Thursday, August 19, 2021

BUKAN MENUNGGU DUNIA BERAKHIR


Foto: abc7ny.com

Kitab Daniel dan Kitab Wahyu adalah kitab-kitab yang bersifat profetik alias membicarakan masa depan dan akhir masa dunia. Kitab Daniel ditulis di masa sebelum Yesus Sang Mesias lahir ke dunia dan menjadi bagian dari kanon Kitab TaNaKh atau Kitab Perjanjian Lama sementara Kitab Wahyu ditulis di masa Yesus Sang Mesias telah lahir ke dunia dan naik ke sorga meninggalkan murid-murid-Nya. 

Ada pararelisasi mengenai isi berbagai nubuat yang ditulis dalam bahasa simbolik perihal apa yang akan terjadi di dunia hingga berakhirnya zaman. Mulai dari pergantian kekuasaan raja dan negara besar di sekitar Yerusalem dan nasib bangsa Israel hingga kejadian-kejadian dramatis di dunia baik itu peperangan maupun merajalelanya kejahatan hingga munculnya satu tokoh dunia yang akan mengendalikan sistem ekonomi politik dunia. 

Sebagian denominasi gereja banyak menekuni kedua kitab ini sebagai pedoman membaca tanda-tanda zaman agar memiliki sebuah peta zaman yang memandu kehidupan agar tidak tersesat oleh berbagai penipuan dan strategi satan. Sementara sebagian denominasi gereja nampak abai dengan pentingnya mengkaji kedua kitab ini sehingga tidak pernah dikotbahkan kepada jemaat. Salah satu alasannya adalah isinya sulit dan sarat pernyataan simbolik yang tidak mudah ditafsirkan. 

Membaca tanda-tanda zaman dan memahami peta zaman tentu saja adalah baik dan diperintahkan oleh Yesus dalam sabda-Nya, “Dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak” (Mat 16:3). Namun bukan berarti jika kita sudah mengetahui apa yang akan terjadi di depan serta akhir dunia yang diawali dengan sejumlah kemerosotan moral, lantas kita menjadi penonton yang menunggu takdir digenapi. 

Beberapa buku yang mengulas akhir zaman banyak diterbitkan. Dengan ulasan yang menarik dan disertai ilustrasi gambar serta perkembangan situasi dunia. Namun sayangnya, sejumlah ulasan ini lebih banyak bersifat menunggu dunia akan berakhir dan menisbatkan berbagai peristiwa kerusakan sosial, budaya, politik, ekonomi di dunia semata-mata sebagai sebuah penggenapan nubuat. 

Sekalipun dunia akan semakin merosot sebelum akhirnya berakhir, namun bukan berarti kita hanya menonton dan menunggu semua berakhir tanpa harus berbuat apa-apa sama sekali. Bukankah orang Kristen harus terlibat dan berkontribusi dalam memperbaiki kehidupan dunia agar lebih baik, sekalipun dunia bakal mengalami kemerosotan dan akhir? 

Sabda Yesus Sang Mesias, “Kamu adalah terang dunia....Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat 5:15-16). Kata Yunani καλα εργα - kala erga (perbuatan baik) tidak harus dibatasi berkaitan dengan moral saja seperti menolong orang lain, bekerjasama dengan orang lain, ramah terhadap sesama. Perbuatan baik meliputi semua tindakan kita sebagai orang Kristen dan bagian dari masyarakat untuk berkontribusi bagi kehidupan yang lebih baik. 

Akan lebih baik jika orang Kristiani terlibat dalam isu-isu lingkungan seperti pemanasan global dan keterlibatan dalam mengurangi pemanasan global baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Orang Kristiani dapat terlibat dalam isu-isu hukum seperti pengawasan terhadap tindakan yang berpotensi menimbulkan korupsi. Orang Kristen dapat terlibat dalam meningkatkan harkat dan martabat mereka yang disebut disabilitas alias berkebutuhan khusus. Orang Kristiani dapat berkontribusi dengan memberikan perhatian dan perawatan terhadap orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan ataupun gelandangan di masyarakat. 

Sebuah ungkapan Jawa mengatakan, memayu hayuning bawana (memelihara ketertiban dunia). Sebuah ungkapan dalam Yudaisme mengatakan, tikun ha olam (memperbaiki dunia). Sabda Tuhan YHWH, ודרשׁו את־שׁלום העיר אשׁר הגליתי אתכם שׁמה והתפללו בעדה אל־יהוה כי בשׁלומה יהיה לכם שׁלום׃ (Wedirshu et shelom ha'ir asher higleti etkem shamah, wehitpalelu ba'adah el YHWH ki beshlomah yihyeh lakem shalom Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada YHWH, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer 29:7). Inti pernyataan yang dikutip ini adalah ajakan agar memperbaiki kehidupan dunia dan bukan membiarkan lingkungan dan dunia berjalan menuju kehancuran. 

Oleh karena itu, pengajaran tentang akhir zaman dengan membaca tanda-tanda zaman seharusnya tidak menjadikan kita sebagai orang-orang Kristen yang menonton dan menunggu dunia berakhir dan menyalahkan sistem sosial ekonomi ataupun sistem sosial moral yang mengalami kemerosotan sebagai tanda-tanda akhir zaman belaka. 

Dunia akan mengalami kemerosotan dan berakhir. Itu pasti. Itu takdir yang tidak bisa dihindari. Namun kita yang hidup di dunia yang akan berakhir bukan hanya berpangku tangan dan menjadi bagian dari orang yang membiarkan semua itu terjadi menuju kehancuran. Tugas kita – khususnya umat Kristiani, anak-anak Tuhan – adalah berkontribusi terhadap kehidupan dan membuat kehidupan dan dunia di sekeliling kita lebih baik. 

Yesus Sang Mesias dan Juruslamat serta Junjungan Agung kita Yang Ilahi tidak menyuruh kita menunggu kiamat atau dunia berakhir dan menyalahkan sistem sosial ekonomi dan sistem sosial moral yang merosot. Sebaliknya, Yesus meminta kita terus berupaya memproduksi kebaikan sampai Dia datang kembali untuk yang kedua kali sebagai Hakim dan Raja Yang Adil sebagaimana disabdakan, μακαριος ο δουλος εκεινος ον ελθων ο κυριος αυτου ευρησει ουτως ποιουντα (Makarios ho doulous ekeinos hon elthon ho kurios autou heuresei houtos poiountaBerbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang” (Mat 24:46).

Marilah kita terus bekerja dan menabur kebaikan serta memproduksi perubahan yang lebih baik bagi lingkungan di sekitar dan dunia yang lebih luas, sebagai perwujudan ketaatan kita memenuhi panggilan sebagai terang dan garam dunia

No comments:

Post a Comment