Thursday, February 21, 2019

HARUSKAH BERBISNIS DENGAN TIPU DAYA?


Berikut sebuah penggalan percakapan di meja makan antara Huang Peiyu (penguasa Shanghai generasi kedua) kepada istrinya, Xiao Yuegei yang mempertanyakan tindakkan pembunuhan yang dilakukan suaminya, dalam film layar lebar Lord of Shanghai. “Kamu pikir apa mungkin menjadi berhasil di Shanghai tanpa tangan berlumuran darah? Itu angan-angan khayalan belaka!”, teriak Huang Peiyu. Sang istri bergumam di hati, “Haruskah ini menjadi satu-satunya cara untuk menyelesaikan perbedaan? Membunuh tanpa belas kasihan. Saling membunuh dan dibunuh. Apakah ini satu-satunya cara untuk mendapatkan kekuatan?”. 

Penggalan dialog di atas mengungkapkan betapa dibalik kesuksesan seseorang ternyata dibangun di atas kekerasan, kejahatan, persaingan tidak sehat, menghalalkan segala cara untuk meraih kesuksesan material dan kekuasaan ekonomi. 

Pertanyaan Huang Peiyu mewakili mereka yang berfikir dan bertindak pragmatis bahwa tidak ada nilai-nilai moral yang ideal untuk memandu sebuah pendakian keberhasilan. Mereka yang kuat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang keraslah yang berhasil dan memperoleh kekuasaan ekonomi.  Sementara gumam Xiao Yuegei mewakili mereka yang masih melihat sebuah jalan keluar untuk dapat berhenti dari lingkaran setan kekerasan, persaingan yang tidak sehat bahkan pembunuhan agar dapat meraih kejayaan dan kekuasaan. 

Apakah Kitab Suci tidak memberikan petunjuk perihal memperoleh rezeki dan pendapatan  material sehingga kita mengikuti aturan main yang jauh dari moralitas dalam bisnis dan usaha keekonomian? Kitab Amsal (Sefer Mishley) 10:2 berkata, “Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut”. Yeremia 17:11 menegaskan perihal nasib mereka yang memperoleh rezeki dengan tidak halal bahwa mereka akan kehilangan segalanya. Frasa, “menggaruk kekayaan secara tidak halal” dalam bahasa Ibrani, osye osyer welo bemishpat, lebih tepatnya diterjemahkan “yang mendapatkan kekayaan dengan tidak berdasarkan keadilan/hukum”. Hasil dari semua rezeki yang diperoleh dengan melanggar hukum – mencuri, membunuh, memeras, menyuap, memanipulasi, merampok, menipu, korupsi – adalah “kehilangan semuanya” (ya’azvenu) dan disebut sebagai "orang bebal” (naval).

Tuhan YHWH memerintahkan kita jujur dan adil serta bersih dalam menjalankan usaha, sehingga keluarlah firman Tuhan, “Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai; Akulah YHWH, Tuhanmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir” (Im 19:36). Perhatikan frasa, “neraca yang betul” (moshney tsedeq), “batu timbangan yang betul” (avney tsedeq), “efa yang betul” (eyfat tsedeq), “hin yang betul” (hin tsedeq). Kata Ibrani tsedeq bisa bermakna “adil”, “benar”, “akurat”, “jujur”, “tepat”. Dari kata tsedeq kita menerima kata tsadiq atau orang yang jujur, orang yang benar, orang yang adil. Dari kata itu kita menerima kata tsedaqa atau perbuatan benar, perbuatan derma. 

Adil dan benar (tsedeq) adalah sifat Tuhan YHWH. Adil dan benar adalah tumpuan Tahta Tuhan sebagaimana dikatakan,”keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya”(tsedeq umishpat mekon kisso) – (Mzm 97:2). Oleh karena itu, berbisnislah dengan benar dan menjauhi tipu daya. Bersainglah dengan sehat dan berjiwa kesatria.

No comments:

Post a Comment