Di Amerika, profesi
sebagai “pemburu badai” (storm hunters) sudah lazim dijumpai. Mereka adalah
para peneliti yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari dan meneliti
badai, seperti sekelompok Storm Chaser
di Olustee, Oklahoma.
Di Amerika, memang kerap terjadi badai super besar yang menjadi sumber bencana, seperti yang terjadi di Lamb County, Texas, AS ini. Dengan mempelajari badai, diharapkan mereka bisa meminimalisasi korban dari bencana.
Di Amerika, memang kerap terjadi badai super besar yang menjadi sumber bencana, seperti yang terjadi di Lamb County, Texas, AS ini. Dengan mempelajari badai, diharapkan mereka bisa meminimalisasi korban dari bencana.
Para pemburu badai ini berkeliling dengan menggunakan mobil dan
peralatan lengkap untuk memburu badai yang akan terbentuk.Di bagian belakang
mobil, mereka membawa alat bernama Doppler
on Wheels (DOW). DOW ini adalah radar yang bisa memindai badai dan tornado,
untuk kemudian dibuat model tiga dimensinya.
Tidak hanya meneliti badai, para
pemburu ini juga mendokumentasikan badai dari awal terbentuk sampai badai itu
usai. Terkadang mereka melakukan siaran langsung alias live streaming, agar peneliti lainnya bisa mendapat data dari badai
yang sedang mereka buru.
Kita dapat mengikuti kegiatan berbahaya ini di saluran
televisi National Geographic dengan judul Tornado Hunters. Penelitian ini
jelas berisiko berhadapan dengan maut yang merenggut sewaktu-waktu. Sebagaimana
dialami Tim Samaras. Kisahnya diabadikan oleh Brantley Hanggrove dalam buku The Man Who Caught The Storm.
Sekalipun
kegiatan berisiko yang dapat menghilangkan nyawa namun dari hasil penelitian
ini banyak orang mendapatkan informasi yang sangat kaya perihal aktivitas badai
dan bagaimana hidup dan beradaptasi dengan badai.
Badai tidak datang secara
tiba-tiba. Ada banyak faktor internal dan eksternal yang berkontribusi bagi
terbentuknya badai. Mereka yang telah mempelajari pola terbentuknya badai dan
dampak kekuatan badai akan mempersiapkan rumah-rumah yang di bawahnya terdapat
sejumlah ruang bawah tanah yang aman.
Kehidupan yang kita jalani tidak
selamanya berjalan normal dan nyaman. Pada sekali waktu akan ada badai datang.
Kita tidak pernah tahu kapan badai itu datang namun kita harus membangun
kesadaran adaptiv untuk mampu menyelamatkan diri kita dari badai.
Jika Yesus Sang Mesias dan Junjungan Agung Yang Ilahi menjadi pengendali utama kehidupan keluarga kita, maka saat badai
tiba, berserulah dalam nama Anak Tuhan agar Dia menenangkan badai dan membuat
kita selamat dari amukannya, sebagaimana dikatakan, "Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh" (Mat 8:23-27).
Jika Yesus Sang Juruslamat, Anak Tuhan itu mampu ἐπετίμησεν τοῖς ἀνέμοις (epetimesen tois anemois) alias "menghardik angin" maka berserulah dalam nama Anak Tuhan agar segala sesuatu menjadi terkendali. Frasa, "danau itu menjadi teduh" sesungguhnya dalam bahasa Yunani dituliskan καὶ ἐγένετο γαλήνη μεγάλη (kai egeneto galene megale). King James Version menerjemahkan, "there wa a great calm" (maka terjadi ketenangan yang luar biasa). Situasi akan terkendali jika kita menjaga jarak dengan badai persoalan dan mengambil kendali terhadap diri sendiri serta berdoa memohon kuasa Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Putra untuk menenangkan badai.
No comments:
Post a Comment