Yom
Kippur Dalam Perspektif Yudaisme
Menurut
tradisi Yahudi, Yom Kippur pertama terjadi setelah keluarnya bangsa Israel dari
Mesir dan tiba di Gunung Sinai, di mana Tuhan YHWH memberi Musa Sepuluh Perintah.
Saat turun dari gunung, Musa melihat orang-orangnya menyembah anak lembu emas
dan menghancurkan loh batu dengan marah. Karena orang Israel menebus
penyembahan berhala mereka, maka Tuhan mengampuni dosa mereka dan memberikan
kepada Musa kedua loh batu yang baru.
Teks-teks
Yahudi menceritakan bahwa selama periode penulisan Kitab Suci, Yom Kippur adalah
satu-satunya hari di mana Imam Besar (kohen
ha gadol) dapat memasuki tempat suci bagian dalam Bait Suci di Yerusalem.
Di sana, dia akan melakukan serangkaian ritual dan memercikkan darah dari hewan
kurban di Tabut Perjanjian, yang berisi Sepuluh Perintah Tuhan.
Istilah
Yom Kippur berasal dari akar kata Kafar
(menutupi) yang berasal dari kata kofer
(menebus) sebagaimana tertulis, “Tidak
seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Tuhan
ganti nyawanya” (Mzm 49:7).
Melalui
upacara yang rumit ini imam melakukan penebusan dan meminta pengampunan Tuhan YHWH
atas nama semua orang Israel. Tradisi tersebut dikatakan berlanjut sampai
penghancuran Bait Suci Kedua oleh orang Romawi pada tahun 70 Ms. Upacara ini
kemudian diadaptasi menjadi ibadah untuk para rabi dan jemaat mereka di
masing-masing sinagoga.
www.hebrew4christians.com
Menurut
tradisi, Tuhan YHWH menilai semua makhluk selama 10 Hari Yang Menakjubkan (yomim noraim) antara Rosh Hashanah dan
Yom Kippur, memutuskan apakah mereka akan hidup atau mati di tahun
mendatang. Hukum Yahudi mengajarkan bahwa Tuhan menuliskan nama-nama orang
benar (tsadikim) dalam Kitab
Kehidupan (sefer ha khayim) dan orang
fasik (reshaim) dalam Kitab Kematian
(sefer ha mawet) hingga Rosh Hashanah; orang yang termasuk dalam
dua kategori memiliki waktu sampai Yom Kippur untuk melakukan teshuvah (pertobatan).
Yom Kippur
adalah hari paling suci bagi penganut Yudaisme dalam setahun; kadang-kadang
disebut sebagai "Sabat dari Sabat" (sabat sabbaton). Untuk alasan
ini, bahkan orang Yahudi yang tidak saleh sekalipun menahan diri dari
pekerjaan, yang dilarang selama hari raya, dan berpartisipasi dalam layanan
keagamaan di Yom Kippur, menyebabkan lonjakan
jumlah pengunjung sinagoga. Beberapa sidang jemaat menyewakan ruang tambahan
untuk menampung banyak jamaah.
Kitab
TaNaKh memerintahkan semua orang dewasa Yahudi (selain orang sakit, orang tua
dan wanita yang baru saja melahirkan) untuk tidak makan dan minum antara
matahari terbenam pada malam sebelum Yom Kippur hingga malam hari keesokan
harinya sebagaimana dikatakan: “Akan
tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian kamu
harus mengadakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan
mempersembahkan korban api-apian kepada YHWH” (Im 23:27)
Puasa
diyakini bisa membersihkan tubuh dan jiwa, bukan sebagai hukuman. Orang-orang
Yahudi yang religius mengindahkan larangan tambahan tentang mandi, mencuci,
menggunakan kosmetik, memakai sepatu kulit dan hubungan seksual. Larangan ini
dimaksudkan untuk mencegah umat memusatkan perhatian pada harta materi dan
kenyamanan yang dangkal.
Karena
pelayanan doa Hari Raya Kudus mencakup teks liturgi khusus, lagu dan adat
istiadat, para rabi dan jemaah membaca dari Siddur (buku doa) yang dikenal dengan sebutan Makhzor selama Yom Kippur dan Rosh Hashanah.
Lima
pelayanan ibadah khusus berlangsung selama Yom Kippur, yang pertama pada malam
hari raya dan yang terakhir sebelum matahari terbenam pada hari berikutnya.
Salah satu doa terpenting khusus untuk Yom Kippur menggambarkan ritual
penebusan yang dilakukan oleh para Imam Besar pada zaman kuno. Tiupan shofar —
terompet yang terbuat dari tanduk domba jantan — adalah bagian penting dan
simbolik dari kedua Hari Raya Suci. Saat Yom Kippur, satu tiupan panjang
dibunyikan di akhir kebaktian terakhir untuk menandai berakhirnya puasa.
Karakter
Simbolik Perayaan Yom Kippur
Beberapa
kegiatan di keluarga Yahudi modern saat merayakan Yom Kippur al, Pertama,
perayaan menjelang Yom Kippur: Pada malam Yom
Kippur, keluarga Yahudi dan teman berkumpul untuk perayaan melimpah yang
harus diselesaikan sebelum matahari terbenam. Idenya adalah mengumpulkan tenaga
selama 25 jam puasa.
Kedua,
berbuka puasa: Setelah kebaktian Yom Kippur terakhir, banyak orang pulang ke
rumah untuk makan meriah. Ini secara tradisional terdiri dari makanan penghibur
seperti sarapan seperti puding mie dan makanan yang dipanggang.
Ketiga,
mengenakan pakaian putih: Merupakan kebiasaan bagi orang-orang Yahudi yang
religius untuk berpakaian putih — simbol kemurnian — saat Yom Kippur. Beberapa pria yang sudah menikah mengenakan kittel
yaitu kain kerudung putih putih, untuk
menandakan pertobatan.
Keempat,
memberikan derma: Beberapa orang Yahudi memberikan sumbangan atau menyumbangkan
waktu mereka pada hari-hari menjelang Yom Kippur. Ini dilihat sebagai cara untuk
menebus dan mencari pengampunan Tuhan YHWH. Salah satu kebiasaan kuno yang
dikenal sebagai kapparot melibatkan
mengayunkan ayam hidup atau seikat koin di atas kepala seseorang sambil
membacakan doa. Ayam atau uang itu kemudian diberikan kepada orang miskin. Ini
biasanya dilakukan oleh orang Yahudi Ultra Orthodox.
Relevansi
Yom Kippur Terhadap Kekristenan
Jika Yesus merayakan hari-hari raya YHWH (Ul 23:1-44)
dan memberi makna ulang yang merujuk kepada pemenungan nubuat terhadap diri-Nya
sebagaimana beliau lakukan saat melaksanakan jamuan Seder Pesakh menjelang
sengsara salib (Mat 27:26-29, Mrk 14:22-25, Luk 22:15-20). Jika Rasul Paul
memberikan makna-makna kristologis dan mesianis terhadap hari-hari raya yang
ditetapkan YHWH sebagaimana tersurat dalam istilah “Anak Domba Paskah kita” (1
Kor 5:7). Demikian pula jika Rasul Yohanes menyebut Yesus sebagai
“pendamaian untuk segala dosa kita” (1 Yoh 2:2).
Tujuh
hari raya YHWH yang ditetapkan di Sinai bukan hanya sebuah peristiwa historis antara
Tuhan YHWH dan umat-Nya, Israel melainkan memiliki maksud eskatologis
(peristiwa yang akan terjadi) dan profetis (nubuatan) yang merujuk pada
tindakan yang akan dilakukan oleh Mesias, Putra-Nya Yang Tunggal itu yang
bernama Yesus (Yahshua atau Yeshua).
Maka
di saat kita umat Kristiani (khususnya mazhab Yudeo Kristen) merayakan tujuh
hari raya mulai dari Pesakh hingga Sukkot, kita merayakan baik peristiwa
historis (tindakan Tuhan YHWH terhadap Israel) maupun peristiwa eskatologis dan
profetis yang menubuh di dalam diri Yesus Sang Mesias, Juruslamat
dan Junjungan Agung kita Yang Ilahi.
Selain
beribadah, kita bisa mengisi hari raya Rosh ha Shanah dengan mengunjungi makam
keluarga dan membesihkan serta menaikkan bacaan mazmur sebagai doa pengagungan
akan kebesaran Tuhan dan cara untuk menyapa mereka yang telah wafat mendahului
kita.
Dalam
upacara Yom Kippur dan pengorbanan hewan kita melihat bayangan Mesias yang
menderita dan mati sebagai korban Pendamaian. Oleh karenanya saat Perayaan Yom
Kipur kita, merayakan karya penebusan dan pendamaian yang dilakukan oleh Yesus
Sang Mesias melalui kematian dan pengorbanan-Nya sekaligus menjadi hari dimana
kita mengakui segala dosa-dosa kita selama satu tahun dihapuskan di hari yang
mulia tersebut.
Sebagai
penganut Kristiani (khususnya Mazhab Yudeo Kristen) kita telah mendapatkan
pengetahuan bahwa kematian Yesus merupakan Pendamaian sejati antara manusia dan
Tuhan sebagaimana dikatakan:
“Dan Ia adalah pendamaian
untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa
seluruh dunia” (1 Yoh 2:2)
“Karena Tuhan itu esa dan esa
pula Dia yang menjadi pengantara antara Tuhan dan manusia, yaitu manusia Mesias
Yesus” (1 Tim 2:5)
Kita
tidak memerlukan darah korban binatang ataupun korban bagi Azazel karena Mesias adalah korban sejati kita sehingga kita telah
dihapus dari kutuk dosa yaitu maut kekal. Namun demikian, Kekristenan tetap
melestarikan ibadah Yom Kippur (Pendamaian) sebagai warisan dan tradisi iman
dalam sudut pandang Kristologis dengan perayaan yang berfokus pada karya Yesus
Sang Mesias yang telah menjadi korban pendamaian bagi kita.
Saat
merayakan Hari Pendamaian (Yom Kippur) kita menjadikan hari tersebut sebagai
momentum untuk melakukan hal-hal terpuji sbb: Pertama, mengakui dosa dan kesalahan kita di hadapan YHWH akibat
berbagai pelanggaran kita dalam satu tahun. Kedua,
bukan hanya mengakui dosa melainkan mengampuni mereka yang berbuat salah dan
kejahatan terhadap kita. Ketiga,
saling bermaafan satu sama lain. Keempat,
merayakan dengan rasa syukur bahwa kita telah memiliki Pendamai yang sejati
yaitu Mesias yang mengantarai kita kepada Bapa melalui pengorbanan dirinya di
kayu salib.
No comments:
Post a Comment