Thursday, April 25, 2019

MEMPELAJARI BADAI


Di Amerika, profesi sebagai “pemburu badai” (storm hunters) sudah lazim dijumpai. Mereka adalah para peneliti yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari dan meneliti badai, seperti sekelompok Storm Chaser di Olustee, Oklahoma. 


Di Amerika, memang kerap terjadi badai super besar yang menjadi sumber bencana, seperti yang terjadi di Lamb County, Texas, AS ini. Dengan mempelajari badai, diharapkan mereka bisa meminimalisasi korban dari bencana. 

Para pemburu badai ini berkeliling dengan menggunakan mobil dan peralatan lengkap untuk memburu badai yang akan terbentuk.Di bagian belakang mobil, mereka membawa alat bernama Doppler on Wheels (DOW). DOW ini adalah radar yang bisa memindai badai dan tornado, untuk kemudian dibuat model tiga dimensinya. 

Tidak hanya meneliti badai, para pemburu ini juga mendokumentasikan badai dari awal terbentuk sampai badai itu usai. Terkadang mereka melakukan siaran langsung alias live streaming, agar peneliti lainnya bisa mendapat data dari badai yang sedang mereka buru. 

Kita dapat mengikuti kegiatan berbahaya ini di saluran televisi National Geographic dengan judul Tornado Hunters. Penelitian ini jelas berisiko berhadapan dengan maut yang merenggut sewaktu-waktu. Sebagaimana dialami Tim Samaras. Kisahnya diabadikan oleh Brantley Hanggrove dalam buku The Man Who Caught The Storm. 

Sekalipun kegiatan berisiko yang dapat menghilangkan nyawa namun dari hasil penelitian ini banyak orang mendapatkan informasi yang sangat kaya perihal aktivitas badai dan bagaimana hidup dan beradaptasi dengan badai. 

Badai tidak datang secara tiba-tiba. Ada banyak faktor internal dan eksternal yang berkontribusi bagi terbentuknya badai. Mereka yang telah mempelajari pola terbentuknya badai dan dampak kekuatan badai akan mempersiapkan rumah-rumah yang di bawahnya terdapat sejumlah ruang bawah tanah yang aman. 

Kehidupan yang kita jalani tidak selamanya berjalan normal dan nyaman. Pada sekali waktu akan ada badai datang. Kita tidak pernah tahu kapan badai itu datang namun kita harus membangun kesadaran adaptiv untuk mampu menyelamatkan diri kita dari badai. 

Jika Yesus Sang Mesias dan Junjungan Agung Yang Ilahi menjadi pengendali utama kehidupan keluarga kita, maka saat badai tiba, berserulah dalam nama Anak Tuhan agar Dia menenangkan badai dan membuat kita selamat dari amukannya, sebagaimana dikatakan, "Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh" (Mat 8:23-27). 

Jika Yesus Sang Juruslamat, Anak Tuhan itu mampu ἐπετίμησεν τοῖς ἀνέμοις (epetimesen tois anemois) alias "menghardik angin" maka berserulah dalam nama Anak Tuhan agar segala sesuatu menjadi terkendali. Frasa, "danau itu menjadi teduh" sesungguhnya dalam bahasa Yunani dituliskan καὶ ἐγένετο γαλήνη μεγάλη (kai egeneto galene megale). King James Version menerjemahkan, "there wa a great calm" (maka terjadi ketenangan yang luar biasa). Situasi akan terkendali jika kita menjaga jarak dengan badai persoalan dan mengambil kendali terhadap diri sendiri serta berdoa memohon kuasa Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Putra untuk menenangkan badai.

No comments:

Post a Comment