theblazingcenter.com
Apa yang kita alami dan rasakan saat kehidupan kita dihujani sejumlah persoalan yang tidak berhenti dan bertubi-tubi mendatangi silih berganti? Tentu sebuah kesedihan dan kekecewaan bukan? Sebagaimana sebuah pepatah, “sudah jatu tertimpa tangga pula” untuk menggambarkan keadaan yang menyakitkan yang melipatgandakan kesedihan dan kekecewaan.
Gambaran itupun dapat kita lihatt dalam Kitab Ratapan 3:1-20.
Membaca ayat demi ayat, kita akan merasakan sebuah perasaan dan pikiran yang dipenuhi
dengan ungkapan kekecewaan, kesedihan, rasa sakit, keluh kesah, kepedihan
sebagaimana tergambar dalam kalimat, “Ia
menyusutkan dagingku dan kulitku, tulang-tulangku dipatahkan-Nya. Ia mendirikan
tembok sekelilingku, mengelilingi aku dengan kesedihan dan kesusahan. Ia
menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati. Ia menutup
segala jalan ke luar bagiku, Ia mengikat aku dengan rantai yang berat” (Rat 3:4-7). Demikian pula
pada ayat selanjutnya kita mendapatkan gambaran keluhan yang sama, “Ia mengenyangkan aku dengan kepahitan,
memberi aku minum ipuh. Ia meremukkan gigi-gigiku dengan memberi aku makan
kerikil; Ia menekan aku ke dalam debu” (Rat 3:15-16).
Namun keluhan dan ratapan ini berhenti hanya sampai ayat 20
karena pada ayat berikutnya menjadi sebuah titik balik yang mengubah keadaan
sebagaimana dikatakan, זֹ֛את אָשִׁ֥יב אֶל־לִבִּ֖י עַל־כֵּ֥ן אוֹחִֽיל׃ (zot
ashiv el libi ‘al ken okhil) yang artinya “Tetapi
hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap”. Sementara
Young’s Literal Translation
menerjemahkan, “This I turn to my heart -- therefore
I hope” (Oleh karenanya aku
berpaling ke dalam hatiku, maka aku berharap).
Penulis Kitab Ratapan tidak terus menerus berkeluh kesah
dan membiarkan kesedihan menguasai dirinya melainkan mengambil keputusan untuk
berpaling kepada hal yang mendatangkan pengharapan. Apakah itu? Ratapan 3:22-24
berkata:
חַֽסְדֵ֤י יְהוָה֙ כִּ֣י לֹא־תָ֔מְנוּ
כִּ֥י לֹא־כָל֖וּ רַחֲמָֽיו׃
Khasdey YHWH ki lo tamnu, ki lo kalu rakhameka
(Tak berkesudahan kasih setia YHWH, tak habis-habisnya rahmat-Nya)
חֲדָשִׁים֙ לַבְּקָרִ֔ים רַבָּ֖ה אֱמוּנָתֶֽךָ׃
Khadashim labeqarim rabah emunateka
(Selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu)
חֶלְקִ֤י יְהוָה֙ אָמְרָ֣ה נַפְשִׁ֔י עַל־כֵּ֖ן אוֹחִ֥יל לֽוֹ
Khelqiy YHWH amrah nafshi al ken okhil lo
(YHWH adalah
bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu
aku berharap kepada-Nya)
Penulis
Kitab Ratapan memutuskan untuk memperhatikan hal-hal yang menimbulkan harapan
(okhil) yaitu, Kasih setia YHWH (khasdey YHWH) yang tidak berkesudahan dan
rahmat YHWH (rakhamey YHWH) yang tidak habis-habisnya. Bahkan selalu baru
setiap pagi (khadashim labeqarim).
Jika
kita hanya memfokuskan kepada persoalan yang saat ini bertubi-tubi menghabisi
keyakinan kita kepada kuasa Tuhan. Jika kita hanya berkeluh kesah dengan semua
tekanan yang saat ini bertubi-tubi melumpuhkan semangat untuk menemukan jalan
keluar. Jika kita saat ini hanya berfokus pada kesulitan ekonomi yang tiba-tiba
membuat kita pailit. Jika kita hanya meratapi rasa sakit yang kita derita
hingga menurunkan gairah hidup kita. Jika kita hanya berhenti pada keluh kesah
meratapi semua keadaan negatif tersebut maka habislah hidup kita.
Jika
kita ingin mengubah keadaan, maka dibutuhkan sebuah kekuatan ekstra. Apakah
itu? Pengharapan kepada Tuhan yang hidup dan benar! Mengapa pengharapan? Karena
saat kita masih memiliki pengharapan maka kita dapat berfikir jernih dan
menemukan jalan keluar.
Bagaimana
agar kita tetap dapat berpengharapan kepada Tuhan yang hidup dan benar? Sebagaimana
yang dilakukan penulis Kitab Ratapan yaitu memperhatikan ke dalam hatinya untuk
menemukan kebenaran bahwa kasih setia dan rahmat YHWH itu tidak berkesudahan,
tidak habis bahkan selalu baru setiap pagi. Bahkan di saat kita mengalami semua
keadaan negatif dan buruk sekalipun.
Itulah
sebabnya saat kita berpaling kepada Tuhan dan berfokus pada kasih setia-Nya,
rahmat-Nya, kebaikan-Nya, anugrah-Nya, kekuatan-Nya maka akan timbul pengharapan
dan stamina spiritual yang membuat kita tetap tegar berdiri di saat badai
mengantam.
Dengan
perspektif Ilahi tersebut, di mana kita menaruh pengharapan pada Tuhan maka
kita akan dapat melihat bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan kita bukan
tanpa sebuah tujuan.
Dengan
perspektif Ilahi tersebut kita dapat mengerti bahwa, “YHWH adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari
Dia. Adalah baik menanti dengan diam
pertolongan YHWH” (Rat 3:25-26).
Dengan
perspektif Ilahi tersebut kita dapat mengerti bahwa, “Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya. Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam
diri kalau YHWH membebankannya. Biarlah
ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu,
mungkin ada harapan. Biarlah ia memberikan pipi kepada yang
menamparnya, biarlah ia kenyang dengan
cercaan” (Rat 3:27-30)
Dengan
perspektif Ilahi tersebut kita dapat mengerti bahwa, “Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan. Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga
menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya” (Rat 3:31-32)
Jika
saat ini Anda dikelilingi oleh berbagai persoalan yang menekan dan menghimpit
keyakinan kita pada Tuhan, maka jangan hanya berfokus pada persoalan dan
mengulang-ulang berkeluh kesah. Sebaliknya, kita berpaling pada sumber kekuatan
abadi yang tidak pernah habis yaitu kasih setia dan rahmat Tuhan YHWH Sang Bapa
Surgawi di dalam Yesus Sang Putra.
Saat
kita berpaling pada-Nya maka kita akan mendapatkan sebuah pengharapan dan
pengharapan itu akan menjadi sebuah stamina spiritual yang memampukan kita
melewati setiap persoalan yang kita hadapi.
Kemampuan
kita menyelesaikan setiap persoalan semakin menyempurnakan kedewasaan dan
keutuhan diri kita sebagai manusia ciptaan Tuhan. Kita masih harus
menyelesaikan eksistensi diri kita dengan mengambil pilihan dan melakukan apa
yang benar dalam situasi kehidupan yang diperhadapkan pada diri kita
No comments:
Post a Comment