membawa terang Kristus (Mesias) dalam berbagai bidang kehidupan baik sosial, politik, budaya, ekonomi, seni dll.

Sayangnya umat Kristiani kerap terjebak dalam interpretasi yang keliru mengenai istilah “dunia” sehingga memandang negatif dunia dan keterlibatan apapun dalam aktifitas dunia baik sosial, politik, seni dan budaya dsj.

Kita memang bukan dari dunia namun di utus ke dunia namun tidak serupa dengan dunia. Itu artinya gereja atau umat Kristiani seharusnya mengakar dalam kehidupan keseharian dan bukan hanya berbicara perihal kehidupan rohani dan keagamaan belaka di sebuah gedung peribadatan.

Jika frasa, “usahakanlah kesejahteraan kota” dimaknai umat Tuhan seharusnya turut berkontribusi memperbaiki kehidupan sosial. Pertanyaannya, “bagaimana kita dapat berkontribusi memperbaiki kehidupan sosial?”, “Bukankah itu sebuah pekerjaan berat yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang pandai dan berkedudukan sosial yang tinggi?”

Mengusahakan kesejahteraan kota atau memperbaiki kehidupan sosial melalui keterlibatan sosial adalah tugas semua umat Kristiani. Ini bukan pekerjaan muluk-muluk dan pelik namun sebuah keterlibatan umat sesuai dengan talenta dan karunia yang mereka miliki.

Umat Kristiani ada yang berprofesi sebagai pedagang, guru,bisnisman, pemilik perusahaan, akademisi, peneliti dll. Dengan semua keragaman profesi tersebut umat Kristiani diajak untuk mengorientasikan talenta, karunia dan profesinya untuk menciptakan suasana kehidupan di masyarakat agar lebih baik.

Jika berdagang maka berdaganglah yang jujur dan memberikan barang-barang dagangan berkualitas yang baik. Bukankah dikatakan, “Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa  yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai” (Imamat 19:36)

Seorang direktur perusahaan harus berbuat adil dan memperhatikan kesejahteraan karyawannya dan bukan sekedar berorentasi pada hasil dan keuntunagn belaka. Sebagaimana dikatakan dalam Imamat 19:13, “Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas;  janganlah kautahan upah seorang pekerja   harian sampai besok harinya”.

Mereka yang berprofesi guru hendaklah mengajar dengan penuh dedikasi untuk menciptakan generasi berkualitas di masa yang akan datang. Titus 2:7-8 berkata, “dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita”.

Kita kerap mendengar istilah “transformasi” didengungkan di mimbar gereja  tentunya. Namun kita kerap hanya menghubungkan istilah transformasi masyarakat atau transformasi sosial dengan sebuah kata yaitu “doa”. Kita lebih banyak berdoa untuk terjadinya transformasi sosial namun kita tidak terlibat dengan persoalan-persoalan sosial, politik, budaya, ekonomi.

Kita hanya membiarkan orang-orang non Kristen mengurusi kehidupan sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya namun kita enggan terlibat di dalamnya dan hanya menaikkan doa-doa ke langit untuk terjadinya transformasi sosial di masyarakat.

Teks Yeremia 29:7 mengingatkan kita sekalian bahwa kita bukan hanya diminta hitpalelu ba’adah el YHWH (berdoa untuk kesejahteraan kota kepada YHWH) di mana kita tinggal dan berada melainkan kita diminta, dirshu et shelom ha’ir (mengusahakan kesejahteraan kota). Kita diminta terlibat dalam kehidupan sosial dan keseharian demi terciptanya kehidupan yang lebih baik di mana kita tinggal.

Untuk apa semua yang dilakukan dan kemana muara semua yang kita kerjakan tersebut? Jawabannya, ki beslomah yihyeh lakem shalom (sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu). Artinya, kita akan mengalami kebaikan dari hasil jerih payah kita memperbaiki kehidupan sosial di mana kita berada.

 

No comments:

Post a Comment