Saturday, June 3, 2017

PERAYAAN PENTAKOSTA SEBAGAI MOMENTUM MEMAHAMI PERAN TORAH DAN PERAN ROH KUDUS DALAM GEREJA


Sebagaimana telah diulas dalam kajian sebelumnya bahwa Pentakosta bukanlah sebuah perayaan peristiwa historis yang berdiri sendiri yaitu turunnya Roh Kudus atau pemberian Roh Kudus pada para murid Yesus setelah beliau naik ke Sorga, melainkan sebuah perayaan dalam Yudaisme yang bernama Yom Shavuot (hari kelimapuluh) untuk mengingat turunnya Torah di Sinai (Teguh Hindarto, Pemberian Torah di Sinai dan Pemberian Roh Kudus di Yerusalem - http://bet-midrash.blogspot.co.id/2017/06/pemberian-torah-di-sinai-dan-pemberian.html) maka perayaan Yom Shavuot/Pentakosta selayaknya menjadi sebuah perayaan yang menegaskan dua hal berikut: Pertama, sebagai momentum untuk menegaskan kembali eksistensi dan relevansi Torah dalam kehidupan umat Kristiani. Kedua, sebagai momentum untuk memperbarui diri agar senantiasa dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus untuk dimampukan melakukan tugas kesaksian.

Peran Torah Dalam Kehidupan Kristiani


Mengapa Torah? Bukankah Yesus lebih besar dari Torah? Bukankah Torah adalah kuk dosa dan tidak mampu menyelamatkan setiap orang dari kuasa dosa? Pengaruh Teologi Dispensasional (Dispensasionalisme merupakan pokok Teologi yang mendasarkan pada sejumlah penafsiran teks Kitab Perjanjian Baru dengan pemahaman bahwa Yahweh memili 2 program yaang berbeda, yaitu untuk Israel dan untuk Gereja. Apa yang menjadi janji milik Israel, tidak dapat dilakukan oleh Gereja. Jika Israel memelihara Sabat (Kel 20:8-11), maka Gereja memelihara Hari Tuhan (1 Kor 16:2). Jika Israel adalah istri dari Yahweh (Hos 3:1) maka Gereja adalah Tubuh Mesias (Kol 1:27). Band. Paul Enns, The Moody Hand Book of Theology, Literatur SAAT, 2004) dan Teologi Covenant (Covenant merupakan pokok Teologia yang berkeyakinan bahwa Yahweh membuat 2 perjanjian, yaitu Perjanjian Perbuatan yang dibangun sejak Adam sampai zaman Israel. Perjanjian ini gagal dilakukan oleh Adam. Lalu Yahweh memberikan Perjanjian kedua yaitu Perjanjian Anugrah, melalui Yesus, yang dengan sempurna melaksanakan perjanjian tersebut) terhadap orang Kristen pada umumnya adalah, sikap yang memandang rendah hakikat dan peranan Torah, sebagai hukum seremonial dan kultis yang berkaitan terhadap Israel di masa lampau. Gereja, yang didefinisikan sebagai Israel baru dan rohani, menerima mandat yang berbeda dengan Israel. Torah selalu berhubungan dengan Israel dan Anugrah selalu berhubungan dengan Gereja.

Jika kita memahami bahwa kata Gereja, merupakan istilah Portugis Igreja yang berasal dari istilah Yunani Eklesia untuk menerjemahkan istilah Ibrani Qahal, yang bermakna Umat yang dipanggil dari luar untuk masuk kedalam persekutuan dan diperintahkan keluar untuk mewartakan perbuatan ajaib YHWH. Jika kita memahami bahwa Perjanjian Baru yang dinubuatkan oleh YHWH didalam Yeremia 31:31, adalah perjanjian antara YHWH dengan Bangsa Israel yang diwakili oleh suku Yehuda, maka adalah keliru besar bahwa Perjanjian Baru merupakan perjanjian antara YHWH dengan “Gereja”, dalam pengertian sebagai “Orang-orang Kristen”. Perjanjian Baru atau tepatnya “Perjanjian yang Diperbarui” tidaklah hendak meniadakan perjanjian terdahulu, yaitu Perjanjian YHWH di Sinai terhadap Israel dengan mengaruniakan Torah-Nya. Sebaliknya, Perjanjian yang Diperbarui merupakan perjanjian antara YHWH dengan umat Israel, dengan ditandai dituliskan-Nya Torah dalam batin mereka (Yer 31:33-34). Peristiwa ini menunjuk pada Mesias Yesus yang akan membuka Perjanjian yang Diperbarui itu. Dan Mesias Yesus telah membuka Perjanjian yang Diperbarui itu saat Dia berkata menjelang penyaliban diri-Nya, "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat 26:27-28).

DR. David Stern, seorang Mesianik Yahudi yang telah menaruh kepercayaan pada Yesus sebagai Mesias, mengakui kesenjangan pemahaman antara Kekristenan dan Yudaisme, ketika membicarakan mengenai Torah. Menurut beliau, jika memperbandingkan buku-buku teologia baik Kristen maupun Yudaisme, akan diperoleh fakta bahwa kedua belah akan bersebrangan pemahaman mengenai topik Torah. Dalam penelusuran berbagai buku teologi Kristen mengenai Torah, al., Augustus Strong’s Systematic Theology, hanya membahas mengenai topik Torah, sebanyak 28 halaman dari 1056 halaman alias kurang dari 3% (Messianic Jewish Manifesto, 1991:126).

Sementara L. Berkhof dalam bukunya Systematic Theology, hanya mengulas sebanyak 3 halaman dari 745 halaman (kurang dari 1/2%). Berbeda dengan buku-buku teologi dikalangan Yudaisme,al., Isidor Epstein’s yaitu the Faith of Judaism, mengulas mengenai Torah sebanyak 57 halaman dari 386 halaman (15%) dan Solomon Schetcher dalam Aspects of Rabbinic Theology mengulas sebanyak 69 halaman dari 343 halaman (20%). Stern berkesimpulan,”In short, Torah is the great unexplored territory, the terra incognita of Christian Theology - singkatnya, Torah merupakan wilayah yang belum sama sekali digali, suatu wilayah tidak dikenal dalam Teologi Kristen"(1991:126).

Pernyataan ini menyiratkan bahwa Teologi Kristen menempatkan kajian tentang Torah, secara tidak berimbang dibandingkan dengan topik lainnya seperti Tuhan, Keselamatan/Anugrah, Dosa, dll. Demikian pula Ariel dan Devorah Berkowitz menegaskan,“If there is one area of misguided theological thinking for believers, it is study of Torah. In fact, most evangelical Bible colleges and seminaries do not even have an area of study called Torah - jika ada satu wilayah yang dipahami secara teologis oleh orang beriman, yaitu studi tentang Torah. Faktanya, kebanyakan sekolah dan seminari Kitab Suci yang bercorak Injili tidak memiliki sebuah wilayah yang disebut dengan studi tentang Torah" (Torah Rediscovered, 1996:1).

Banyak teks dalam Kitab Perjanjian Baru khususnya sabda Yesus dan tulisan-tulisan Rasul Paul perihal Torah kerap disalahpahami oleh Kekristenan sehingga menghasilkan struktur pemahaman yang bias terhadap Torah dan berhadap-hadapan antara Torah dan Kasih Karunia. Saya telah mengulas secara panjang lebar topik ini dalam sebuah buku dengan judul, Reformasi Yosia: Upaya Meredefinisi Pemahaman Distortif Terhadap Torah - https://www.academia.edu/8147316/REFORMASI_YOSIA_UPAYA_MEREDEFINISI_PEMAHAMAN_DISTORTIF_TERHADAP_TORAH).

Kisah Rasul 21:20 mendeskripsikan perihal kehidupan keagamaan umat Kristen khususnya dari kalangan Yahudi sbb, “Mendengar itu mereka memuliakan Tuhan. Lalu mereka berkata kepada Paulus: "Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara Torah”. Frasa “rajin memelihara Torah” dalam naskah Yunani dituliskan ζηλωται του νομου (zelootai tou nomou). Kata zelootai merupakan bentuk kata benda maskulin jamak dari kata zelootes yang artinya “sungguh-sungguh”, “rajin”, “tekun” (1 Kor 14:12, 1 Ptr 3:13). Ayat ini menepis anggapan bahwa Torah tidak lagi memiliki peranan dalam kehidupan pengikut Mesias. Bukan hanya belasan atau puluhan bahkan beribu-ribu (tepatnya berpuluh ribu karena kata Yunani yang digunakan adalah μυριαδες – muriades) orang Yahudi yang sudah percaya dan menerima Yesus sebagai Mesias, tetap tekun menjadikan Torah sebagai sumber pedoman moral.

Sikap Yesus Sang Mesias terhadap Torah dengan jelas dan tegas dikatakan sbb, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Torah atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Torah, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Torah sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Torah, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5:17-19). Demikian pula sikap Rasul Paul terhadap Torah diungkapkan dengan tegas sbb, “Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya” (Rm 3:31). Dalam bagian lain suratnya, Rasul Paul mengatakan, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!" (Rm 7:7).

Peran Roh Kudus Dalam Kekristenan

Dengan membaca Kitab Kisah Para Rasul kita mendapatkan kesaksian bagaimana Gereja (orang-orang yang dipanggil untuk percaya kepada Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan – baik Yahudi non Yahudi – untuk kemudian mempersaksikan keimanannya) lahir dan bertumbuh menjadi sebuah entitas spiritual yang tidak hanya berkembang di Yerusalem melainkan ke luar Yerusalem hingga wilayah-wilayah yang jauh sebagaimana dijanjikan, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8). DR.C.Groenen, OFM menuliskan dalam bukunya, “Kisah Para rasul berisikan tindakan dan kejadian-kejadian luar biasa, hal-hal yang menentukan sejarah selanjutnya, pantas dikenang oleh umat Kristen, meskipun tidak menyangkut Yesus sendiri di bumi” (Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, 1987:175)

Kitab Kisah Rasul mencatat bagaimana murid-murid Yesus berkembang menjadi kira-kira lima ribu (Kis 4:4) dan semakin banyak orang yang percaya dan menerima Yesus (Kis 5:14-16). Bahkan setelah Paul mendapat tugas kerasulan melalui penampakkan Yesus secara supranatural di Damsyik (Kis 9:1-9) maka pemberitaan Injil berhasil menjangkau wilayah Asia Kecil bahkan Romawi.

Kitab Kisah Rasul bukan hanya mempersaksikan lahirnya Gereja melainkan karya dan peran Roh Kudus yang mendorong para rasul bersaksi tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan dan mendorong berita Injil tersebar luas dari Yerusalem hingga ujung dunia sebagaimana dikatakan Robert H. Gundry, “The overall purpose of Luke-Acts then is the presentation of the beginnings of Christianity in Jesus life and the extension of Christianity in early church history so as to convince readers by the irresitible advance of the gospel that God through His Spirit really is working in human history for the redemption of all people - Tujuan keseluruhan dari Kisah Rasul yang ditulis Lukas adalah penyajian kehidupan awal kekristenan mengenai kehidupan Yesus dan perluasan kekristenan dalam sejarah gereja mula-mula sehingga dapat meyakinkan pembaca melalui kemajuan Injil yang tak terelakkan bahwa Tuhan melalui Roh-Nya benar-benar bekerja di dalam sejarah manusia untuk penebusan semua orang” (A Survey of the New Testament, 1981:212).

Populasi orang Kristen di dunia sangat besar dan tersebar baik di Timur Tengah, Asia, Eropa, Amerika, Afrika, Australia. Menurut data Pew Research Reseacrh Center, Kekristenan masih mendominasi dengan 31% dari 7,3 bilyun penduduk dunia yaitu sebesar 2,3 bilyun (Christians Remain World’s Largest Religious Group, But They Are Declining in Europe - http://www.pewresearch.org/fact-tank/2017/04/05/christians-remain-worlds-largest-religious-group-but-they-are-declining-in-europe/). Semua ini adalah karya Roh Kudus yang telah mendorong setiap orang beriman dan yang terpanggil untuk memberitakan Injil yang menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Tuhan yang menjadi Juruslamat Dunia dan memberikan kehidupan kekal bagi barangsiapa yang menerima karya pengorbanan-Nya di kayu salib.

Marilah Perayaan Pentakosta/Yom Shavuot kali ini menjadikan momentum untuk mendekonstruksi pemahaman yang keliru perihal eksistensi Torah dan memulihkan kemuliaan Torah dalam kehidupan Kristiani. Selanjutnya menjadi momentum agar keimanan kita diperbarui oleh Roh Kudus dan memberi diri dituntun senantiasa oleh Roh Kudus agar berdaya menjadi saksi-saksi Yesus di tengah dunia yang berubah cepat dan penuh dengan situasi yang menegangkan.

No comments:

Post a Comment