Ada sebuah kisah tentang seorang pria tua eksentrik yang
selalu membawa sekaleng minyak ke mana pun ia pergi. Jika melewati pintu yang
berderit atau gerbang yang sulit digerakkan, ia mengoleskan minyak pada
engselnya. Tindakannya meminyaki pintu itu mempermudah orang-orang yang lewat
setelah dia.
Hampir setiap hari kita menemukan orang yang hidupnya berderit keras karena masalah. Dalam situasi semacam ini, kita menghadapi dua pilihan: memperburuk masalah mereka dengan kebiasaan mengkritik, atau meminyaki kehidupan mereka dalam Roh Mesias.
Hampir setiap hari kita menemukan orang yang hidupnya berderit keras karena masalah. Dalam situasi semacam ini, kita menghadapi dua pilihan: memperburuk masalah mereka dengan kebiasaan mengkritik, atau meminyaki kehidupan mereka dalam Roh Mesias.
Sebagian orang yang kita jumpai menanggung beban yang
tak tertahankan dan mendambakan "minyak" perkataan yang penuh
simpati. Ada pula orang-orang yang merasa kalah dan ingin menyerah.
Satu
dorongan semangat saja dapat memulihkan pengharapan mereka. Namun, ada juga
orang-orang jahat yang hatinya dikeraskan oleh dosa. Hati orang-orang semacam
ini dapat dilunakkan oleh olesan minyak kebaikan secara teratur, sehingga
mereka dapat menerima anugerah Mesias yang menyelamatkan.
Saat kita menerima Mesias
sebagai Juruselamat (Soterios) dan sang Tuan (Kurios), Roh Kudus berdiam di
dalam kita dan memperlengkapi kita agar menjadi berkat bagi orang lain. Itulah
sebabnya dikatakan perihal tugas seorang rohaniawan Kristiani, “Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh
bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar,
sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab
mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin
mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi
sadar kembali, karena terlepas dari jerat Satan
yang telah mengikat mereka pada kehendaknya” (2 Tim 2:24-26). Frasa,
“Ia harus cakap mengajar, sabar dan
dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan” bagai sebuah
tindakan “meminyaki engsel yang berderit”.
Tidak mudah memang namun harus
mengingat sabda Tuhan bahwa dibalik orang-orang yang keras hati dan bandel, “sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan
kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal
kebenaran...”.
Marilah kita mengambil peran masing-masing – entahkah
rohaniawan ataukah umat – untuk menjadi orang-orang yang “meminyaki engsel yang
berderit” yaitu orang-orang bermasalah agar mereka berjumpa dengan Sang Juruslamat
dan berubah dari kehidupan lama yang penuh dosa
No comments:
Post a Comment