Bagaimanapun, Rosh ha Shanah terkoneksi dengan kultur Israel
kuno dan bangsa Yahudi masa kini dan menjadi bagian ritual dalam agama Yudaisme.
Fakta ini memunculkan pertanyaan, lantas apa relevansi Rosh ha Shanah bagi iman Kristen kita? Sebelum menjawab pertanyaan
ini, kita akan menelaah secara sigkat apa yang dilakukan secara kultural oleh
orang Yahudi dan penganut Yudaisme saat tiba Rosh ha Shanah.
Rosh
Hashanah menandai dimulainya hari-hari suci yang agung dan
sakral dalam kalender Yahudi yaitu hari-hari antara Rosh Ha Shanah dan Yom Kippur sepuluh hari kemudian
(sepuluh hari pertobatan).
Penggunaan shofar. Rosh Hashanah berarti “pembuka tahun”, dan menandai dimulainya tahun baru dalam
kalender Yahudi. Disebutkan dalam Imamat 23:24-25 YHWH berfirman kepada Musa: "Katakanlah kepada orang Israel, begini:
Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan
hari perhentian penuh yang diperingati dengan meniup serunai (shofar), yakni hari pertemuan kudus”. Nama lain hari raya ini adalah Yom Truah atau Peniupan Shofar.
Tahun baru bagi manusia dan hewan serta kontrak hukum. Secara teknis, ada empat titik awal dalam kalender Yahudi. Rosh ha Shanah jatuh pada awal bulan Tishri (akhir September awal Oktober) bulan ketujuh, namun pada saat itulah tahun Yahudi ditandai dan angka tahun bertambah.
Tanggal pastinya
bervariasi. Perayaan berlangsung pada hari pertama dan kedua Tishri (biasanya
pada bulan September atau Oktober). Perayaan hari itu bervariasi. Umat Yahudi
Ortodoks akan merayakannya selama dua hari, sementara beberapa umat Yahudi aliran Reform sering kali hanya merayakannya satu hari.
Penciptaan dunia dan
manusia pertama. Pada Rosh ha Shanah, umat Yahudi merayakan penciptaan
dunia.
Tidak semuanya “bahagia”. Di tengah kegembiraan, Rosh ha Shanah, memiliki catatan yang reflektif. Sehari sebelumnya, beberapa umat
Yahudi akan mengunjungi makam kerabat atau orang-orang saleh, untuk berdoa
kepada Tuhan agar mendapatkan tahun baru yang manis. Dipercayai bahwa doa-doa
itu didengar berkat kebaikan orang-orang saleh.
Penyucian diri dan persiapan
pengampunan dosa. Rosh ha Shanah dipandang sebagai waktu untuk membuang
dosa dan meminta pengampunan, yang disebut Tashlich.
Idenya diambil dari Mikha 7:19: “Biarlah Ia kembali
menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala
dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”. Secara tradisional ditandai
dengan mengosongkan isi kantong ke dalam air namun sekarang
lebih umum untuk melemparkan remah roti atau melempar batu ke dalam sungai.
Putih seperti salju. Untuk melambangkan pembersihan dosa, beberapa orang akan mengenakan pakaian putih dan meja makan dengan taplak putih.
Ada makanan enak. Meskipun sisi muramnya, tidak ada perayaan yang lengkap tanpa
pesta – dan ini tidak terkecuali. Makanan tradisional termasuk mencelupkan apel
ke dalam madu, kue madu, dan roti challah
kismis, semuanya melambangkan harapan tahun baru yang manis. Challah biasanya berbentuk bulat, untuk
melambangkan kelengkapan.
Jika Yesus merayakan
hari-hari raya YHWH (Ul 23:1-44) dan memberi makna ulang yang merujuk kepada
pemenungan nubuat terhadap diri-Nya sebagaimana beliau lakukan saat
melaksanakan jamuan Seder Pesakh
menjelang sengsara salib (Mat 27:26-29, Mrk 14:22-25, Luk 22:15-20). Jika Rasul
Paul memberikan makna-makna kristologis dan mesianis terhadap hari-hari raya
yang ditetapkan YHWH sebagaimana tersurat dalam istilah “Anak Domba Paskah
kita” (1 Kor 5:7). Demikianlah Rosh
ha Shanah/Yom Truah memiliki hubungan yang rapat dengan peristiwa
kedatangan Mesias yang kedua kali di mana dikatakan, “Sebab pada waktu tanda
diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuhan
berbunyi, maka Junjungan Agung Yang Ilahi sendiri akan
turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan lebih dahulu bangkit”
(1 Tes 4:16).
Marilah di perayaan Tahun
Baru Ibrani atau Rosh ha Shanah 1 Tishri
5785 kita mengisi dengan sejumlah kegiatan baik berikut ini sampai Perayaan Yom
Kippur yaitu pertama,menyambangi sanak famili atau orang-orang yang kita
hormati yang sudah mendahului kita menghadap Tuhan. Bukan untuk mendoakan
keselamatannya melainkan mengingat dan mengenang mereka yang telah mendahului
kita dan menyapanya dalam doa dan bacaan Kitab Suci khususnya Mazmur. Selain
untuk mengenang yang sudah meninggal kitapun diingatkan bahwa suatu saat kita
akan mengalami nasib yang sama dan menantikan janji Sang Juruslamat pada Hari Kebangkitan
kelak.Kedua, introspeksi diri dan evaluasi diri sejauh mana kita telah
menjalani hidup serta memohonkan yang baik di tahun yang baru. Ketiga,
menaikan doa-doa pribadi dan ibadah komunal untuk memperbarui iman dan
pengharapan pada Sang Juruslamat yang akan datang kembali. Keempat,
menjalankan, mengamalkan etika Kristiani sesuai amaran dan sabda Sang Juruslamat
sehingga membawa kemanfaatan bukan hanya untuk diri sendiri malainkan sesaman
manusia seperti disabdakan, “Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Junjungan
Agung Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya
berkenan kepada Tuhan. Hal itu memang
telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh
lagi”
Sameakh Rosh ha Shanah, 1 Tishri 5785 (2 Oktober
2024)
Tuhan YHWH, Pencipta langit
dan bumi, Bapa Surgawi kita memberkati dalam Yesus Sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan
Agung Yang Ilahi
No comments:
Post a Comment