Thursday, July 2, 2020

SIKAP YANG BERKENAN DI HADAPAN TUHAN SAAT BERIBADAH

Kristen Orthodox Lalibela, Etiophia-wondermagazine.blueflower.la

Setiap agama memiliki aturan atau dalam bahasa Arab disebut “syariat”, baik yang berkaitan dengan peribadatan (interaksi dengan Tuhan) maupun yang berkaitan dengan kehidupan sosial keseharian (interaksi dengan sesama). Berbicara mengenai interaksi manusia dengan Tuhan dan interaksi manusia dengan manusia, Torah mengajarkan, "kasihilah YHWH Tuhanmu" dan "kasihilah sesamamu manusia" (Ul 6:5)

Istilah "syariat" artinya "aturan". Karena istilah ini lebih sering muncul dalam kosa kata keagamaan Islam, maka kita kutipkan bagaimana istilah ini ditempatkan dalam sebuah ayat. Sebagai contoh dikatakan dalam Qs 5 (Al Maidah):48 sbb, "Untuk setiap umat di antara kamu  Kami jadikan peraturan dan jalan yang terang" (likulin ja'alna minkum syir'ataw wa minhaja).

Lantas, bagaimana dengan Kekristenan? Apakah Kekristenan tidak memiliki syariat agama dikarenakan kita kerap mendengar pernyataan, “Kekristenan bukan agama melainkan hubungan pribadi dengan Tuhan” atau “Kekristenan bukan agama syariat melainkan agama hakikat” dll?

Ujung dari semua pernyataan tersebut terkadang menghasilkan sikap hidup “Antinomistik” atau bersikap antipati terhadap berbagai aturan lahiriah yang sejatinya tertulis dalam Kitab Perjanjian Lama (TaNaKh: Torah, Neviim, Ketuvim) maupun Kitab Perjanjian Baru.

Kekristenan, sebagai kelanjutan Yudaisme tentu saja memiliki “syariat” atau “aturan”. Dalam bahasa Ibrani diistilahkan “halakah” dari kata “halak” atau “yalak” yang artinya “berjalan”. 

Ulangan 10:12 menuliskan, “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh YHWH Tuhanmu selain dari takut akan YHWH Tuhanmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada YHWH Tuhanmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu".

Yudaisme Karaite - meqorhayim.blogspot.com

Frasa, “hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya” dalam bahasa Ibrani, ללכת בכל־דרכיו (laleket bekol derakaiw) . Kata “laleket” dari kata “yalak” (berjalan) dan kata “derakaiw” dari kata “derek” (jalan yang dilalui). Makna kalimat “hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya” bahwa sebagai orang beriman kita memiliki sejumlah aturan atau tata cara yang harus dipatuhi baik berkaitan dengan peribadatan maupun perilaku kehidupan keseharian.

Demikian pula Yesus tidak datang untuk menentang sistem agama agama sebagaimana beliau bersabda, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar  dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5:20). Arti sabda Yesus sudah jelas bahwa setiap murid-murid Yesus harus memiliki hidup keagamaan yang melampaui praktik hidup ahli-ahli Torah (soferim) dan orang-orang Farisi (prushim).

Mengenai adab dan syariat berdoa, Yesus bersabda, "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik..." (Mat 6:5). Mengenai adab dan syariat berpuasa, Yesus bersabda, "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik" (Mat 6:16). 

Kristen Orthodox Lalibela, Etiophia-wondermagazine.blueflower.la

Mengenai adab dan syariat bersedekah, Yesus bersabda, “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu” (Mat 6:3). Mengenai adab dan syariat memutus rantai dendam, Yesus bersabda, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat  kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Mat 5:39).

Kitab Ibrani 12:28 menuliskan perihal adab dan syariat saat beribadah sbb: "...marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Tuhan menurut cara yang berkenan kepada-Nya dengan hormat dan takut". Beribadah yang diperkanan kepada Tuhan (λατρευωμεν ευαρεστως τω θεω - latreuoomen euarestos too Theoo) adalah “sikap hormat dan takut” (μετα ευλαβειας και δεους  - meta eulabeias kai deous). 

Berdasarkan kajian teks Ibrani 12:28  di atas maka saat beribadah individual/komunal bersikaplah yang sopan baik dalam pakaian dan sikap tubuh.

Yang dimaksudkan berpakaian sopan adalah jangan menggunakan pakaian yang bisa menimbulkan prasangka negatif pada orang lain atau dikarenakan kita tidak tepat menggunakan pakaian yang seharusnya dipakai saat bersantai di rumah namun dipergunakan dalam ibadah komunal.

Yang dimaksudkan dengan sikap tubuh adalah jangan memperlihatkan sikap kaki atau tangan tertentu yang tidak tepat dipergunakan (memasukkan tangan dalam kantong atau menyilangkan kaki) saat menaikan doa atau membaca bagian-bagian teks Kitab Suci dalam sebuah liturgi.

Marilah kita memperbaiki sikap-sikap yang selama ini masih keliru dalam memahami dan menghayati tindakan berbadah baik ibadah individual maupun ibadah komunal. 

Kita tidak bisa berdalih dengan sekedar berkata, “yang penting sikap hati tinimbang apa yang diperlihatkan oleh tindakan kita”. Bukankah apa yang terlihat secara lahiriah merupakan cerminan apa yang terjadi secara batiniah? Jika kita menghormati Tuhan, bagaimana mungkin kita mengambil sikap tubuh yang tidak menghormati kekudusan-Nya? Tuhan menolong kita.


No comments:

Post a Comment