Thursday, November 13, 2025

LAKU HIDUP KRISTIANI DALAM PERZIARAHAN IMAN

Sumber gambar:lestallion.com

Teks 1 Petrus 1:17 yang menjadi landasan permenungan hari ini berbunyi demikian, “Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini”. Melalui teks ini kita akan menelaah beberapa hal penting berkaitan dengan doktrin dan etika Kristiani al., mengapa Tuhan disapa dengan sebutan “Bapa?” Seberapa pentingkah “perbuatan” dalam ajaran Kristiani? Benarkah terjemahan “hendaklah kamu hidup dalam ketakutan?” serta yang terakhir kita akan menelaah arti dan konsekwensi logis “menumpang di dunia”.

Tuhan Sebagai Bapa

Jika dipergunakan kalimat dalam bahasa Ibrani, Elohim ka Av dan jika dipergunakan dalam bahasa Yunani, Ho Theos hos Pateros serta jika dipergunakan dalam bahasa Inggris, God as Father. Sebutan Bapa untuk Tuhan YHWH Sang Pencipta telah berakar dalam kehidupan bangsa Israel sebagaimana sabda Tuhan kepada Musa untuk disampaikan kepad Firaun, “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman YHWH: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung” (Kel 4:22)

Yesus Sang Mesias dan Juruslamat serta Junjungan Yang Ilahi mempertegas dan mempertajam sebutan Bapa dalam dua hal yaitu menisbatkan relasi keilahian diri-Nya dengan Tuhan Sang Bapa dengan menyebut Anak Tuhan dan menisbatkan relasi Tuhan dan hamba yang telah diadopsi sebagai anak-anak Tuhan melalui iman kepada Sang Anak Tuhan.

Yesus disebut Anak Tuhan (Ben ha Elohim/Huios ho Theos/Son of God) karena hakikat diri-Nya sebagai Sang Firman Tuhan yang setara, sehakikat, melekat dengan Tuhan dan menjadi manusia serta diam di antara manusia sebagaimana dikatakan dalam Yohans 1:14, “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”

Tentang anak-anak Tuhan dikatakan dalam Yohanes 1:12 dikatakan, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Tuhan yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”. Demikian pula dikatakan dalam Roma 8:5, “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Tuhan. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa”

Yang membedakan status Anak Tuhan bagi Yesus Sang Mesias dan orang beriman adalah, kita yang menerima Yesus sebagai Anak Tuhan yang telah menebus dan membebaskan kita dari kuasa dosa menjadikan kita diadopsi atau diangkat menjadi anak-anak Tuhan dan Roh Kudus berdiam dalam diri kita sementara Yesus adalah Anak Tuhan sejak kekal karena hakikat beliau sebagai Sang Firman yang setara, sehakikat, sederajat serta melekat bersama Tuhan Sang Bapa (Yoh 1:1)

Itulah sebabnya saat Yesus dibaptis untuk menginisiasi karya Mesianisnya di bumi terdengar suara dari langit, “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17). Konsekwensi logis pemahaman sebutan Bapa dan Anak, maka Yesus bukan Sang Bapa melainkan Sang Anak atau Sang Putra (Teguh Hindarto, Benarkah Nama Bapa Adalah Yesus Menurut Yohanes 17:12? https://bet-midrash.blogspot.com/2020/05/benarkah-nama-bapa-adalah-yesus-menurut.html). Sayangnya masih ada lagu Kristiani dan kotbah-kotbah yang menisbatkan gelar Bapa pada Yesus. Jika Yesus adalah Bapa, lantas Bapa mana yang Yesus maksudkan ketika beliau berkata, "Akulah  jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6).

Nilai dan Kedudukan Perbuatan Baik

Doktrin Protestan yang melandaskan pada salah satu semboyan Martin Luther Bapak Reformasi (1517) yang berkata, sola fide dan sola gratia (hanya oleh iman dan hanya oleh anugrah) terkadang menjadikan pengkotbah dan umat mengabaikan nilai dan peran serta kedudukan perbuatan baik dalam mimbar Kristiani.

Rasul Yakobus mengatakan sbb: “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak 2:14-17).

Fungsi perbuatan adalah “membuktikan” dan “menyempurnakan” bahwa seseorang memiliki iman sebagaimana dikatakan: “Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." (Yak 2:18) dan “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yak 2:22).

Apakah nilai dan kedudukan perbuatan baik? Perbuatan baik tidak menjadikan orang Kristen mendapatkan keselamatan dan kehidupan kekal namun membawa manfaat yang akan dibawa dalam kekekalan sebagaimana dikatakan dalam

Wahyu 19:6-8, “Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Halelu-Yah! Karena YHWH, Tuhan kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus). Wahyu 20:12 menegaskan, “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi   menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu”.

Siapakah yang menemani kita saat menunggu kebangkitan jika bukan perbautan kita sebagaimana dikatakan Wahyu 14:13, “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.

Hidup Dalam Sikap “Hormat” Bukan “Ketakutan”

New English Translation menerjemahkan kata Yunani phobo dalam 1 Petrus 1:17 demikian, “live out the time of your temporary residence here in reverence”. Demikian pula Indonesian Literal Traslation menerjemahkan, “jalanilah waktu pengembaraanmu itu dengan rasa hormat”. Terjemahan di atas lebih tepat bahwasanya kita harus menjalani hidup dengan rasa hormat, respek kepada Dia Sang Bapa Yang Adil

Hidup di Dunia Adalah Perziarahan

Kata Yunani tes paroikia humon diterjemahkan oleh New Engslish Translation “your temporary residence” dan oleh Indonesian Literal Traslation “pengembaraanmu” serta Lembaga Alkitab Indonesia, “menumpang”. Ya, kehidupan yang kita jalani saat ini adalah sebuah kesemantaraan, perjalanan, perziarahan, penggembaraan alias menumpang. 2 Korintus 5:1 menegaskan sifat kesementaraan kehidupan manusia dengan analogi “kemah yang akan dibongkar” sebagaimana dikatakan, “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Tuhan telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.

Dalam perziarahan iman menuju tujuan yaitu dermaga kekekalan serta pulau kehidupan sejati, marilah kita menjaga iman dan pengharapan dengan senantiasa dekat melekat pada Sang Bapa dan Sang Putra sumber kehidupan serta menabur menebar kebajikkan dan perbuatan mulia kepada sesama sehingga nama Tuhan dan kerajaan-Nya dimuliakan dan hadir di bumi.

No comments:

Post a Comment