Friday, September 1, 2017

AKEDAH YISTKHAQ: KEPERCAYAAN ABRAHAM DAN KETAATAN ISHAK SERTA BAYANGAN MESIAS


Dalam Yudaisme, narasi Kejadian 22:1-19 merupakan bagian dari bacaan siklus tahunan yang disebut dengan Parashah. Istilah parashah sendiri artinya adalah bagian dari kitab dalam Teks Masoretik Tanakh (Perjanjian Lama). Pembagian parashot yang ditemukan dalam gulungan Torah modern dari semua komunitas Yahudi didasarkan pada daftar sistematis yang disediakan sebelumnya oleh Rabi Moshe Maimonides dalam bukunya Mishneh Torah, Bab XVIII dengan judul Hukum Tefillin dan Mezuzah serta Gulungan Torah. Maimonides mendasarkan pembagian parashot untuk Torah berdasarkan  Codex Aleppo. Pembagian parashot untuk kitab-kitab Nevi'im dan Ketuvim tidak pernah benar-benar terstandarisasi dalam Kitab Suci Ibrani baik edisi cetak maupun gulungan tulisan tangan, sekalipun ada usaha penting untuk mendokumentasikannya dan membuat sebuah peraturan tetap.

Setiap minggu di sinagoga, orang Yahudi membaca (lebih tepatnya melantunkan) bagian demi bagian dari Torah. Bagian ini disebut dengan Parashah. Ada 54 parshah, satu untuk setiap minggu dari tahun kabisat, sehingga dalam setahun orang Yahudi membaca keseluruhan Torah (Kejadian - Ulangan) dalam ibadahnya.. Selama tahun non-kabisat, ada 50 minggu, sehingga beberapa bagian yang lebih pendek berlipat ganda. Orang Yahudi membaca bagian terakhir dari Torah sebelum perayaan puncak dan penutupan Sukot (Pondok Daun) yaitu Simchat Torah (sukacita Torah), yang dilaksanakan pada bulan Oktober, beberapa minggu setelah Rosh Hashanah (Tahun Baru Yahudi). Pada perayaan Simchat Torah, orang Yahudi membaca bagian terakhir Taurat, dan langsung melanjutkan ke alinea pertama Kitab Kejadian Dengan cara ini mereka menunjukkan bahwa Torah adalah sebuah lingkaran dan tidak pernah berakhir.

Berikut daftar Parashah.

Kejadian 1:1-6:8
Yesaya 42:5-43:11
(Yesaya 42:5-42:21)
Kejadian 6:9-11:32
Yesaya 54:1-55:5
(Yesaya54:1-10)
Kejadian 12:1-17:27
Yesaya 40:27-41:16
Kejadian 18:1-22:24
II Raja 4:1-4:37
(II Raja 4:1-4:23)
Chayei Sarah
Kejadian 23:1-25:18
I Raja1:1-1:31
Kejadian 25:19-28:9
Maleakhi 1:1-2:7
Kejadian 28:10-32:3
Hosea 12:13-14:10
(Hosea 11:7-12:12)
Kejadian 32:4-36:43
Hosea 11:7-12:12
(Obadiah1:1-1:21)
Kejadian 37:1-40:23
Amos 2:6-3:8
Kejadian 41:1-44:17
I Raja 3:15-4:1
Kejadian 44:18-47:27
Yehezekiel 37:15-37:28
Kejadian 47:28-50:26
I Raja 2:1-12
Keluaran 1:1-6:1
Yesaya 27:6-28:13; 29:22-29:23
(Yeremia 1:1-2:3)
Keluaran 6:2-9:35
Yehezkiel 28:25-29:21
Bo
Keluaran 10:1-13:16
Yeremia 46:13-46:28
Keluaran 13:17-17:16
Hakim 4:4-5:31
(Hakim 5:1-5:31)
Keluaran 18:1-20:23
Yesaya 6:1-7:6; 9:5-9:6
(Yesaya 6:1-6:13)
Keluaran 21:1-24:18
Yeremia 34:8-34:22; 33:25-33:26
Keluaran 25:1-27:19
I Raja 5:26-6:13
Keluaran 27:20-30:10
Yehezkiel 43:10-43:27
Keluaran 30:11-34:35
I Raja 18:1-18:39
(I Raja 18:20-18:39)
Keluaran 35:1-38:20
I Raja 7:40-7:50
(I Raja 7:13-7:26)
Keluaran 38:21-40:38
I Raja 7:51-8:21
(I Raja 7:40-7:50)
Imamat 1:1-5:26
Yesaya 43:21-44:23
Imamat 6:1-8:36
Yeremia 7:21-8:3; 9:22-9:23
Imamat  9:1-11:47
II Samuel 6:1-7:17
(II Samuel 6:1-6:19)
Imamat 12:1-13:59
II Raja 4:42-5:19
Imamat 14:1-15:33
II Raja 7:3-7:20
Imamat 16:1-18:30
Yehezkiel 22:1-22:19
(Yehezkiel 22:1-22:16)
Imamat 19:1-20:27
Amos 9:7-9:15
(Ezekiel 20:2-20:20)
Imamat 21:1-24:23
Yehezkiel 44:15-44:31
Imamat 25:1-26:2
Yeremia 32:6-32:27
Imamat 6:3-27:34
Yeremia 16:19-17:14
Bilangan 1:1-4:20
Hosea 2:1-2:22
Bilangan 4:21-7:89
Hakim 13:2-13:25
Bilangan 8:1-12:16
Zechariah 2:14-4:7
Bilangan 13:1-15:41
Yoshua 2:1-2:24
Bilangan 16:1-18:32
I Samuel 11:14-12:22
Bilangan 19:1-22:1
Hakim11:1-11:33
Bilangan 22:2-25:9
Mikha 5:6-6:8
Bilangan 25:10-30:1
I Raja 18:46-19:21
Bilangan 30:2-32:42
Yeremia 1:1-2:3
Bilangan 33:1-36:13
Yeremia 2:4-28; 3:4
(Yeremia 2:4-28; 4:1-4:2)
Ulangan 1:1-3:22
Yesaya 1:1-1:27
Ulangan 3:23-7:11
Yesaya 40:1-40:26
Ulangan y 7:12-11:25
Yesaya 49:14-51:3
Ulangan 11:26-16:17
Yesaya 54:11-55:5
Ulangan  16:18-21:9
Yesaya 51:12-52:12
Ulangan 21:10-25:19
Yesaya 54:1-54:10
Ulangan 26:1-29:8
Yesaya 60:1-60:22
Ulangan 29:9-30:20
Yesaya 61:10-63:9
Ulangan 31:1-31:30
Yesaya 55:6-56:8
Ulangan 32:1-32:52
II Samuel 22:1-22:51
Ulangan 33:1-34:12
Yoshua 1:1-1:18
(Yoshua 1:1-1:9)

Narasi Kejadian 22:1-19, secara tradisional dibaca pada hari kedua perayaan Rosh Hashanah dan rujukan untuk itu muncul di sepanjang liturgi. Bahkan shofar (tanduk domba jantan) yang ditiup pada hari raya tersebut dikatakan sebagai pengingat akan peristiwa Akedah Yitskhaq (Ishak diikat) dan bagaimana Ishak kemudian selamat. Narasi tersebut muncul di Parashat Vayera (Dia memperlihatkan/meyediakan) bagian keempat dalam siklus membaca Torah tahunan yang selengkapnya dibaca dari dari Kejadian 18-22:24. Parashat Vayera tidak hanya mencakup Akedah Yitskhaq, tapi kelahiran Ishak, pembuangan Hagar dan Ismail, penghancuran Sodom dan Gomora.

Iman Abraham Teruji

Layaknya seseorang yang harus menaiki jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus melewati sebuah ujian/tes tertulis, demikianlah kehidupan memiliki saat-saat dimana seseorang harus mengalami ujian. Setidaknya inilah perspektif religius dalam memaknai sebuah peristiwa besar dan mengguncangkan yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Kisah Abraham memperlihatkan sebuah pembuktian keteladanan sikap hidup totalitas dan kesetiaan pada Tuhan alias beriman. Kejadian 22:1 dimulai dengan kalimat, “Wayehi akhar hadevarim haelle weha Elohim nissah et Avraham, wayomer elaiw, Avraham (Avraham) wayomer hinneni - Setelah semuanya itu Tuhan menguji Abraham. Ia berfirman kepadanya,  “Abraham” dan dia menjawab, “Inilah aku!”.

Apakah wujud ujian Tuhan terhadap iman Abraham? Menyerahkan anak yang dikasihinya yaitu Ishak sebagaimana dikatakan Kejadian 22:2, “Wayomer qakh na et beni et yekhido asher ahavtta et Yitskhaq welek el erets ha Moriah weha’alehu sham le’olah ‘al akhad heharim asher omer eleika - Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu”. Kitab Kejadian tidak menceritakan bagaimana respon Abraham, apakah menolak atau bernegosiasi untuk mengulur-ulur waktu sebagaimana dilakukannya terhadap kota Sodom dan Gomora yang hendak dimusnahkan Tuhan YHWH (Kej 18:22-33). Sebaliknya, Abraham keesokkan harinya menindaklanjuti dengan berkemas dan mempersiapkan kayu-kayu serta berangkat menuju tempat yang diperintahkan (Kej 22:3).

Kita hanya bisa menduga-duga bahwa semalaman Abraham bergumul dengan perintah Tuhan yang berat baginya untuk dilakukan. Bukankah anak yang bernama Ishak diperoleh sebagai tanda mukjizat Tuhan sehingga dalam usia yang sudah sangat tua, Sarah berhasil melahirkan seorang anak? (Kej 17:17) Itulah sebabnya Ishak disebut “anak tunggal” dan “yang dikasihi” karena kelahirannya adalah semata-mata mukjizat dan hanya dari Sarai dilahirkan satu anak lelaki saja sekalipun dari Hagar dilahirkan terlebih dahulu Ismael, namun status Hagar adalah hamba (shipkhah) Sarai (Kej 16:1).

Bahkan ketika telah ada di atas Bukit Moriah pun Abraham tidak digambarkan memiliki sedikitpun keraguan ketika hendak menyerahkan Ishak sebagai korban bakaran  sebagaimana dikatakan, “Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya” (Kej 22:10). Apakah Abraham tidak memiliki perasaan kehilangan dan ketidakrelaan saat dirinya hendk mengayunkan pisau untuk menyembelih Ishak? Tidak ada satupun yang tahu selain Tuhan dan Abraham sendiri. Namun dari pernyataan sebelumnya saat Ishak bertanya, “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” (Kej 22:7), maka jawaban Abraham memperlihatkan keyakinannya pada Tuhan YHWH bahwa anaknya tidak akan mengalami kematian dan Tuhan pasti menyediakan ganti Ishak dengan berkata, Elohim yireh lo hashe le’olah beni - Tuhan yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku” (Kej 22:8). Oleh karenanya saat Abraham mengayunkan pisau untuk mengorbankan Ishak tentulah kesetian, keyakinan, kepercayaan bergulat menjadi satu dengan ketakutan, kegelisahan, kekuatiran namun kepercayaan pada Tuhan YHWH lah yang akhirnya mengatasi semua pergulatan di hati dan pikiran Abraham. Abraham berhasil mengatasi subyektifitas perasaan dan pikirannya sendiri diperhadapkan pada perintah Tuhan YHWH.

Kesetiaan dan kepercayaan Abraham telah teruji sebelumnya saat dirinya menerima perintah Tuhan YHWH, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu...” (Kej 1:1). Tidak ada keraguan dan dalih atau keberatan sekedar mencari keringanan sebagaimana pernah dialami Yunus saat diutus ke Niniwe (Yun 1:3). Sebaliknya, Abraham merespon perintah Tuhan YHWH dengan mempersiapkan dirinya melakukan keberangkatan ke tanah yang asing dan belum dikenalnya sama sekali sebagaimana dikatakan, “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan YHWH kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran” (Kej 12:4). Iman adalah sebuah tindakkan lompatan kepada Yang Abadi dan Yang Mengatasi dirinya. Abraham telah melakukan sebuah lomapatan dengan pergi menuju negeri yang tidak dikenalnya sama sekali.

Melihat kesetiaan dan kepercayaan Abraham, maka Tuhan YHWH bersabda dan mencegah Abraham mengorbankan Ishak  dan berfirman, “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Tuhan, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku” (Kej 22:12). Sebagaimana iman Abraham bahwa Tuhan YHWH sanggup menyediakan (yireh), demikianlah Tuhan menggantikan Ishak dengan menghadirkan tanpa diketahui Abraham seekor anak domba penggantinya, “Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya” (Kej 22:13).

Iman Abraham dan kesetiaannya pada Tuhan YHWH diabadikan dalam surat Paulus dengan sebutan “Bapa orang beriman” (Patera pantoon toon pisteuontoon, Rm 4:11-12) dan tindakannya menyerahkan Ishak sebagai tindakkan yang didasari iman atau kepercayaan (Ibr11:17-19).

Ketaatan Ishak dan Gambaran Mesias Yang Dikorbankan

Jika Abraham memperlihatkan keteladaan kesetiaan dan kepercayaan pada YHWH demikian pula Ishak memberikan teladan perilaku ketaatan saat Abraham akhirnya menjadikan dirinya korban bakaran sementara hewan yang dia tanyakan tidak kunjung disembelih. Kita tidak melihat sedikitpun upaya Ishak untuk mengalihkan perhatian Abraham atau menolak permintaan ayahnya yang terlihat tidak masuk akal dan mencelakakan dirinya. Sebaliknya dirinya membiarkan diikat (akedah) dan hendak dikorbankan oleh ayahnya.


The Sacrifice of Isaac (1966), by Marc Chagall (fair use)

Kisah diikat dan dikorbankannya Ishak bukan sekedar kisah sejarah dan ketaatan Ishak belaka melainkan sebuah kisah istimewa dan bersifat profetis, karena sejatinya Tuhan YHWH tidak pernah mengijinkan korban persembahan manusia dan menyebutnya sebagai kekejian (toevah) sebagaimana dikatakan dalam 16 ayat dalam TaNaKh (Im 18:21; 20:1-8; Ul 12:31; 18:10; 2 Raj 13:27; 16:3; 17:17, 31; 21:6; 23:10; Yer 7:31; 19:5; Yehz 20:31; Mik 6:7; 2 Taw 28:3; 33:6).

Dalam perspektif Kristiani, tindakkan Ishak yang diikat dan dikorbankan (Kej 22:9-10) memperlihatkan gambaran Mesias yang diikat dan diserahkan sebagai korban penebus salah sebagaimana dinubuatkan dalam Yesaya 53:7, “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”. Sebagaimana Ishak disebut “anak tunggal yang dikasihi” demikianlah Yesus Sang Mesias disebut “Anak Tunggal yang dikasihi Bapa-Nya” sebagaimana dikatakan, “Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).

Para sarjana Yahudi awal, seperti Rabbi Eliezer (40-120 M) menulis bahwa Abraham percaya akan kebangkitan orang mati, “Ketika Avraham ayah kami, meletakkan pisau itu ke leher Ishak, jiwa Ishak terbang menjauh dan meninggalkannya. Akibatnya, dia meninggal...Ketika Avraham kemudian mendengar Suara Surgawi menyatakan, ‘Janganlah mengulurkan tanganmu pada anak itu', maka jiwanya kembali ke tubuh Ishak…Dengan demikian Isaac mengalami fenomena Techiyas ha Meisim (kebangkitan orang mati)...Pada saat itu, Ishak membuka mulutnya dan membacakan berkatnya: Diberkatilah Engkau yang menghidupkan orang mati” (Pirkei D'Rabbi Eliezer, Bab 31)

No comments:

Post a Comment