Pernyataan
Yusuf yang berkata kepada saudara-saudaranya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Tuhan
telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang
terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah
takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga."
Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan
perkataannya” (Kej 50:20-21) menceritakan tigal hal penting pada
kita yaitu, Pertama, ringkasan
keseluruhan hidup Yusuf yang penuh dengan air mata namun berakhir bahagia.
Kedua, kearifan Yusuf dalam memahami seluruh jalan kehidupannya yang penuh dengan penderitaan akibat sebuah konspirasi (persekongkolan) saudara-saudaranya yang iri hati namun oleh karena tangan Tuhan Yahweh semua penderitaan itu diubah menjadi jalan untuk memperoleh kedudukkan dan kemuliaan.
Kedua, kearifan Yusuf dalam memahami seluruh jalan kehidupannya yang penuh dengan penderitaan akibat sebuah konspirasi (persekongkolan) saudara-saudaranya yang iri hati namun oleh karena tangan Tuhan Yahweh semua penderitaan itu diubah menjadi jalan untuk memperoleh kedudukkan dan kemuliaan.
Ketiga,
penderitaan Yusuf membentuk karakter mulia dan rendah hati sehingga Yusuf tidak
menuntut balas pada saudara-saudaranya. Penderitaan Yusuf dimulai dari upaya
untuk membunuh Yusuf dengan memasukkannya ke lubang sumur dan ditinggalkan
sendirian namun kemudian dijual pada orang Midian (Kej 37:23-26).
Saat menjadi
hamba orang Mesir bernama Potifar, Yusuf mengalami fitnah dari istri Potifar
sehingga harus di penjara (Kej 39:20). Saat di penjara Yusuf berhasil
meloloskan seseorang dari hukuman namun orang tersebut lupa akan janjinya untuk
membebaskan Yusuf sehingga Yusuf tetap terpenjara (Kej 40:23).
Titik balik
kehidupan dan masa depan Yusuf dimulai saat dirinya berhasil menafsirkan mimpi
Firaun dan meluputkan Mesir dari bencana kelaparan (Kej 41:1-36) sehingga
menghantarkannya menjadi pejabat istana di Mesir (Kej 41:37-57). Dengan semua
yang dialami itu Yusuf justru melihat rencana Tuhan dibalik penderitaan dan
menjadikan penderitaan itu sebagai tangga menuju keberhasilan.
Oleh karenanya
Yusuf tidak menaruh dendam sedikitpun pada saudaranya sehingga saat terjadi
kelaparan di Yerusalem, Yusuf tetap memelihara kehidupan saudara-saudaranya di
Mesir. Apapun yang kita alami saat ini berupa penderitaan dan kesulitan yang
diakibatkan oleh orang lain terhadap hidup kita, percayalah bahwa Tuhan sanggup
mengubah keadaan tersebut menjadi kebaikkan bagi diri kita.
Jika Tuhan YHWH sanggup melakukannya terhadap Yusuf, Dia sanggup melakukannya bagi kita pula.
Berdoalah agar Tuhan YHWH, Bapa kita surgawi di dalam Yesus Sang Mesias dan Sang Putra, mengubah rancangan untuk kejahatan (khashav lera’a) menjadi rancangan untuk
kebaikan (khashav letov)
No comments:
Post a Comment