Teks 1 Petrus 1:17 yang menjadi
landasan permenungan hari ini berbunyi demikian, “Dan jika kamu menyebut-Nya
Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut
perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang
di dunia ini”. Melalui teks ini kita akan menelaah beberapa hal penting
berkaitan dengan doktrin dan etika Kristiani al., mengapa Tuhan disapa dengan
sebutan “Bapa?” Seberapa pentingkah “perbuatan” dalam ajaran Kristiani? Benarkah
terjemahan “hendaklah kamu hidup dalam ketakutan?” serta yang terakhir kita
akan menelaah arti dan konsekwensi logis “menumpang di dunia”.
Tuhan Sebagai Bapa
Jika dipergunakan kalimat dalam
bahasa Ibrani, Elohim ka Av dan jika
dipergunakan dalam bahasa Yunani, Ho Theos
hos Pateros serta jika dipergunakan dalam bahasa Inggris, God as Father. Sebutan Bapa untuk Tuhan YHWH
Sang Pencipta telah berakar dalam kehidupan bangsa Israel sebagaimana sabda Tuhan
kepada Musa untuk disampaikan kepad Firaun, “Maka engkau harus berkata kepada
Firaun: Beginilah firman YHWH: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung” (Kel
4:22)
Yesus Sang Mesias dan Juruslamat
serta Junjungan Yang Ilahi mempertegas dan mempertajam sebutan Bapa dalam dua
hal yaitu menisbatkan relasi keilahian diri-Nya dengan Tuhan Sang Bapa dengan
menyebut Anak Tuhan dan menisbatkan relasi Tuhan dan hamba yang telah diadopsi
sebagai anak-anak Tuhan melalui iman kepada Sang Anak Tuhan.
Yesus disebut Anak Tuhan (Ben ha Elohim/Huios
ho Theos/Son of God) karena hakikat diri-Nya sebagai Sang Firman Tuhan yang
setara, sehakikat, melekat dengan Tuhan dan menjadi manusia serta diam di antara
manusia sebagaimana dikatakan dalam Yohans 1:14, “Firman itu telah menjadi
manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu
kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih
karunia dan kebenaran”
Tentang anak-anak Tuhan dikatakan
dalam Yohanes 1:12 dikatakan, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya
kuasa supaya menjadi anak-anak Tuhan yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”.
Demikian pula dikatakan dalam Roma 8:5, “Sebab kamu tidak menerima roh
perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh
yang menjadikan kamu anak Tuhan. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya
Bapa”
Yang membedakan status Anak Tuhan
bagi Yesus Sang Mesias dan orang beriman adalah, kita yang menerima Yesus
sebagai Anak Tuhan yang telah menebus dan membebaskan kita dari kuasa dosa menjadikan
kita diadopsi atau diangkat menjadi anak-anak Tuhan dan Roh Kudus berdiam dalam
diri kita sementara Yesus adalah Anak Tuhan sejak kekal karena hakikat beliau sebagai
Sang Firman yang setara, sehakikat, sederajat serta melekat bersama Tuhan Sang Bapa
(Yoh 1:1)
Itulah sebabnya saat Yesus
dibaptis untuk menginisiasi karya Mesianisnya di bumi terdengar suara dari
langit, “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17). Konsekwensi
logis pemahaman sebutan Bapa dan Anak, maka Yesus bukan Sang Bapa melainkan Sang
Anak atau Sang Putra (Teguh Hindarto, Benarkah
Nama Bapa Adalah Yesus Menurut Yohanes 17:12? https://bet-midrash.blogspot.com/2020/05/benarkah-nama-bapa-adalah-yesus-menurut.html).
Sayangnya masih ada lagu Kristiani dan kotbah-kotbah yang menisbatkan gelar Bapa
pada Yesus. Jika Yesus adalah Bapa, lantas Bapa mana yang Yesus maksudkan
ketika beliau berkata, "Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada
Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6).
Nilai dan Kedudukan Perbuatan Baik
Doktrin Protestan yang
melandaskan pada salah satu semboyan Martin Luther Bapak Reformasi (1517) yang berkata,
sola fide dan sola gratia (hanya oleh
iman dan hanya oleh anugrah) terkadang menjadikan pengkotbah dan umat mengabaikan nilai dan peran serta
kedudukan perbuatan baik dalam mimbar Kristiani.
Rasul Yakobus mengatakan sbb:
“Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai
iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan
dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan
makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan,
kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak
memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian
juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu
pada hakekatnya adalah mati” (Yak 2:14-17).
Fungsi perbuatan adalah “membuktikan”
dan “menyempurnakan” bahwa seseorang memiliki iman sebagaimana dikatakan:
“Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada
perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu
tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari
perbuatan-perbuatanku." (Yak 2:18) dan “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama
dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi
sempurna” (Yak 2:22).
Apakah nilai dan kedudukan
perbuatan baik? Perbuatan baik tidak menjadikan orang Kristen mendapatkan
keselamatan dan kehidupan kekal namun membawa manfaat yang akan dibawa dalam
kekekalan sebagaimana dikatakan dalam
Wahyu 19:6-8, “Lalu aku mendengar
seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti
deru guruh yang hebat, katanya: "Halelu-Yah! Karena YHWH, Tuhan kita, Yang
Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan
memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus
yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus). Wahyu 20:12 menegaskan,
“Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta
itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab
kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi
menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam
kitab-kitab itu”.
Siapakah yang menemani kita saat
menunggu kebangkitan jika bukan perbautan kita sebagaimana dikatakan Wahyu 14:13,
“Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah
orang-orang mati yang mati dalam Tuhan sejak sekarang ini."
"Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari
jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.
Hidup Dalam Sikap “Hormat” Bukan “Ketakutan”
New English Translation menerjemahkan kata Yunani phobo dalam 1 Petrus 1:17 demikian, “live
out the time of your temporary residence here in reverence”. Demikian
pula Indonesian Literal Traslation
menerjemahkan, “jalanilah waktu pengembaraanmu itu dengan rasa hormat”. Terjemahan
di atas lebih tepat bahwasanya kita harus menjalani hidup dengan rasa hormat,
respek kepada Dia Sang Bapa Yang Adil
Hidup di Dunia Adalah Perziarahan
Kata Yunani tes paroikia humon diterjemahkan oleh New Engslish Translation “your temporary residence” dan oleh Indonesian Literal Traslation “pengembaraanmu”
serta Lembaga Alkitab Indonesia, “menumpang”.
Ya, kehidupan yang kita jalani saat ini adalah sebuah kesemantaraan,
perjalanan, perziarahan, penggembaraan alias menumpang. 2 Korintus 5:1
menegaskan sifat kesementaraan kehidupan manusia dengan analogi “kemah yang
akan dibongkar” sebagaimana dikatakan, “Karena kami tahu, bahwa jika kemah
tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Tuhan telah menyediakan suatu
tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang
tidak dibuat oleh tangan manusia”.
Dalam perziarahan iman menuju
tujuan yaitu dermaga kekekalan serta pulau kehidupan sejati, marilah kita
menjaga iman dan pengharapan dengan senantiasa dekat melekat pada Sang Bapa dan
Sang Putra sumber kehidupan serta menabur menebar kebajikkan dan perbuatan
mulia kepada sesama sehingga nama Tuhan dan kerajaan-Nya dimuliakan dan hadir
di bumi.

No comments:
Post a Comment