Banyak tokoh sejarah terkenal yang mempengaruhi sains Barat menganggap diri mereka sebagai penganut Kristen seperti Nicolaus Copernicus, Galileo Galilei, Johannes Kepler, Isaac Newton, Robert Boyle, Francis Bacon, Gottfried Wilhelm Leibniz, Emanuel Swedenborg, Alessandro Volta, Carl Friedrich Gauss, Antoine Lavoisier, André-Marie Ampère, John Dalton, James Clerk Maxwell, William Thomson, Louis Pasteur, Michael Faraday, dan JJ Thomson, Galileo, Johannes Kepler, René Descartes, Blaise Pascal.
Isaac Newton penemu Teori Gravitasi, percaya bahwa gravitasi menyebabkan planet-planet berputar mengelilingi matahari, dan menganggap Tuhan sebagai penciptanya. Dalam buku berjudul, Philosophiae Naturalis Principia Mathematica ia menulis: "Sistem matahari, planet, mencerminkan hikmat dan kekuasaan keberadaan yang cerdas dan berkuasa"
Sepanjang sejarah, banyak pemuka agama Katolik telah memberikan kontribusi signifikan bagi ilmu pengetahuan. Sebut saja Gregor Mendel, Georges Lemaître, Albertus Magnus, Roger Bacon, Pierre Gassendi, Roger Joseph Boscovich, Marin Mersenne, Bernard Bolzano, Francesco Maria Grimaldi, Nicole Oresme, Jean Buridan, Robert Grosseteste, Christopher Clavius, Nicolas Steno, Athanasius Kircher, Giovanni Battista Riccioli, William dari Ockham, dll.
Kita tentu pernah mendengar Teori Big Bang atau Teori Ledakan Besar? Big Bang adalah teori fisika yang menjelaskan bagaimana alam semesta mengembang dari keadaan awal dengan kepadatan dan suhu tinggi. Konsep alam semesta yang mengembang secara ilmiah dicetuskan oleh fisikawan Alexander Friedmann pada tahun 1922 dengan derivasi matematis persamaan Friedmann.
Pengamatan empiris paling awal tentang alam semesta yang mengembang dikenal sebagai hukum Hubble, yang dipublikasikan dalam karya fisikawan Edwin Hubble pada tahun 1929, yang menemukan bahwa galaksi-galaksi bergerak menjauh dari Bumi pada tingkat yang bertambah cepat secara proporsional dengan jarak.
Terlepas dari karya Friedmann, dan terlepas dari pengamatan Hubble, fisikawan mengusulkan bahwa alam semesta muncul dari "atom purba" pada tahun 1931, yang memperkenalkan gagasan modern tentang Big Bang . Siapakah Georges Lemaître? Dia adalah seorang pendeta Katolik dari Belgia dan profesor fisika di Universitas Katolik Louvain.
Apa arti semua rangkaian informasi keterkaitan tokoh Kristiani bahkan pendeta atau imam Katolik dengan ilmu pengetahuan di atas? Bahwasanya menjadi orang Kristen bukan hanya fokus pada Tuhan dan menjalankan kesalehan individu melainkan mendorong untuk melakukan eksplorasi ilmu pengetahuan untuk memahami alam semesta dan melakukan kesalehan sosial dengan mengatasi berbagai persoalan kehidupan umat manusia di bidang ilmu pengetahuan.
Tokoh Kristiani yang hidup dari berbagai abad tersebut telah memberi teladan kepada kita bahwa mereka turut membentuk kehidupan dunia, masyarakat, politik, budaya, ekonomi. Kekristenan bukan hanya soal bernyanyi dan memuji Tuhan. Kekristenan bukan sekedar perdebatan teologis.
Kekristenan bukan sekedar menunggu zaman berakhir dengan merajalelanya kemerosotan moral di mana-mana. Kekristenan seharusnya memberikan kontribusi di bidang sosial, ekonomi, politik, filsafat dan bukan justru menjauhi semua itu dengan alasan semua itu bersifat duniawi dan tidak berhubungan dengan keselamatan dan kehidupan kekal.Argumen yang menghambat bukan?
Apakah Kitab Suci memberikan landasan bagi peran dan kontribusi orang beriman untuk terlibat memperbaiki dan membentuk kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya? Tentu saja!
Yeremia 29:7 menuliskan, “ Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada YHWH, karena kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”. Yesaya 1:17 memerintahkan, “Belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang yang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah kasus janda-janda!
Yesus Sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan Agung kita Yang Ilahi bersabda dalam Matius Matius 25:41-46,
“Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika aku haus, kamu tidak memberi aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan di dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sebenarnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat yang dicermati yang kekal, tetapi orang yang benar-benar ke dalam hidup yang kekal”.
Salah satu tokoh dalam Kitab Suci yang dapat menjadi suri tauladan dan memotivasi diri kita menjadi orang-orang Kristiani yang berkontribusi bagi kehidupan di luar gereja alias kehidupan yang lebih luas adalah Daniel. Nama Daniel biasanya familiar di telinga orang Kristen keterkaitannya dengan sejumlah mimpi dan visinya tentang zaman akhir dan akhir zaman. Maklum saja dikarenakan Kitab Daniel dari Pasal 7-12 lebih banyak memberikan bukti perihal nubuatan mengenai akhir zaman.
Banyak buku tebal di tulis banyak kotbah disampaikan untuk menafsirkan arti mimpi dan penglihatan Daniel dan relevansinya di masa kini. Namun yang terabaikan dari pembacaan teks ini adalah peran sosial politik Daniel sebagai orang yang percaya kepada Tuhan di tengah orang yang menyembah dewa-dewa dan patung di negeri pengasingan.
Daniel adalah teladan pada zamannya sebagai seorang pejabat pemerintahan yang memiliki integritas moral dan spiritual. Daniel adalah keturunan bangsawan Yahudi yang dibuang ke Babilonia bersama beberapa teman lainnya pada saat pemerintahan Nebukadnezar pada tahun 606 sM. Dia hidup dengan melewati tiga zaman pemerintahan yaitu Nebukadnezar dari Babilonia (Dan 2:1), Belyazar dari Babilonia pada tahun 606-519 SM (Dan 5:1), Darius dari Media pada tahun 519 (Dan 6:1) serta Koresh dari Persia pada tahun 330 sM (Dan 10:1).
Jika Daniel dkk bisa bertahan sebagai pejabat pemerintahan dari satu rezim pemerintahan ke rezim pemerintahan yang berbeda, itu pertanda bahwa Daniel memiliki kapasitas dan integritas moral. Kitab Daniel 6:4 memberikan kesaksian perihal kapasitas dan integritas moral Daniel sbb: “Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya”
Daniel dkk disebutkan “sepuluh kali lebih cerdas ( eser yadot ) dibandingkan para ahli jampi ( khartumim ) dan ahli perbintangan ( ha ashafim ) Babilonia” (Dan 1:20) dan memiliki “roh yang luar biasa” ( ruakh yatira , Dan 6:3).
Daniel tidak pernah mempersoalkan pemerintahan mana dia mengabdi dan apa kepercayaan para pemimpin dan masyarakat yang dia layani. Sekalipun mengabdi di tiga pemerintahan yang berbeda (Babilonia, Media, Persia) Daniel tetap menampilkan profesionalitas dan dedikasi serta pengabdiannya tanpa kehilangan identitas imannya sebagai orang yang beribadah kepada Tuhan Yang Esa.
Keimanannya diungkapkan dalam frase, wezimnin telatah beyoma hu, barek al birkohi umetsale umode qodam elaheh (tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Tuhannya, Dan 6:10). Sementara integritas moral, kapasitas serta dedikasi diungkapkan dalam frase, di meheman hu, wekol shalu ushekitah la histekahat alohi (sebab ia setia dan tidak didapati sesuatu kelalaian atau kesalahannya, Dan 6:4).
Dunia akan mengalami kemerosotan dan berakhir. Itu pasti. Itu takdir yang tidak bisa dihindari. Namun kita yang hidup di dunia yang akan berakhir bukan hanya berpangku tangan dan menjadi bagian dari orang yang membiarkan semua itu terjadi menuju kehancuran. Tugas kita – khususnya umat Kristiani, anak-anak Tuhan – adalah berkontribusi terhadap kehidupan dan menjadikan kehidupan dan dunia di sekitar kita lebih baik.
Teladan Daniel memberikan dorongan dan inspirasi kepada orang beriman untuk menjadi terang dan garam dunia dengan menjadi cahaya dan memberikan rasa serta ikut membentuk kehidupan yang lebih baik di lingkungan kita, kota kita negara kita.
No comments:
Post a Comment