Jika
Kekristenan arus utama saat ini mengenang sengsara dan kewafatan serta
kebangkitan Yesus dari kematian melalui
fase Ibadah Pekan Suci yang dimulai
dari, “Minggu Palma” (memperingati Yesus memasuki Yerusalem sebelum penyaliban), “Kamis Putih” (pembasuhan kaki dan perjamuan malam), “Jumat Agung” (penyaliban Yesus), “Sabtu Sunyi” (penguburan Yesus), “Minggu Paskah” (kebangkitan Yesus dari kematian dan ditandai melakukan Perjamuan Kudus memakan roti dan anggur).
Sementara
itu Kekristenan Akar Ibrani (entahkah disebut Mesianik atau Mazhab Yudeo
Kristen dsj) menghayati sengsara, kematian serta kebangkitan Yesus Sang Mesias, Anak Tuhan serta Juruslamat dari kematian dengan melaksanakan ibadah Pesakh
yang jatuh pada Tanggal 14 Nisan (tahun ini 14 Nisan 5780 jatuh tanggal
8/9 April 2020) dengan ditandai makan “Matsah”
(roti tidak beragi) dan minum anggur dalam jamuan “Seder Pesakh” untuk mengenang sengsara dan kematian Yesus Sang
Mesias (Mat 26:26-28). Kemudian mengenang penguburannya dalam ibadah “ha Matsah” (roti tidak beragi) dimana
selama beberapa hari menghindari makanan mengandung ragi. Dan akhirnya ibadah “ha Bikurim/Sfirat ha Omer” (buah sulung)
dimana kebangkitan Yesus dari kematian diperingati sebagai yang sulung dari
dari antara orang yang meninggal (1 Kor 15:20).
Marilah
dalam bingkai perbedaan kita merayakan satu peristiwa yang sama yaitu sengsara
dan kematian Yesus Sang Mesias untuk menghapuskan dosa umat manusia dan
kebangkitan Yesus dari kematian sebagai kemenangan atas maut dan
mengaruniakan kehidupan kekal kepada yang percaya, baik orang Yahudi maupun
Yunani (non Yahudi termasuk semua bangsa-bangsa) sebagaimana dikatakan, "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh
dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Tuhan yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani" (Rm
1:16).
Iman
Kristen dilandaskan pada kebangkitan Yesus Sang Mesias dari alam maut. Jika Yesus Sang Mesias tidak bangkit maka sia-sialah iman Kristen. Rasul Paul berkata: “Tetapi andaikata Mesias tidak dibangkitkan,
maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1
Kor 15:14). Ayat ini menegaskan pada kita bahwa kebangkitan Yesus dari alam
maut adalah kemutlakan. Jika Yesus hanya lahir dan mati, maka Dia tidak lebih
dari para nabi dan tokoh pendiri agama besar di dunia ini. Jika Yesus hanya
lahir dan mati, maka Dia hanya mengukir sejarah sebagai orang bijaksana dari
salah sekian orang bijaksana yang pernah hadir mewarnai dunia yang pekat dengan
kejahatan dan kerusakan moral.
Namun
ada yang berbeda dengan Yesus Sang Mesias. Dia lahir dan mati sebagaimana
dinubuatkan dalam Kitab Torah dan Dia bangkit dari kematian sebagaimana
dinubuatkan pula dalam Torah sebagaimana Rasul Paul menegaskan dalam ayat
sebelumnya sbb: “Sebab yang sangat
penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri,
ialah bahwa Meias telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab
Suci,bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang
ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas
dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya” (1 Kor 15:3-5). Seorang penulis
dan apologet Kristen bernama C. Marvin Pate dan Shery L. Pate menuliskan sbb: “Kekristenan berdiri kokoh atau runtuh
berdasarkan kebangkitan Yesus. Dan buktinya, bertentangan dengan para pendiri
agama-agama lainnya yang masih tergeletak di dalam kubur mereka, kekristenan
adalah satu-satunya iman yang pendirinya mengalami jalan hidup yang sama sekali
berbeda. Seperti yang dikatakan oleh malaikat, ‘Dia tidak berada di sini; Dia
telah bangkit’. Ini adalah sebuah pemikiran yang mengagumkan, pemikiran yang
dijunjung tinggi oleh orang-orang Kristen dan yang memberikan harapan pasti
untuk masa depan” (Disalibkan Oleh Media: Fakta dan Fiksi
Tentang Yesus Sejarah, 2007:215).
Kitab
Suci yang mana yang dimaksudkan oleh Rasul Paul ketika dia berbicara bahwa
kematian dan kebangkitan Yesus dari alam maut telah menggenapi nubuatan dalam
Kitab Suci? Yesaya 53:8-12 merupakan penggenapan dari seluruh karya Mesias yang
tergenapi dalam diri Yesus Sang Mesias sebagaimana dapat kita baca sbb: “Sesudah penahanan dan penghukuman ia
terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia
terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia
kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam
matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat
kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi YHWH berkehendak meremukkan
dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus
salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak YHWH
akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan
menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan
banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan
membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh
orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan
nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara
pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa
untuk pemberontak-pemberontak”
Sekali
lagi Rasul Paul menegaskan kebenaran berita Injil bahwa Yesus telah bangkit dari
alam maut dengan mengatakan: “Tetapi yang
benar ialah, bahwa Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai
yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Kor 15:20). Dengan
mengatakan “tetapi yang benar”, Rasul Paul hendak menepis semua anggapan dan
perlawanan pada zamannya yang hendak menolak kebangkitan Yesus dari alam
maut. Yang menarik, Rasul Paul menghubungkan perayaan Buah Sulung sebagai
peristiwa yang menunjuk pada kebangkitan Yesus sebagaimana nampak dalam
kalimat “Mesias telah dibangkitkan dari
antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal”.
Pernyataan
ini menggemakan pesan bahwa seluruh hari raya YHWH yang ditetapkan di Sinai (Im
23:1-44) menunjuk pada Yesus Sang Mesias sebagai wujud kepenuhannya (Kol
2:17)[4]. Paskah berhubungan dengan Yesus sebagai Anak Domba Paskah yang
dikorbankan (1 Kor 5:7). Hari Raya Roti Tidak Beragi berhubungan dengan
penguburan Yesus di dalam rahim bumi dan panggilan bagi murid-murid Yesus untuk membuang ragi kefasikan dalam hidup (1 Kor 5:8). Dan Perayaan Buah Sulung
berhubungan dengan kebangkitan Yesus dari alam maut sebagai buah sulung.
Semua peristiwa Mesianis dalam kehidupan Yesusbukan khayalan dan teologi
yang dikarang oleh gereje di kemudian hari melainkan memiliki dasar dan
landasan dalam nubuatan YHWH dalam Kitab Suci dan ibadah yang ditetapkan-Nya.
Apakah
nilai kebangkitan Yesus dari alam maut bagi orang yang percaya padanya?
Sebagaimana semua anak keturunan Adam mewarisi maut dalam persekutuan dengan
Adam yang telah melanggar hukum YHWH sehingga berdosa, maka semua orang yang
berada dalam persekutuan dengan Adam yang baru yaitu Yesus Sang Mesias,
mereka akan mengalami hidup kekal sebagaimana dikatakan: “Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga
kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti
semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan
dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Mesias. Tetapi tiap-tiap orang
menurut urutannya: Mesias sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi
milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” (1 Kor 15:21-23).
Kebenaran
yang serupa ditegaskan dalam surat Roma sbb: “Tetapi karunia Tuhan tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab,
jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut,
jauh lebih besar lagi kasih karunia Tuhan dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya
atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Sang Mesias. Dan kasih
karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu
pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia
atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab, jika oleh dosa
satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi
mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran,
akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Sang Mesias”
(Rm 5:15-17)
Kuasa
kematian dan kebangkitan Yesus yang dirayakan oleh gereja arus utama (Katolik
dan Protestan) sebagai Minggu Paskah
atau oleh gereja-gereja beraliran Akar Ibrani sebagai Hari Raya Bikurim (Buah Sulung) bukan hanya menghapus kuasa dosa
yaitu maut dan mengaruniakan hidup kekal melainkan menegaskan kuasa Yesus yang masih relevan sapai hari ini.
Di
tengah suasana kewaspadaan dan kekuatiran menyebarluasnya pandemi Covid-19,
kuasa kematian dan kebangkitan Yesus memberikan jaminan kepastian kepada kita
bahwa entahkah kita menang atau kalah dalam menghadapi Covid-19, kehidupan
kekal yang dijanjikan Yesus tidak berubah. Pandanglah Yesus Sang Putra
Tuhan dan yakinlah akan kehidupan kekal yang telah diberikan-Nya pada kita.
No comments:
Post a Comment