Saturday, May 30, 2020

KUASA ROH KUDUS, MEMAMPUKAN MENJADI PEWARTA KEBENARAN DAN KEBAIKAN BUKAN PEWARTA KEBOHONGAN DAN KEJAHATAN


Gambar: nssbethel.org

Makna Historis Perayaan Shavuot (Pentakosta)

Shavuot dikenal sebagai Hari Raya Tujuh Minggu atau Pentakosta adalah salah satu rangakaian hari raya yang ditetapkan Tuhan YHWH di Sinai untuk dirayakan bangsa Israel kuno setelah merayakan Pesakh, ha Matshah serta ha Bikurim (Im 23:15-23). Dalam konteks masa kini, Ini adalah hari raya Yahudi yang terjadi pada hari keenam bulan Ibrani Siwan


Shavuot memiliki makna ganda yaitu perayaan pertanian dan kerohanian atau spiritual. Sebagai perayaan pertanian, Shavuot menandai panen gandum yang sangat penting di Tanah Israel (Kel 34:22), dan secara kerohanian Shavuot memperingati hari ketika Tuhan memberikan Torah kepada bangsa Israel yang berkumpul di Gunung Sinai — walaupun asosiasi itu tidak eksplisit dalam teks TaNaKh atau Kitab Perjanjian Lama antara pemberian Torah (Matan Torah) dan Shavuot.

Hari Raya Shavuot adalah salah satu dari Tiga Festival Ziarah (Shalosh Regalim) dalam TaNaKh. Kata Shavuot berarti "minggu-minggu" dan menandai penutupan dan akhir dari Penghitungan Omer (berkas gandum yang dihitung sejak Perayaan Buah Sulung).

Sebagaimana difirmankan, Kemudian kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan (omer), harus ada genap tujuh minggu  sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian yang baru kepada YHWH” (Im 23:15-16).

Jika Hari Raya Pesakh (Paskah) sebagai peringatan dan penanda bahwa orang-orang Israel dibebaskan dari perbudakan Mesir dan keluar menuju Tanah Perjanjian dengan menyeberangi Laut Teberau. Maka Perayaan Shavuot, Israel diberi Torah dan menjadi bangsa yang berkomitmen untuk melayani Tuhan YHWH.

Apa Yang Dilakukan Di Israel Saat Perayaan Shavuot (Pentakosta)?

Ada beberapa kebiasaan dan tradisi yang dilakukan Bangsa Israel modern yang saleh dan menganut Yudaisme, selama perayaan Shavuot al.,

Pertama, pembacaan Aqdamut yaitu membaca puisi liturgi yang memuji kebesaran Tuhan, Torah dan bangsa Israel yang dibacakan di depan umum di sinagoge tepat sebelum pembacaan pagi hari Taurat pada hari pertama Shavuot. Itu disusun oleh Rabi Meir dari Worms, yang putranya dibunuh selama Perang Salib Pertama pada tahun 1096. Rabi Meir dipaksa untuk mempertahankan Torah dan iman Yahudi-nya dalam sebuah debat dengan para imam lokal dan berhasil menyampaikan kepastian akan kekuatan Tuhan, cinta-Nya bagi orang-orang Yahudi, dan keunggulan Taurat. Setelah itu ia menulis Aqdamut, sebuah puisi 90-baris dalam bahasa Aram yang menekankan tema-tema ini.

Kedua, Menghidangkan dan memakan makanan mengandung susu seperti cheesecake, blintze keju, dan keju kreplach di kalangan orang Yahudi Ashkenazi; keju sambusak, kelsonnes (keju ravioli) dan atayef (pancake berisi keju) di antara orang Yahudi Suriah; Kahee (adonan yang dihaluskan dan bergula) di antara orang Yahudi Irak dan kue tujuh lapis yang disebut siete cielos (tujuh surga) di antara orang Yahudi Tunisia dan Maroko secara tradisional dikonsumsi pada perayaan Shavuot. Orang Yahudi Yaman tidak makan makanan susu di saat Shavuot.

Ketiga, Pembacaan Kitab Rut (Megillat Ruth) di Sinagoga. Alasan pembacaan Kitab Ruth saat Shavuot al., Raja Daud, keturunan Rut, lahir dan mati di saat Shavuot (Talmud Hagigah 2:3). Alasan berikutnya, Shavuot adalah waktu panen (Kel  23:16), dan peristiwa-peristiwa Kitab Rut terjadi pada waktu panen.

Keempat, berjaga sepanjang malam Shavuot untuk mempelajari Torah - yang dikenal sebagai Tiqun Leyl Shavuot . Tradisi ini bersumber dari literatur Talmud yang menceritakan bahwa malam sebelum Torah diberikan, orang Israel berhenti bekerja agak awal untuk beristirahat dengan baik untuk hari penting berikutnya . Mereka ketiduran dan Musa harus membangunkan mereka karena Tuhan sudah menunggu di puncak gunung. Untuk memperbaiki kelemahan yang dirasakan dalam karakter nasional ini, banyak orang Yahudi yang religius terjaga sepanjang malam untuk mempelajari Torah.

Apa Relevansi Perayaan Shavuot Bagi Umat Kristiani?

Sebagaimana dikatakan dalam Kisah Rasul 2:1-4 sbb, “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul  di satu tempat.Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;  dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”

Tanpa pemahaman latar belakang sosio historis Yahudi dan Yudaisme Abad 1 Ms maka kita akan gagal memahami istilah Pentakosta yang diterjemahkan dari Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani seolah Pentakosta adalah hari raya yang berdiri sendiri sebagai hari yang diperingati sebagai Pencurahan Roh Kudus.

Apa yang dilaporkan dalam Kisah Rasul 2:1-4 sesungguhnya pada saat itu murid-murid Yesus (Yahshua/Yeshua) sedang merayakan Shavuot/Pentakosta yaitu turunnya Torah di Sinai. Namun, sebagaimana Yesus  memberikan makna baru terhadap Perayaan Pesakh dan ha Matsah (roti tidak beragi) bukan hanya perayaan pembebasan dari penderitaan Mesir melainkan merujuk pada penderitaan diri-Nya sebagai Mesias yang menggenai nubuatan para nabi untuk menebus umat Israel dari kutuk dosa yaitu maut, demikianlah di saat perayaan Torah di Sinai, Yesus menggenapi janji-Nya perihal turun-Nya Roh Kudus pada diri para murid-Nya dan menjadikan perayaan Shavuot/Pentakosta sebagai momentum untuk memberikan Roh Kudus kepada para murid-murid-Nya.

Roh Kudus inilah yang memampukan para murid melakukan tugas kesaksian dan pewartaan Injil karena Roh Kudus memberikan kepada para murid kuasa (Kis 1:8)

Kitab Kisah Rasul mencatat bagaimana murid-murid Yesus  berkembang menjadi kira-kira lima ribu (Kis 4:4) dan semakin banyak orang yang percaya dan menerima Yesus  (Kis 5:14-16). Bahkan setelah Paul mendapat tugas kerasulan melalui penampakkan Yesus  secara supranatural di Damsyik (Kis 9:1-9) maka pemberitaan Injil berhasil menjangkau wilayah Asia Kecil bahkan Romawi.

Kiranya Roh Kudus yang sama yang telah dicurahkan di Yerusalem terhadap para murid Yesus dan yang telah mengubah karakter serta memberdayakan mereka untuk menjadi pewarta Kabar Baik, turut pula memberdayakan diri kita masing-masing untuk mengalami perubahan karakter semakin menyerupai Mesias dan dipakai menjadi saksi-saksi-Nya mewartakan Kabar Baik baik secara lisan maupun perbuatan.

Di masa pandemi Covid-19 ini, bukan hanya penyebarluasan dan penularan virus bernama Covid-19 atau Corona saja yang berbahaya dan perlu diwaspadai melainkan penyebarluasan virus ideologi yang mengambil rupa dalam berbagai bentuk pemberitaan palsu (hoax) dan beredarnya teori-teori konspirasi yangmenimbulkan kebingungan dan berusaha mencari kambing hitam. Sebuah pemberitaan yang terkesan sebuah Kabar Baik namun sejatinya Kabar Buruk yang tidak memperbaiki keadaan. Sebaliknya menimbulkan ketidakpercayaan kepada pemerintah dan lembaga-lembaga kesehatan.

Di tengah suasana kewaspadaan dan kekuatiran menyebarluasnya pandemi Covid-19,marilah kita murid-murid Yesus  Sang Mesias memberi diri diberdayakan oleh Roh Kudus yang diberikan dalam diri kita untuk menjadi pewarta Kabar Baik yang menimbulkan keyakinan, harapan, kegembiraan, semangat bagi sesama manusia yang saat ini kehilangan keyakinan, berputus asa, sedih dan cemas dengan adanya pandemi Covid-19 ini.


No comments:

Post a Comment