Kemah, adalah sebuah alat yang
dipergunakan untuk menghindari panas dan hujan dengan didirikan di suatu tempat
tertentu dengan tujuan sementara. Para pendaki gunung, tentara, tim SAR sangat
familiar dengan penggunaan kemah. Demikian pula sejak zaman Israel kuno,
kemah-kemah sudah familiar dipergunakan untuk melindungi dari panas terik dan
hujan.
Rasul Paul sangat akrab dengan kata kemah karena selain beliau pernah
menjadi anggota Sanhedrin (Kis 26:10) beliau juga menekuni pekerjaan membuat
kemah (skenopoio te techne, Kis
18:3).
Karena itu sangat mungkin Rasul Paul menggunakan kemah sebagai analogi
untuk membandingkan dengan tubuh dan kehidupan manusia yang fana atau sementara
saat menuliskan, “Karena kami tahu, bahwa
jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar…, (2 Kor 5:1).
Kata
Yunani kataluthe dari kata kataluo yang artinya “dihancurkan”,
“dibongkar”, mengindikasikan sifat remanen (sementara) dari kemah. Demikian
pula kehidupan yang kita jalani di dunia tidak akan seterusnya berlangsung.
Akan ada suatu masa dimana kehidupan kita berhenti – entah karena usia tua,
sakit, bencana dll – dan kemah kehidupan kita yaitu tubuh kita akan dibongkar.
Bagi orang Kristen, kematian bukan akhir yang menakutkan melainkan pintu masuk
menuju kenyataan surgawi dimana janji Tuhan dinyatakan sebagaimana dikatakan,
“…Tuhan telah menyediakan suatu tempat
kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak
dibuat oleh tangan manusia”.
Lantas apakah yang seharusnya kita kerjakan
selama berada dalam dunia yang fana ini? Rasul Paul menuliskan agar kita
selayaknya hidup berkenan padanya (2 Kor 5:9). Jangan terlena dengan Anugrah
dan Kasih Karunia Tuhan berupa keselamatan dan kehidupan kekal yang diberikan
sehingga kita tidak menjaga kehidupan baru dalam terang anugrah Tuhan dan lupa
berbuat kebajikan.
Perbuatan baik adalah buah dan bukti kehidupan baru di dalam
Yesus Sang Mesias dan pada suatu hari kelak kita semua akan mempertanggungjawabkan
semua perbuatan yang telah kita kerjakan, baik atau buruk, di hadapan tahta
Mesias sebagaimana dikatakan, “Sebab kita
semua harus menghadap takhta pengadilan Mesias, supaya setiap orang memperoleh
apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini,
baik ataupun jahat” (2 Kor 5:10).
Ingatlah, bahwa saat kita berbaring dalam keabadian dan menantikan Hari Kebangkitan dan Hari Pengadilan, perbuatan kitalah yang menyertai kita sebagaimana dikatakan, "Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka" (Why 14:13)
Ingatlah, bahwa saat kita berbaring dalam keabadian dan menantikan Hari Kebangkitan dan Hari Pengadilan, perbuatan kitalah yang menyertai kita sebagaimana dikatakan, "Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka" (Why 14:13)
Persiapkanlah diri kita untuk
mempertanggungjawabkan kehidupan yang kita jalani di masa kini. Buah apa yang telah kita hasilkan setelah menerima karya penebusan oleh kematian Yesus Sang Mesias di kayu salib? Jejak kehidupan yang baik atau jejak kehidupan yang buruk yang telah kita tinggalkan dalam lintasan kehidupan yang dipercayakan Tuhan?
No comments:
Post a Comment