Dalam Pengakuan Iman Rasuli – sahadat Kristiani – kita mendasarkan sebuah keyakinan kepada Sang Bapa dan Sang Putra serta Sang Roh Kudus yang berkarya untuk dunia dan manusia.
Sang Bapa yaitu YHWH menjadikan
dunia dan isinya. Sang Putra yaitu Yesus Sang Mesias, Firman Tuhan yang menjadi
manusia menebus kutuk dosa dan menyelamatkan dunia. Sang Roh Kudus, yang keluar
dari Sang Bapa berdiam dalam diri orang beriman dan mengingatkan sabda-sabda
Tuhan.
Ketika kita mendaraskan
pengakuan terhadap Sang Putra yaitu Yesus Sang Mesias, kita mengakui dengan
iman fase-fase penting dalam kehidupan Yesus saat menjalankan karya Mesianisnya
yang dimulai dari kelahiran, sengsara dan kewafatan, kebangkitan, kenaikan ke
sorga serta kedatangan yang kedua kali sebagaimana dikatakan:
Aku percaya kepada Yesus
Sang Mesias, Junjungan Agung kita Yang Ilahi, yang dikandung dari Roh Kudus,
lahir dari anak dara Maria, yang menderita sengsara di bawah pemerintahan
Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan. Turun ke dalam kerajaan maut.
Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk
di sebelah kanan YHWH Bapa Yang Maha Kuasa dan akan datang dari sana untuk
menghakimi orang yang hidup dan yang mati
Penyangkalan terhadap
fase-fase penting dalam kehidupan Yesus berarti mendistorsi kesaksian Kitab
Perjanjian Baru dan Kitab Perjanjian Lama atau TaNaKh yang menubuatkan karya
Mesianis yang dilakukan Yesus. Kekristenan melandaskan pengakuan pada sosok
Yesus historis yang lahir dari anak dara Maria, sengsara dan wafat di kayu
salib, bangkit pada hari ketiga, naik ke sorga serta akan datang untuk yang
kedua kalinya sebagai Raja dan Hakim Yang Adil. Di sinilah kategori bidat dapat
dinisbatkan pada seseorang yang menyangkali fase-fase historis dalam kehidupan
Yesus tersebut.
Umat Kristiani dengan
beragam denominasi dan mazhab merayakan semua peristiwa-peristiwa penting
tersebut sepanjang tahun. Ada yang merayakan dalam bingkai Gereja Katolik dan
Gereja Ortodox dan ada yang merayakan dalam bingkai Gereja Protestan dan
variannya sebagaimana tertulis dalam kalender gerejawi umum yang meliputi
Natal, Paskah, Kenaikan Yesus ke sorga, Pentakosta.
Demikian pula dengan
lahirnya Messianic Movement dan Hebraic Root Movement di Abad 20 yang
memperkenalkan latar belakang Yudaisme dari iman Kristiani, sejumlah gereja
Kristen baik di luar negeri dan di Indonesia mulai merayakan fase-fase historis
kehidupan Yesus, dimulai dari kelahiran hingga kedatangan-Nya kembali dalam Tujuh
Hari Raya (sheva moedim) yaitu Pesakh, ha Matsah (roti tidak beragi), Bikurim (buah sulung), Shavuot (pentaksta), Rosh ha Shanah/Yom Truah (tahun baru
Ibrani/peniupan sangkakala), Yom Kippur (hari
pendamaian), Sukkot (pondok daun).
Terkhusus bagi umat
Kristen yang menisbatkan pengajarannya pada Messianic
Movement dan Hebraic Root Movement
yang merayakan peristiwa Mesianis Yesus dalam bingkai Tujuh Hari Raya, apakah
salah jika merayakan hari-hari raya Kristen pada umumnya sebagaimana tertulis
dalam kalender gerejawi umum yang meliputi Natal, Paskah, Kenaikan Yesus ke
sorga, Pentakosta?
Sebenarnya tidak ada
yang salah jika kita tetap melaksanakan sejumlah perayaan sebagaimana tertulis
dalam kalender gerejawi tersebut. Dengan melaksanakan perayaan sesuai kalender
gerejawi kita tetap menisbatkan diri kita sebagai umat Kristiani pada umumnya.
Namun dengan merayakan Tujuh Hari Raya kita memiliki kekhasan dibandingkan
denominasi dan mazhab kekristenan lainnya. Kita menghayati peristiwa mesianis
Yesus dalam bingkai keagamaan dan kebudayaan aslinya yang berawal dari
Yudaisme.
Hanya yang penting
pengaturan pelaksanaanya saja yang perlu dipikirkan dengan baik. Jika waktu
pelaksanaan Pesakh dan Paskah umum bersamaan maka kita memilih merayakan Pesakh
dalam Tujuh Hari Raya. Namun ada jeda waktu yang berbeda, kita bisa
melaksanakan keduanya namun dikerjakan dengan tata ibadah yang lebih singkat untuk Paskah kalender gerejawi umum.
Kita tinggalkan sejenak
persoalan teknis berkaitan dengan perayaan-perayaan historis dan karya mesianis
Yesus yang dihayati secara berbeda oleh berbagai denominasi dan mazhab di dalam
Kekristenan. Kita fokuskan pada peristiwa kenaikan Yesus setelah bangkit dari
kewafatan dan menampakkan diri selama 40 hari kepada para murid-murid-Nya.
Setelah genap waktunya
Yesus menampakkan diri-Nya kepada para murid-murid-Nya maka Yesus meninggalkan
para murid-Nya dengan sebuah pesan, Engkau tidak perlu mengetahui masa dan
waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis 1:7-8). Sabda Yesus
ini digenapi pada saat perayaan Shavuot (turunnya Torah di Sinai) dengan
turunnya Roh Kudus kepada murid-murid untuk kemudian menjadi saksi-saksi ajaran
Yesus sampai keluar Yerusalem dengan disertai kuasa Roh Kudus berupa
hikmat dan mukjizat (Kis 2:1-13).
Setelah sabda suci disampaikan,
kemudian dilaporkan oleh penulis Lukas, penulis Kitab Para Rasul, Sesudah Ia
mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan
menutup-Nya dari pandangan mereka (Kis 1:9). Kita, umat Kristiani di Abad 21
memang tidak melihat peristiwa ajaib kenaikan Yesus ke sorga namun kita melihat
dengan iman apa yang telah disampaikan oleh para saksi iman yaitu rasul-rasul
Yesus bahwa beliau yang wafat dan bangkit dari kematian telah naik ke sorga.
Pertanyaannya, mengapa
dan apa yang dilakukan oleh Yesus saat naik ke sorga? Kita menemukan jawabannya
dalam Yohanes 14:1-3 sbb: Janganlah gelisah
hatimu; percayalah kepada Tuhan,
percayalah juga kepada-Ku. Di
rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya
kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah
menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di
tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Luar biasa bukan? Yesus naik ke
sorga untuk menyediakan tempat bagi kita, umat tebusan-Nya. Bukankah ini berita
pengharapan yang baik yang seharusnya dirayakan dan diingat oleh semua umat dan
pengikut Yesus Sang Juruslamat dunia?
Sabda Yesus ini
memberikan pengharapan bahwa selama kita hidup di dunia, kita telah dijanjikan
keselamatan sorgawi. Yang harus kita lakukan saat ini adalah melakukan kehendak Bapa dan
menerjemahkan sabda-sabda Yesus dalam kehidupan keseharian.
Ingatlah, bahwa Yesus
yang naik ke sorga suatu saat akan kembali ke dunia. Untuk apa? Kisah Rasul 1:11
mengatakan, Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang
kembali dengan cara yang sama seperti
kamu melihat Dia naik ke sorga. Ya, Yesus yang naik ke sorga akan kembali
sebagai Raja dan Hakim Yang Adil.
Jika dalam
kedatangannya yang pertama Dia datang dalam kesederhanaan manusia namun saat
kedatangan-Nya yang kedua kali Dia akan datang dalam kemuliaan sorgawi dan
menjalankan penghakiman serta penghukuman. Di dalam bingkai perayaan Rosh ha Shanah/Yom Truah (tahun baru
Ibrani dan peniupan sangkakala) dan Sukkot
(pondok daun) kita merayakan kedatangan Yesus yang kedua kali sebagai Raja dan
Hakim serta datangnya Kerajaan 1000 tahun damai di bumi.
Melihat pentingnya
peristiwa kenaikan Yesus ke sorga, marilah kita umat Kristiani Mazhab Yudeo Kristen
atau Kekristenan Akar Ibrani yang dipengaruhi oleh pengajaran Messianic
Movement, selayaknya merayakan fase-fase historis kehidupan Yesus termasuk
kenaikan ke sorga untuk mengingatkan kita bahwa Dia yang naik ke sorga sedang
mempersiapkan tempat abadi bagi kita yang percaya. Dia yang naik ke sorga akan
kembali dan mengadili dunia.
No comments:
Post a Comment