Sukot (Pondok Daun) adalah perayaan puncak dari Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim) yang ditetapkan YHWH di Sinai (Im 23: 39-43) untuk memperingati penyertaan Tuhan YHWH terhadap leluhur Israel selama berada di padang gurun sebagaimana diamarkan:
Akan tetapi pada hari yang kelima belas bulan yang ketujuh itu pada waktu mengumpulkan hasil tanahmu, kamu harus mengadakan perayaan bagi YHWH tujuh hari lamanya; pada hari yang pertama haruslah ada perhentian penuh dan juga pada hari yang kedelapan harus ada perhentian penuh. Pada hari yang pertama kamu harus mengambil buah-buah dari pohon-pohon yang elok, pelepah-pelepah pohon-pohon korma, ranting-ranting dari pohon-pohon yang rimbun dan dari pohon-pohon gandarusa dan kamu harus bersukaria di hadapan YHWH Tuhanmu, tujuh hari lamanya. Kamu harus merayakannya sebagai perayaan bagi YHWH tujuh hari lamanya dalam setahun; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun. Dalam bulan yang ketujuh kamu harus merayakannya. Di dalam pondok-pondok daun (be sukkot - בסכת) kamu harus tinggal tujuh hari lamanya, setiap orang asli di Israel haruslah tinggal di dalam pondok-pondok daun (be sukkot - בסכת), supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menuntun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah YHWH Tuhanmu.
Sukot memiliki dimensi perayaan yang bersifat profetik karena dihubungkan dengan pemerintahan YHWH di akhir zaman sebagaimana dinubuatkan dalam Zakaria 14:16 sbb:
Maka semua orang yang tinggal dari segala bangsa yang telah menyerang Yerusalem, akan datang tahun demi tahun untuk sujud menyembah kepada Raja, YHWH semesta alam, dan untuk merayakan hari raya Pondok Daun.
Mengapa kita merayakan Sukkot? Pertama, karena Yesus Sang Mesias pun merayakan Tujuh Hari Raya demikian pula dengan Sukkot (Yoh 7:1-2, 37-38). Kedua, karena Tujuh Hari adalah bayangan yang menunjuk pada karya Mesianis Yesus (Kol 2:16).
Merayakan Tujuh Hari YHWH bukan hanya merayakan peristiwa historis untuk memperingati tindakan YHWH terhadap umat Israel kuno yang tergambar dalam perayaan-perayaan tersebut (Im 23:1-44) namun sekaligus merayakan peristiwa Kristologis dan Soteriologis yang dikerjakan oleh Yesus Sang Mesias yang terdesain/terpola dalam perayaan-perayaan tersebut. Tidak mengherankan apabila rasul-rasul Yesus menghubungkan seluruh peristiwa Kristologis dan Soteriologis tersebut dengan tipologis dalam Tujuh Hari Raya sehingga muncul ayat-ayat sbb:
Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu (Luk 22:19-20)
Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias (2 Kor 5:17)
Tetapi yang benar ialah, bahwa Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1 Kor 15:20)
Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuhan berbunyi, maka Junjungan Agung sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Junjungan Agung di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Junjungan Agung. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini (1 Tes 4:16-18)\
Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia (1 Yoh 2:2)
Kembali kepada Perayaan Sukkot. Essensi perayaan ini berkisar pada peringatan penyertaan YHWH terhadap leluhur Israel selama mereka berada di padang gurun. Leluhur Israel membuat kemah-kemah (sukkot, jamak - sukkah, tunggal) dan kemuliaan YHWH yaitu shekinah tinggal dalam Kemah Suci alias miskhan. Kata "kemah" atau "pondok" dalam teks Septuaginta diterjemahkan skenais (jamak) atau skenoo (tunggal).
Menariknya, dalam Yohanes 1 ayat 14 dikatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Perhatikan satu kata dalam ayat 14 yaitu kata yang diterjemahkan dengan “diam”.
Kata Yunani eskenosen (εσκηνωσεν) dari kata kerja skenoo (σκηνω) yang artinya “membentangkan kemah”. Kata ini diterjemahkan dalam Hebrew New Testament, yaitu terjemahan dalam bahasa Ibrani modern untuk komunitas Yahudi, dengan kata yishkon (וישכן) dari kata shakan (שכן) yang artinya “kemah”.
Berdasarkan kajian kata dan bahasa di atas, maka Yohanes 1:14 dapat dibaca, “Firman itu telah menjadi manusia, dan berkemah (Yishkon) di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Apa arti penting kata “berkemah” pada ayat 14? Pertama, Yohanes hendak memberikan pesan tersembunyi bahwa Yesus Sang Mesias lahir pada saat orang Yahudi merayakan Sukkot atau eorte skenon. Kata Yunani skenoo yang dipakai disini menurut Strong's Concordance mempunyai arti: "1) untuk memperbaiki kemah seseorang, memiliki tabernakel, tinggal (atau berdiam) di dalam tabernakel (atau kemah), tabernakel 2) untuk tinggal ".
Kedua, implikasi teologis frasa “Firman itu telah menjadi manusia” bahwasanya Yesus memiliki aspek keilahian dan sekaligus aspek kemanusiaan. Aspek keilahian tersebut dinampakkan bahwa hakikat Yesus adalah Sang Firman yang setara, sehakikat, melekat dengan Tuhan (Yoh 1:1). Firman tidak diciptakan melainkan daya cipta Tuhan yang menjadikan segala sesuatu ada (Kej 1:3, Mzm 33:6, Yoh 1:3). Karena Firman tidak diciptakan maka Firman itu kekal adanya. Firman bukan yang begitu saja serupa dengan Tuhan sebagaimana terungkap dalam frasa, “Firman itu bersama dengan Tuhan” (Yoh 1:1) namun serentak bahwa Firman bukan yang berbeda dengan Tuhan hal itu terungkap dalam frasa “Firman itu adalah Tuhan” (Yoh 1:1). Frasa “bersama Tuhan” menunjukkan perbedaan fungsional dan frasa “adalah Tuhan” menunjukkan kesatuan dan kesehakikatan dalam Ketuhanan.
Yesus bukan Tuhan (Elohim/Theos/God) yang menjadi manusia. Yesus bukan YHWH yang menjadi manusia. Yesus bukan Bapa Surgawi yang menjadi manusia. Yesus adalah Firman Tuhan yang menjadi manusia. Yesus adalah Firman YHWH yang menjadi manusia. Yesus adalah Firman Sang Bapa yang menjadi manusia sesuai kesaksian Yohanes 1:14. Oleh karenanya Yesus disebut Anak Tuhan (Yoh 1:18).
Marilah kita kembali kepada dasar pengakuan Gereja Perjanjian Baru yang adalah Gereja Perdana yang berpusat pada komunitas Yahudi dan Yudaisme yang telah menerima Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan yang bersaksi:
Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorang pun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: ‘Firman Tuhan’ (ho logos tou Theou). Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Tuhan, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan (kurios kurioon) (Why 19:11-16).
Menurut Wahyu 19:11-16 (sebagaimana kesaksian Yohanes 1:14), Yesus adalah Firman Tuhan (Yunani: ho Logos tou Theou/Aram: Milta d’Alaha/Ibrani: Devar Elohim).
Keyakinan iman bahwa Yesus adalah Sang Firman yang menjadi manusia dan beliau disebut Anak Tuhan, tetap dipelihara oleh murid-murid para rasul baik Polikarpus, Ignatius, Ireneus. Ignatius (murid Polikarpus, murid Yohanes dan Bishop Antiokia ketiga, 35 atau 50 – sampai 98 atau 117 Ms) menuliskan:
Hal-hal yang lama telah berlalu: lihatlah, segala sesuatu telah menjadi baru." Sebab jika kita masih hidup menurut hukum Yahudi, dan menyunatkan secara daging, kita menyangkal bahwa kita telah menerima kasih karunia. Karena para nabi pelihat Tuhan hidup menurut Yesus Sang Mesias. Dengan jalan ini juga mereka dianiaya, yang terdorong oleh kasih karunia diyakinkan untuk sepenuhnya percaya bahwa hanya ada satu Tuhan, Yang Mahakuasa, yang telah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Sang Mesias Putra-Nya, yang adalah Firman-Nya, bukan ucapan belaka namun esensial. Karena Dia bukan suara ucapan belaka melainkan diperanakkan melalui kekuatan ilahi, yang dalam segala hal menyukakan Dia yang mengutus-Nya (The Epistle of Ignatius to the Magnesians, Chapter VIII.-Caution Against False Doctrines - http://www.earlychristianwritings.com/text/ignatius-magnesians-longer.html)
Ketiga, Yohanes hendak mengatakan bahwa kehadiran Yesus adalah pertanda kemuliaan Tuhan YHWH berkemah dalam wujud kemanusiaan Yesus Anak-Nya Yang Tunggal sebagaimana dikatakan:
Dengan melihat Yahshua, seseorang telah melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan di tengah-tengah umat manusia. Tidak ada seorangpun yang telah melihat Tuhan YHWH Sang Bapa dan Yesus Sang Putra sebagai perwujudan Firman-Nya telah menyatakan Sang Bapa itu pada umat manusia. Itulah sebabnya Yesus berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9). Itulah sebabnya Rasul Paul berkata: “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan Ke-Tuhanan” (Kol 2:9).
Perayaan Sukot, bukan sekedar perayaan penyertaan Tuhan YHWH terhadap leluhur Israel selama di padang gurun paska menyebrangi laut Teberau dengan mendirikan pondok-pondok atau kemah-kemah kayu dan ranting serta buah-buahan.
Perayaan Sukot adalah perayaan kemuliaan Tuhan yang telah berkemah dalam wujud kemanusiaan Yesus Sang Mesias dan yang telah menyentuh dunia serta kemanusiaan. Sang Firman yang telah menjadi manusia itu masuk dalam kehidupan manusia dan membagikan kehidupan bagi barangsiapa yang percaya dan menerima diri-Nya sebagai Mesias dan Anak Tuhan sebagaimana dikatakan:
Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Sang Mesias (1 Yoh 1:1-3).
Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang memakan korban di seluruh belahan benua termasuk Indonesia, marilah kita merayakan Sukot 5781 (2020) dengan sebuah doa dan pengharapan agar kita sebagai umat-Nya terluput dari malapetaka dan wabah penyakit dan berlindung aman dalam kemah-Nya. Jika diijinkan terpapar dan mengalami sakit penyakit Covid-19 kiranya kita diberikankan kekuatan, ketabahan, kesetiaan bahkan kesembuhan. Bukankah Yesus Mesias, Anak Tuhan, Sang Firman yang menjadi manusia dan berkemah di antara manusia berkuasa atas segala sakit penyakit?
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Tuhan, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Tuhan ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Tuhan mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu (Why 21:1-4)
No comments:
Post a Comment