Sunday, September 27, 2015

YESUS SEBAGAI TANDA KEMULIAAN TUHAN BERKEMAH



Sukot (Pondok Daun) adalah perayaan puncak dari Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim) yang ditetapkan YHWH di Sinai (Im 23: 39-43) untuk memperingati penyertaan Tuhan YHWH terhadap leluhur Israel selama berada di padang gurun sebagaimana diamarkan: "Akan tetapi pada hari yang kelima belas bulan yang ketujuh itu pada waktu mengumpulkan hasil tanahmu, kamu harus mengadakan perayaan bagi YHWH tujuh hari lamanya; pada hari yang pertama haruslah ada perhentian penuh dan juga pada hari yang kedelapan harus ada perhentian penuh. Pada hari yang pertama kamu harus mengambil buah-buah dari pohon-pohon yang elok, pelepah-pelepah pohon-pohon korma, ranting-ranting dari pohon-pohon yang rimbun dan dari pohon-pohon gandarusa dan kamu harus bersukaria di hadapan YHWH Tuhanmu, tujuh hari lamanya. Kamu harus merayakannya sebagai perayaan bagi YHWH tujuh hari lamanya dalam setahun; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun. Dalam bulan yang ketujuh kamu harus merayakannya. Di dalam pondok-pondok daun (be sukkot - בסכת) kamu harus tinggal tujuh hari lamanya, setiap orang asli di Israel haruslah tinggal di dalam pondok-pondok daun (be sukkot - בסכת), supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menuntun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah YHWH Tuhanmu". Sukot memiliki dimensi perayaan yang bersifat profetik karena dihubungkan dengan pemerintahan YHWH di akhir zaman sebagaimana dinubuatkan dalam Zakaria 14:16 sbb: "Maka semua orang yang tinggal dari segala bangsa yang telah menyerang Yerusalem, akan datang tahun demi tahun untuk sujud menyembah kepada Raja, YHWH semesta alam, dan untuk merayakan hari raya Pondok Daun".

Mengapa kita merayakan Sukkot? Pertama, karena Yesus Sang Mesias pun merayakan Tujuh Hari Raya demikian pula dengan Sukkot (Yoh 7:1-2, 37-38). Kedua, karena Tujuh Hari adalah bayangan yang menunjuk pada karya Mesianis Yesus (Kol 2:16). Merayakan Tujuh Hari YHWH bukan hanya merayakan peristiwa historis untuk memperingati tindakan YHWH terhadap umat Israel kuno yang tergambar dalam perayaan-perayaan tersebut (Im 23:1-44) namun sekaligus merayakan peristiwa Kristologis dan Soteriologis yang dikerjakan oleh Yesus Sang Mesias yang terdesain/terpola dalam perayaan-perayaan tersebut. Tidak mengherankan apabila rasul-rasul Yesus menghubungkan seluruh peristiwa Kristologis dan Soteriologis tersebut dengan tipologis dalam Tujuh Hari Raya sehingga muncul ayat-ayat sbb:


“Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22:19-20)

“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias (2 Kor 5:17)

“Tetapi yang benar ialah, bahwa Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Kor 15:20)

“Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuhan berbunyi, maka Junjungan Agung sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Junjungan Agung di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Junjungan Agung. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini”(1 Tes 4:16-18)

"Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia" (1 Yoh 2:2)

Kembali kepada Perayaan Sukkot. Essensi perayaan ini berkisar pada peringatan penyertaan YHWH terhadap leluhur Israel selama mereka berada di padang gurun. Leluhur Israel membuat kemah-kemah (sukkot, jamak - sukkah, tunggal) dan kemuliaan YHWH yaitu Shekinah tinggal dalam Kemah Suci (Miskhan). Kata "kemah" atau "pondok" dalam teks Septuaginta diterjemahkan skenais (jamak) atau skenoo (tunggal).  Menariknya, dalam Yohanes 1 ayat 14 dikatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Perhatikan satu kata dalam ayat 14 yaitu kata yang diterjemahkan dengan “diam”. Kata Yunani eskenosen (εσκηνωσεν) dari kata kerja skenoo (σκηνω) yang artinya “membentangkan kemah”. Kata ini diterjemahkan dalam Hebrew New Testament, yaitu terjemahan dalam bahasa Ibrani modern untuk komunitas Yahudi, dengan kata yishkon (וישכן) dari kata shakan (שכן) yang artinya “kemah”. Berdasarkan kajian kata dan bahasa di atas, maka Yohanes 1:14 dapat dibaca, “Firman itu telah menjadi manusia, dan BERKEMAH (Yishkon) di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Apa arti penting kata “berkemah” pada ayat 14? 

Pertama, Yohanes hendak memberikan pesan tersembunyi bahwa Yesus Sang Mesias lahir pada saat orang Yahudi merayakan Sukkot atau eorte skenon. Kata Yunani skenoo yang dipakai disini menurut Strong's Concordance mempunyai arti: "1) to fix one's tabernacle, have one's tabernacle, abide (or live) in a tabernacle (or tent), tabernacle 2) to dwell". Yesus lahir saat perayaan Sukot di bulan September akhir atau Oktober awal? Bukankah kepercayaan beraba-abad mengatakan Yesus lahir tanggal 25 Desember? Saya tidak akan memperdalam topik tersebut. Silahkan mengkaji dua artikel saya berkaitan dengan dua topik yang kontroversial di atas berikut ini:

1   Signifikasi Perayaan Sukot Dengan Kelahiran Yesus Sang Mesias

2   Benarkah Yesus Lahir Tanggal 25 Desember?

Kedua, implikasi teologis frasa “Firman itu telah menjadi manusia” bahwasanya Yesus memiliki aspek keilahian dan sekaligus aspek kemanusiaan. Aspek keilahian tersebut dinampakkan bahwa hakikat Yesus adalah Sang Firman yang setara, sehakikat, melekat dengan Tuhan (Yoh 1:1). Firman tidak diciptakan melainkan daya cipta Tuhan yang menjadikan segala sesuatu ada (Kej 1:3, Mzm 33:6, Yoh 1:3). Karena Firman tidak diciptakan maka Firman itu kekal adanya. Firman bukan yang begitu saja serupa dengan Tuhan sebagaimana terungkap dalam frasa, “Firman itu bersama dengan Tuhan” (Yoh 1:1) namun serentak bahwa Firman bukan yang berbeda dengan Tuhan hal itu terungkap dalam frasa “Firman itu adalah Tuhan” (Yoh 1:1). Frasa “bersama Tuhan” menunjukkan perbedaan fungsional dan frasa “adalah Tuhan” menunjukkan kesatuan dan kesehakikatan dalam Ketuhanan.

Yesus bukan Tuhan yang menjadi manusia. Yesus bukan Yahweh yang menjadi manusia. Yesus bukan Bapa Surgawi yang menjadi manusia. Yesus adalah Firman Tuhan yang menjadi manusia. Yesus adalah Firman Yahweh yang menjadi manusia. Yesus adalah Firman Sang Bapa yang menjadi manusia sesuai kesaksian Yohanes 1:14. Oleh karenanya Yesus disebut Anak Tuhan (Yoh 1:18). Marilah kita kembali kepada dasar pengakuan Gereja Perjanjian Baru yang adalah Gereja Perdana yang berpusat pada komunitas Yahudi dan Yudaisme yang telah menerima Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan yang bersaksi: “Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorang pun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: ‘Firman Tuhan’ (ho logos tou Theou). Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Tuhan, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan (kurios kurioon) - (Why 19:11-16). Menurut Wahyu 19:11-16 (sebagaimana kesaksian Yohanes 1:14), Yesus adalah Firman Tuhan (Yunani: ho Logos tou Theou/Aram: Milta d’Alaha/Ibrani: Devar Elohim).

Keyakinan iman bahwa Yesus adalah Sang Firman yang menjadi manusia dan beliau disebut Anak Tuhan, tetap dipelihara oleh murid-murid para rasul baik Polikarpus, Ignatius, Ireneus. Polikarpus (murid Rasul Yohanes, Bishop Smirna, 69-155 Ms) menuliskan: “I bless you for having judged me worthy from this day and this hour to be counted among your martyrs. . . . You have kept your promise, God of faithfulness and truth. For this reason and for everything, I praise you, I bless you, I glorify you through the eternal and heavenly High Priest, Jesus Christ, your beloved Son. Through him, who is with you and the Holy Spirit, may glory be given to you, now and in the ages to come. Amen” (Aku memberkati-Mu karena telah menetapkan kelayakkannku pada hari ini dan jam ini untuk diperhitungkan diantara para martirmu…Engkau telah menepati janji-Mu, Tuhan yang setia dan kebenaran. Untuk alasan ini dan untuk semuanya, aku memuji-Mu, aku memberkati-Mu, aku memuliakan-Mu melalui Imam Agung yang kekal dan surgawi yaitu Yesus Sang Mesias, Anak-Mu terkasih. Melalui-Nya, yang bersama-Mu dan Roh Kudus, biarlah kemuliaan diberikan hanya kepada-Mu dari sekarang sampai masa yang akan datang. Amin) - Martyrium Polycarpi 14,2-3:PG 5,1040; SCh 10,228 - http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p3s2c2a8.htm

Ignatius (murid Polikarpus, murid Yohanes dan Bishop Antiokia ketiga, 35 atau 50 – sampai 98 atau 117 Ms) menuliskan: “Be not deceived with strange doctrines, "nor give heed to fables and endless genealogies," and things in which the Jews make their boast. "Old things are passed away: behold, all things have become new." For if we still live according to the Jewish law, and the circumcision of the flesh, we deny that we have received grace. For the divinest prophets lived according to Jesus Christ. On this account also they were persecuted, being inspired by grace to fully convince the unbelieving that there is one God, the Almighty, who has manifested Himself by Jesus Christ His Son, who is His Word, not spoken, but essential. For He is not the voice of an articulate utterance, but a substance begotten by divine power, who has in all things pleased Him that sent Him” (Jangan tertipu dengan doktrin yang aneh atau mengindahkan dongeng dan silsilah tiada ujung pangkal dalam mana orang-orang Yahudi bermegah. "Hal-hal yang lama telah berlalu: lihatlah, segala sesuatu telah menjadi baru." Sebab jika kita masih hidup menurut hukum Yahudi, dan menyunatkan secara daging, kita menyangkal bahwa kita telah menerima kasih karunia. Karena para nabi pelihat Tuhan hidup menurut Yesus Sang Mesias. Dengan jalan ini juga mereka dianiaya, yang terdorong oleh kasih karunia diyakinkan untuk sepenuhnya percaya bahwa hanya ada satu Tuhan, Yang Mahakuasa, yang telah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Sang Mesias Putra-Nya, yang adalah Firman-Nya, bukan ucapan belaka namun esensial. Karena Dia bukan suara ucapan belaka melainkan diperanakkan melalui kekuatan ilahi, yang dalam segala hal menyukakan Dia yang mengutus-Nya) - The Epistle of Ignatius to the Magnesians, Chapter VIII.-Caution Against False Doctrines - http://www.earlychristianwritings.com/text/ignatius-magnesians-longer.html

Ketiga, Yohanes hendak mengatakan bahwa kehadiran Yesus adalah pertanda kemuliaan Tuhan Yahweh berkemah dalam wujud kemanusiaan Yesus Anak-Nya Yang Tunggal sebagaimana dikatakan, “…dan kita telah melihat kemuliaan-Nya (Yun: ten doxan autou) yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Dengan melihat Yesus, seseorang telah melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan di tengah-tengah umat manusia. Tidak ada seorangpun yang telah melihat Tuhan Yahweh Sang Bapa dan Yesus Sang Putra sebagai perwujudan Firman-Nya telah menyatakan Sang Bapa itu pada umat manusia. Itulah sebabnya Yesus berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9). Itulah sebabnya Rasul Paul berkata: “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan Ke-Tuhanan” (Kol 2:9).

Perayaan Sukot, bukan sekedar perayaan penyertaan Tuhan Yahweh terhadap leluhur Israel selama di padang gurun paska menyebrangi laut Teberau dengan mendirikan pondok-pondok atau kemah-kemah kayu dan ranting serta buah-buahan. Perayaan Sukot adalah perayaan kemuliaan Tuhan yang telah berkemah dalam wujud kemanusiaan Yesus Sang Mesias dan yang telah menyentuh dunia serta kemanusiaan. Sang Firman yang telah menjadi manusia itu masuk dalam kehidupan manusia dan membagikan kehidupan bagi barangsiapa yang percaya dan menerima diri-Nya sebagai Mesias dan Anak Tuhan sebagaimana dikatakan: “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Sang Mesias” (1 Yoh 1:1-3).


Sameakh Sukot 15-21 Tishri 5776

No comments:

Post a Comment