Thursday, May 13, 2021

DIA YANG NAIK KE SORGA, DIA YANG AKAN DATANG KEMBALI DARI SORGA

https://www.vectorstock.com

Dalam Pengakuan Iman Rasuli – sahadat Kristiani – kita mendasarkan sebuah keyakinan kepada Sang Bapa dan Sang Putra serta Sang Roh Kudus yang berkarya untuk dunia dan manusia.

Sang Bapa yaitu YHWH menjadikan dunia dan isinya. Sang Putra yaitu Yesus Sang Mesias, Firman Tuhan yang menjadi manusia menebus kutuk dosa dan menyelamatkan dunia. Sang Roh Kudus, yang keluar dari Sang Bapa berdiam dalam diri orang beriman dan mengingatkan sabda-sabda Tuhan.

Ketika kita mendaraskan pengakuan terhadap Sang Putra yaitu Yesus Sang Mesias, kita mengakui dengan iman fase-fase penting dalam kehidupan Yesus saat menjalankan karya Mesianisnya yang dimulai dari kelahiran, sengsara dan kewafatan, kebangkitan, kenaikan ke sorga serta kedatangan yang kedua kali sebagaimana dikatakan:

Aku percaya kepada Yesus Sang Mesias, Junjungan Agung kita Yang Ilahi, yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan. Turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan YHWH Bapa Yang Maha Kuasa dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati

Penyangkalan terhadap fase-fase penting dalam kehidupan Yesus berarti mendistorsi kesaksian Kitab Perjanjian Baru dan Kitab Perjanjian Lama atau TaNaKh yang menubuatkan karya Mesianis yang dilakukan Yesus. Kekristenan melandaskan pengakuan pada sosok Yesus historis yang lahir dari anak dara Maria, sengsara dan wafat di kayu salib, bangkit pada hari ketiga, naik ke sorga serta akan datang untuk yang kedua kalinya sebagai Raja dan Hakim Yang Adil. Di sinilah kategori bidat dapat dinisbatkan pada seseorang yang menyangkali fase-fase historis dalam kehidupan Yesus tersebut.

Umat Kristiani dengan beragam denominasi dan mazhab merayakan semua peristiwa-peristiwa penting tersebut sepanjang tahun. Ada yang merayakan dalam bingkai Gereja Katolik dan Gereja Ortodox dan ada yang merayakan dalam bingkai Gereja Protestan dan variannya sebagaimana tertulis dalam kalender gerejawi umum yang meliputi Natal, Paskah, Kenaikan Yesus ke sorga, Pentakosta.

Demikian pula dengan lahirnya Messianic Movement dan Hebraic Root Movement di Abad 20 yang memperkenalkan latar belakang Yudaisme dari iman Kristiani, sejumlah gereja Kristen baik di luar negeri dan di Indonesia mulai merayakan fase-fase historis kehidupan Yesus, dimulai dari kelahiran hingga kedatangan-Nya kembali dalam Tujuh Hari Raya (sheva moedim) yaitu Pesakh, ha Matsah (roti tidak beragi), Bikurim (buah sulung), Shavuot (pentaksta), Rosh ha Shanah/Yom Truah (tahun baru Ibrani/peniupan sangkakala), Yom Kippur (hari pendamaian), Sukkot (pondok daun).

Terkhusus bagi umat Kristen yang menisbatkan pengajarannya pada Messianic Movement dan Hebraic Root Movement yang merayakan peristiwa Mesianis Yesus dalam bingkai Tujuh Hari Raya, apakah salah jika merayakan hari-hari raya Kristen pada umumnya sebagaimana tertulis dalam kalender gerejawi umum yang meliputi Natal, Paskah, Kenaikan Yesus ke sorga, Pentakosta?

Sebenarnya tidak ada yang salah jika kita tetap melaksanakan sejumlah perayaan sebagaimana tertulis dalam kalender gerejawi tersebut. Dengan melaksanakan perayaan sesuai kalender gerejawi kita tetap menisbatkan diri kita sebagai umat Kristiani pada umumnya. Namun dengan merayakan Tujuh Hari Raya kita memiliki kekhasan dibandingkan denominasi dan mazhab kekristenan lainnya. Kita menghayati peristiwa mesianis Yesus dalam bingkai keagamaan dan kebudayaan aslinya yang berawal dari Yudaisme.

Hanya yang penting pengaturan pelaksanaanya saja yang perlu dipikirkan dengan baik. Jika waktu pelaksanaan Pesakh dan Paskah umum bersamaan maka kita memilih merayakan Pesakh dalam Tujuh Hari Raya. Namun ada jeda waktu yang berbeda, kita bisa melaksanakan keduanya namun dikerjakan dengan tata ibadah yang lebih singkat untuk Paskah kalender gerejawi umum.

Kita tinggalkan sejenak persoalan teknis berkaitan dengan perayaan-perayaan historis dan karya mesianis Yesus yang dihayati secara berbeda oleh berbagai denominasi dan mazhab di dalam Kekristenan. Kita fokuskan pada peristiwa kenaikan Yesus setelah bangkit dari kewafatan dan menampakkan diri selama 40 hari kepada para murid-murid-Nya.

Setelah genap waktunya Yesus menampakkan diri-Nya kepada para murid-murid-Nya maka Yesus meninggalkan para murid-Nya dengan sebuah pesan, Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria  dan sampai ke ujung bumi (Kis 1:7-8). Sabda Yesus ini digenapi pada saat perayaan Shavuot (turunnya Torah di Sinai) dengan turunnya Roh Kudus kepada murid-murid untuk kemudian menjadi saksi-saksi ajaran Yesus sampai keluar Yerusalem dengan disertai kuasa Roh Kudus berupa hikmat  dan mukjizat (Kis 2:1-13).

Setelah sabda suci disampaikan, kemudian dilaporkan oleh penulis Lukas, penulis Kitab Para Rasul, Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka (Kis 1:9). Kita, umat Kristiani di Abad 21 memang tidak melihat peristiwa ajaib kenaikan Yesus ke sorga namun kita melihat dengan iman apa yang telah disampaikan oleh para saksi iman yaitu rasul-rasul Yesus bahwa beliau yang wafat dan bangkit dari kematian telah naik ke sorga.

Pertanyaannya, mengapa dan apa yang dilakukan oleh Yesus saat naik ke sorga? Kita menemukan jawabannya dalam Yohanes 14:1-3 sbb: Janganlah gelisah  hatimu; percayalah kepada Tuhan,  percayalah juga kepada-Ku.  Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.  Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali  dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Luar biasa bukan? Yesus naik ke sorga untuk menyediakan tempat bagi kita, umat tebusan-Nya. Bukankah ini berita pengharapan yang baik yang seharusnya dirayakan dan diingat oleh semua umat dan pengikut Yesus Sang Juruslamat dunia?

Sabda Yesus ini memberikan pengharapan bahwa selama kita hidup di dunia, kita telah dijanjikan keselamatan sorgawi. Yang harus kita lakukan saat ini adalah melakukan kehendak Bapa dan menerjemahkan sabda-sabda Yesus dalam kehidupan keseharian.

Ingatlah, bahwa Yesus yang naik ke sorga suatu saat akan kembali ke dunia. Untuk apa? Kisah Rasul 1:11 mengatakan, Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali  dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga. Ya, Yesus yang naik ke sorga akan kembali sebagai Raja dan Hakim Yang Adil.

Jika dalam kedatangannya yang pertama Dia datang dalam kesederhanaan manusia namun saat kedatangan-Nya yang kedua kali Dia akan datang dalam kemuliaan sorgawi dan menjalankan penghakiman serta penghukuman. Di dalam bingkai perayaan Rosh ha Shanah/Yom Truah (tahun baru Ibrani dan peniupan sangkakala) dan Sukkot (pondok daun) kita merayakan kedatangan Yesus yang kedua kali sebagai Raja dan Hakim serta datangnya Kerajaan 1000 tahun damai di bumi.

Melihat pentingnya peristiwa kenaikan Yesus ke sorga, marilah kita umat Kristiani Mazhab Yudeo Kristen atau Kekristenan Akar Ibrani yang dipengaruhi oleh pengajaran Messianic Movement, selayaknya merayakan fase-fase historis kehidupan Yesus termasuk kenaikan ke sorga untuk mengingatkan kita bahwa Dia yang naik ke sorga sedang mempersiapkan tempat abadi bagi kita yang percaya. Dia yang naik ke sorga akan kembali dan mengadili dunia.

 

No comments:

Post a Comment