Wednesday, September 23, 2015

TANGGUH MENGHADAPI KRISIS






Saat sebuah krisis melanda (sosial, ekonomi, politik) akan melahirkan fenomena pelarian diri. Agama kerap menjadi pelarian diri yang paling banyak dituju (sekalipun dibelahan Amerika dan Eropa, agama hanya tinggal nama). Para pengkotbah mulai menghubung-hubungkan krisis dengan akhir zaman (yang terbaru adalah fenomena bulan darah dan tahun shemitah sebagaimana lazimnya perilaku beragama ini telah dilakukan pada krisis-krisis sebelumnya).

John Naisbit dan Patricia Aburdene seorang Futurolog (sekalipun sempat meleset memprediksikan perihal kebangkitan Asia pada milenium ke-3 dan sebaliknya tahun 1997 justru Asia mengalami krisis ekonomi) telah memprediksikan gejala paranoia agama tersebut pada tahun 80-an melalui bukunya, "Megatrends 2000: Sepuluh Arah Baru Untuk Tahun 1990-an” sbb: " Sementara kita mendekati tahun 2000, hal itu terjadi lagi. Ketika orang percaya 'waktunya sudah tiba' mereka secara khas berkerumun dalam kelompok-kelompok kecil di sekeliling pemimpin yang penuh semangat dan eksentrik. Menggemakan gerakan masa lalu, jutaan orang dewasa ini tertarik ke ujung yang tidak ortodox dari spektrum agama: Dari penyalur Abad Baru hingga karismatik 'berbahasa lidah' hingga pendeta TV yang rentan skandal" (1990:255). 


Agama dan para pemimpin agama pada akhirnya hanya melanggengkan paranoia massa dan bukan memberikan jalan keluar yang dewasa kepada umat sebagai bagian dari warga negara untuk mencari jalan keluar dan bertahan di masa krisis dan kesesakkan Agama dan para pemimpin agama seolah-olah memberikan permen dan candu agar umat melupakkan masalah mereka dan berlari kepada persoalan surga belaka. Inilah yang menyebabkan Karl Marx mengritik agama dan pemimpin agama sebagai "candu rakyat" manakala mereka berdiam diri dengan berbagai persoalan sosial yang menindas umatnya. Krisis bukan pertanda kiamat sekalipun kiamat didahului dengan sebuah krisis global. 

Bukan bagaimana Anda lari dari saat krisis terjadi melainkan respon apa yang akan Anda lakukan saat krisis dan kesesakkan terjadi. Anda bisa memilih berlari dari krisis dan menikmati candu yang melenakkan Anda dengan berbagai penglihatan surgawi yang menghilangkan rasa sakit sesaat. Namun Anda bisa memilih untuk berdiri dengan berani menghadapi krisis dengan kekuatan dan kuasa Tuhan serta menghadirkan Kerajaan Tuhan di tengah krisis sebagaimana isi Doa Bapa Kami, "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga". Habakuk 3:17-19 dan Amsal 24:10 memberikan cetak biru perihal managemen krisis agar umat Tuhan realistis dan tidak eskapis (melarikan diri dari kenyataan) serta berani menghadapi krisis. 

Marilah di tahun baru Ibrani 5776 (2015-2016) kita berdoa dan tidak putus berpengharapan bahwa Tuhan YHWH di dalam Yesus Sang Mesias, Putra-Nya Yang Tunggal menganugrahkan kebaikan dan berbagai peluang agar kita bisa keluar dari krisis dan beroleh kesejahteraan baik rohani maupun jasmani. Leshanah Tovah 1 Tishri 5776!

No comments:

Post a Comment