Keberhasilan dapat
melenakkan kesadaran kita. Ungkapan-ungkapan seperti “lupa daratan” atau “kacang lupa kulitnya”, hendak
menggambarkan mereka yang mengalami kelupaan terhadap asal usul dan larut dalam
keberhasilan dan kenikmatan yang dialami. Ketika kita masih mengalami
kesusahan, kita begitu bersungguh-sungguh beribadah dan berdoa pada Tuhan.
Ketika kita belum menjadi seseorang yang penting dan berpengaruh kita begitu ramah dan mudah bergaul dengan banyak teman. Namun setelah berhasil kita tiba-tiba terlupa akan Tuhan dan beribadah. Kita begitu larut dalam pekerjaan dan pencapaian karir menuju piramida jabatan dan kekuasaan. Kita mulai meninggalkan relasi sosial yang telah dibangun dengan banyak orang dan mulai menjaga jarak dan memilih-milih teman yang lebih merepresentasikan kelas sosial kita. Kita menjadi orang yang begitu sulit ditemui dan diajak berkomunikasi.
Ketika kita belum menjadi seseorang yang penting dan berpengaruh kita begitu ramah dan mudah bergaul dengan banyak teman. Namun setelah berhasil kita tiba-tiba terlupa akan Tuhan dan beribadah. Kita begitu larut dalam pekerjaan dan pencapaian karir menuju piramida jabatan dan kekuasaan. Kita mulai meninggalkan relasi sosial yang telah dibangun dengan banyak orang dan mulai menjaga jarak dan memilih-milih teman yang lebih merepresentasikan kelas sosial kita. Kita menjadi orang yang begitu sulit ditemui dan diajak berkomunikasi.
Haruskah sebuah keberhasilan mengubah gaya hidup dan perilaku kita? Haruskah
keberhasilan mengubah ketekunan ibadah kita? Tuhan YHWH bersabda kepada
bangsa Israel agar jangan melupakan diri-Nya, perintah dan hukum-Nya saat
keberhasilan dan kemakmuran mendatangi hidup mereka di Tanah Perjanjian
sebagaimana dikatakan, “Hati-hatilah,
supaya jangan engkau melupakan YHWH, Tuhanmu, dengan tidak berpegang pada
perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari
ini...” (Ul 8:11). Diingatkan kembali bangsa Israel, “...jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan YHWH,
Tuhanmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan” (Ul
8:14).
Perintah untuk senantiasa mengingat Tuhan diulangi kembali, “Tetapi haruslah engkau ingat kepada YHWH Tuhanmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh
kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah
kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini” (Ul 8:18). Kita diingatkan
agar jangan melupakkan Tuhan dan senantiasa mengingat Dia jika kehidupan kita
semakin hari semakin berhasil dan mengalami kesuksesan.
Tuhan bisa mengambil
dalam sekejap semua apa yang telah diberikan-Nya pada kita saat kita melupakan
semua perbuatan dan mengkhianati-Nya. (Ul 8:19-20). Oleh karena itu marilah
kita senantiasa mengingat (zakor) Dia dengan beribadah dan mematuhi firman-Nya.
No comments:
Post a Comment