Dalam Yudaisme, narasi Kejadian 22:1-19 merupakan bagian
dari bacaan siklus tahunan yang disebut dengan Parashah. Istilah parashah
sendiri artinya adalah bagian
dari kitab
dalam Teks Masoretik Tanakh (Perjanjian Lama). Pembagian parashot yang ditemukan dalam gulungan Torah modern dari semua
komunitas Yahudi didasarkan pada daftar sistematis yang disediakan sebelumnya oleh Rabi Moshe Maimonides dalam bukunya Mishneh Torah, Bab XVIII
dengan judul Hukum Tefillin dan Mezuzah serta
Gulungan Torah.
Maimonides mendasarkan pembagian parashot
untuk Torah berdasarkan Codex Aleppo. Pembagian parashot untuk
kitab-kitab Nevi'im dan Ketuvim tidak pernah benar-benar terstandarisasi dalam Kitab Suci Ibrani baik edisi
cetak maupun
gulungan
tulisan tangan, sekalipun ada usaha penting untuk mendokumentasikannya dan
membuat sebuah peraturan
tetap.
Setiap minggu di sinagoga, orang Yahudi membaca (lebih
tepatnya melantunkan) bagian demi bagian dari Torah. Bagian ini disebut dengan Parashah. Ada 54 parshah, satu untuk
setiap minggu dari tahun kabisat, sehingga dalam setahun orang Yahudi membaca
keseluruhan Torah
(Kejadian -
Ulangan) dalam ibadahnya..
Selama tahun
non-kabisat, ada 50 minggu, sehingga beberapa
bagian yang lebih pendek berlipat ganda. Orang Yahudi membaca bagian terakhir dari Torah sebelum perayaan
puncak dan penutupan Sukot (Pondok
Daun) yaitu Simchat Torah (sukacita Torah), yang dilaksanakan pada bulan Oktober, beberapa minggu setelah Rosh Hashanah (Tahun Baru Yahudi). Pada
perayaan Simchat Torah, orang Yahudi membaca bagian terakhir Taurat, dan langsung
melanjutkan ke alinea pertama Kitab Kejadian
Dengan cara ini mereka menunjukkan bahwa Torah
adalah sebuah lingkaran dan tidak pernah berakhir.
Berikut daftar Parashah.
Kejadian
1:1-6:8
|
Yesaya 42:5-43:11
(Yesaya 42:5-42:21) |
|
Kejadian
6:9-11:32
|
Yesaya
54:1-55:5
(Yesaya54:1-10) |
|
Kejadian
12:1-17:27
|
Yesaya
40:27-41:16
|
|
Kejadian
18:1-22:24
|
II Raja
4:1-4:37
(II Raja 4:1-4:23) |
|
Chayei Sarah
|
Kejadian
23:1-25:18
|
I Raja1:1-1:31
|
Kejadian
25:19-28:9
|
Maleakhi
1:1-2:7
|
|
Kejadian
28:10-32:3
|
Hosea
12:13-14:10
(Hosea 11:7-12:12) |
|
Kejadian 32:4-36:43
|
Hosea
11:7-12:12
(Obadiah1:1-1:21) |
|
Kejadian 37:1-40:23
|
Amos 2:6-3:8
|
|
Kejadian
41:1-44:17
|
I Raja 3:15-4:1
|
|
Kejadian
44:18-47:27
|
Yehezekiel
37:15-37:28
|
|
Kejadian
47:28-50:26
|
I Raja 2:1-12
|
|
Keluaran
1:1-6:1
|
Yesaya
27:6-28:13; 29:22-29:23
(Yeremia 1:1-2:3) |
|
Keluaran
6:2-9:35
|
Yehezkiel 28:25-29:21
|
|
Keluaran
10:1-13:16
|
Yeremia
46:13-46:28
|
|
Keluaran 13:17-17:16
|
Hakim
4:4-5:31
(Hakim 5:1-5:31) |
|
Keluaran
18:1-20:23
|
Yesaya
6:1-7:6; 9:5-9:6
(Yesaya 6:1-6:13) |
|
Keluaran
21:1-24:18
|
Yeremia
34:8-34:22; 33:25-33:26
|
|
Keluaran
25:1-27:19
|
I Raja
5:26-6:13
|
|
Keluaran
27:20-30:10
|
Yehezkiel
43:10-43:27
|
|
Keluaran
30:11-34:35
|
I Raja
18:1-18:39
(I Raja 18:20-18:39) |
|
Keluaran 35:1-38:20
|
I Raja 7:40-7:50
(I Raja 7:13-7:26) |
|
Keluaran
38:21-40:38
|
I Raja 7:51-8:21
(I Raja 7:40-7:50) |
|
Imamat
1:1-5:26
|
Yesaya
43:21-44:23
|
|
Imamat
6:1-8:36
|
Yeremia
7:21-8:3; 9:22-9:23
|
|
Imamat 9:1-11:47
|
II Samuel
6:1-7:17
(II Samuel 6:1-6:19) |
|
Imamat 12:1-13:59
|
II Raja
4:42-5:19
|
|
Imamat 14:1-15:33
|
II Raja
7:3-7:20
|
|
Imamat 16:1-18:30
|
Yehezkiel
22:1-22:19
(Yehezkiel 22:1-22:16) |
|
Imamat 19:1-20:27
|
Amos 9:7-9:15
(Ezekiel 20:2-20:20) |
|
Imamat
21:1-24:23
|
Yehezkiel
44:15-44:31
|
|
Imamat 25:1-26:2
|
Yeremia
32:6-32:27
|
|
Imamat 6:3-27:34
|
Yeremia
16:19-17:14
|
|
Bilangan 1:1-4:20
|
Hosea
2:1-2:22
|
|
Bilangan
4:21-7:89
|
Hakim
13:2-13:25
|
|
Bilangan
8:1-12:16
|
Zechariah
2:14-4:7
|
|
Bilangan
13:1-15:41
|
Yoshua
2:1-2:24
|
|
Bilangan 16:1-18:32
|
I Samuel
11:14-12:22
|
|
Bilangan
19:1-22:1
|
Hakim11:1-11:33
|
|
Bilangan
22:2-25:9
|
Mikha 5:6-6:8
|
|
Bilangan
25:10-30:1
|
I Raja
18:46-19:21
|
|
Bilangan
30:2-32:42
|
Yeremia
1:1-2:3
|
|
Bilangan
33:1-36:13
|
Yeremia
2:4-28; 3:4
(Yeremia 2:4-28; 4:1-4:2) |
|
Ulangan
1:1-3:22
|
Yesaya
1:1-1:27
|
|
Ulangan
3:23-7:11
|
Yesaya
40:1-40:26
|
|
Ulangan y
7:12-11:25
|
Yesaya 49:14-51:3
|
|
Ulangan 11:26-16:17
|
Yesaya 54:11-55:5
|
|
Ulangan 16:18-21:9
|
Yesaya 51:12-52:12
|
|
Ulangan
21:10-25:19
|
Yesaya 54:1-54:10
|
|
Ulangan
26:1-29:8
|
Yesaya
60:1-60:22
|
|
Ulangan 29:9-30:20
|
Yesaya
61:10-63:9
|
|
Ulangan
31:1-31:30
|
Yesaya
55:6-56:8
|
|
Ulangan
32:1-32:52
|
II Samuel
22:1-22:51
|
|
Ulangan
33:1-34:12
|
Yoshua
1:1-1:18
(Yoshua 1:1-1:9) |
Narasi
Kejadian 22:1-19, secara tradisional dibaca pada hari kedua perayaan Rosh
Hashanah
dan rujukan untuk itu muncul di sepanjang liturgi. Bahkan shofar (tanduk domba jantan) yang ditiup pada hari raya
tersebut dikatakan
sebagai pengingat akan peristiwa Akedah Yitskhaq (Ishak diikat) dan bagaimana Ishak kemudian selamat. Narasi tersebut muncul di Parashat Vayera (Dia memperlihatkan/meyediakan) bagian keempat dalam
siklus membaca Torah
tahunan yang selengkapnya dibaca dari dari Kejadian 18-22:24. Parashat Vayera tidak hanya mencakup Akedah Yitskhaq, tapi kelahiran
Ishak, pembuangan Hagar
dan Ismail, penghancuran Sodom dan Gomora.
Iman Abraham Teruji
Layaknya seseorang yang harus menaiki jenjang pendidikan yang
lebih tinggi harus melewati sebuah ujian/tes tertulis, demikianlah kehidupan
memiliki saat-saat dimana seseorang harus mengalami ujian. Setidaknya inilah
perspektif religius dalam memaknai sebuah peristiwa besar dan mengguncangkan yang
terjadi dalam kehidupan seseorang. Kisah Abraham memperlihatkan sebuah pembuktian
keteladanan sikap hidup totalitas dan kesetiaan pada Tuhan alias beriman. Kejadian
22:1 dimulai dengan kalimat, “Wayehi
akhar hadevarim haelle weha Elohim nissah et Avraham, wayomer elaiw,
Avraham (Avraham) wayomer hinneni - Setelah semuanya itu Tuhan menguji Abraham.
Ia berfirman kepadanya, “Abraham” dan
dia menjawab, “Inilah aku!”.
Apakah wujud ujian Tuhan terhadap iman Abraham?
Menyerahkan anak yang dikasihinya yaitu Ishak sebagaimana dikatakan Kejadian
22:2, “Wayomer qakh na et beni et
yekhido asher ahavtta et Yitskhaq welek el erets ha Moriah weha’alehu
sham le’olah ‘al akhad heharim asher omer eleika - Firman-Nya: "Ambillah anakmu
yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria
dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung
yang akan Kukatakan kepadamu”. Kitab Kejadian tidak menceritakan bagaimana
respon Abraham, apakah menolak atau bernegosiasi untuk mengulur-ulur waktu
sebagaimana dilakukannya terhadap kota Sodom dan Gomora yang hendak dimusnahkan
Tuhan YHWH (Kej 18:22-33). Sebaliknya, Abraham keesokkan harinya
menindaklanjuti dengan berkemas dan mempersiapkan kayu-kayu serta berangkat
menuju tempat yang diperintahkan (Kej 22:3).
Kita hanya bisa menduga-duga bahwa semalaman Abraham
bergumul dengan perintah Tuhan yang berat baginya untuk dilakukan. Bukankah
anak yang bernama Ishak diperoleh sebagai tanda mukjizat Tuhan sehingga dalam
usia yang sudah sangat tua, Sarah berhasil melahirkan seorang anak? (Kej 17:17)
Itulah sebabnya Ishak disebut “anak tunggal” dan “yang dikasihi” karena
kelahirannya adalah semata-mata mukjizat dan hanya dari Sarai dilahirkan satu
anak lelaki saja sekalipun dari Hagar dilahirkan terlebih dahulu Ismael, namun
status Hagar adalah hamba (shipkhah) Sarai
(Kej 16:1).
Bahkan ketika telah ada di atas Bukit Moriah pun Abraham
tidak digambarkan memiliki sedikitpun keraguan ketika hendak menyerahkan Ishak
sebagai korban bakaran sebagaimana
dikatakan, “Sesudah itu Abraham mengulurkan
tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya” (Kej 22:10).
Apakah Abraham tidak memiliki perasaan kehilangan dan ketidakrelaan saat
dirinya hendk mengayunkan pisau untuk menyembelih Ishak? Tidak ada satupun yang
tahu selain Tuhan dan Abraham sendiri. Namun dari pernyataan sebelumnya saat
Ishak bertanya, “Di sini sudah ada api
dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” (Kej
22:7), maka jawaban Abraham memperlihatkan keyakinannya pada Tuhan YHWH bahwa
anaknya tidak akan mengalami kematian dan Tuhan pasti menyediakan ganti Ishak
dengan berkata, “Elohim yireh lo
hashe le’olah beni - Tuhan yang akan menyediakan anak domba untuk korban
bakaran bagi-Nya, anakku” (Kej 22:8). Oleh karenanya saat Abraham
mengayunkan pisau untuk mengorbankan Ishak tentulah kesetian, keyakinan,
kepercayaan bergulat menjadi satu dengan ketakutan, kegelisahan, kekuatiran
namun kepercayaan pada Tuhan YHWH lah yang akhirnya mengatasi semua pergulatan
di hati dan pikiran Abraham. Abraham berhasil mengatasi subyektifitas perasaan
dan pikirannya sendiri diperhadapkan pada perintah Tuhan YHWH.
Kesetiaan dan kepercayaan Abraham telah teruji sebelumnya
saat dirinya menerima perintah Tuhan YHWH, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini
ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu...” (Kej 1:1). Tidak ada keraguan
dan dalih atau keberatan sekedar mencari keringanan sebagaimana pernah dialami
Yunus saat diutus ke Niniwe (Yun 1:3). Sebaliknya, Abraham merespon perintah Tuhan YHWH
dengan mempersiapkan dirinya melakukan keberangkatan ke tanah yang asing dan
belum dikenalnya sama sekali sebagaimana dikatakan, “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan YHWH kepadanya, dan Lot
pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika
ia berangkat dari Haran” (Kej 12:4). Iman adalah sebuah tindakkan lompatan
kepada Yang Abadi dan Yang Mengatasi dirinya. Abraham telah melakukan sebuah
lomapatan dengan pergi menuju negeri yang tidak dikenalnya sama sekali.
Melihat kesetiaan dan kepercayaan Abraham, maka Tuhan
YHWH bersabda dan mencegah Abraham mengorbankan Ishak dan berfirman, “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah
Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Tuhan, dan engkau tidak segan-segan
untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku” (Kej 22:12). Sebagaimana
iman Abraham bahwa Tuhan YHWH sanggup menyediakan (yireh), demikianlah Tuhan menggantikan Ishak dengan menghadirkan
tanpa diketahui Abraham seekor anak domba penggantinya, “Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya,
yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu
mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya” (Kej 22:13).
Iman Abraham dan kesetiaannya pada Tuhan YHWH diabadikan
dalam surat Paulus dengan sebutan “Bapa orang beriman” (Patera pantoon toon pisteuontoon, Rm 4:11-12) dan tindakannya
menyerahkan Ishak sebagai tindakkan yang didasari iman atau kepercayaan (Ibr11:17-19).
Ketaatan Ishak dan Gambaran Mesias Yang Dikorbankan
Jika Abraham memperlihatkan keteladaan kesetiaan dan
kepercayaan pada YHWH demikian pula Ishak memberikan teladan perilaku ketaatan
saat Abraham akhirnya menjadikan dirinya korban bakaran sementara hewan yang
dia tanyakan tidak kunjung disembelih. Kita tidak melihat sedikitpun upaya
Ishak untuk mengalihkan perhatian Abraham atau menolak permintaan ayahnya yang
terlihat tidak masuk akal dan mencelakakan dirinya. Sebaliknya dirinya
membiarkan diikat (akedah) dan hendak
dikorbankan oleh ayahnya.
Kisah diikat dan dikorbankannya Ishak bukan sekedar kisah
sejarah dan ketaatan Ishak belaka melainkan sebuah kisah istimewa dan bersifat
profetis, karena sejatinya Tuhan YHWH tidak pernah mengijinkan korban
persembahan manusia dan menyebutnya sebagai kekejian (toevah) sebagaimana
dikatakan dalam 16 ayat dalam TaNaKh (Im 18:21; 20:1-8; Ul 12:31; 18:10; 2 Raj
13:27; 16:3; 17:17, 31; 21:6; 23:10; Yer 7:31; 19:5; Yehz 20:31; Mik 6:7; 2 Taw
28:3; 33:6).
Dalam perspektif Kristiani, tindakkan Ishak yang diikat dan
dikorbankan (Kej 22:9-10) memperlihatkan gambaran Mesias yang diikat dan
diserahkan sebagai korban penebus salah sebagaimana dinubuatkan dalam Yesaya
53:7, “Dia dianiaya, tetapi dia
membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang
dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”. Sebagaimana Ishak disebut “anak
tunggal yang dikasihi” demikianlah Yesus Sang Mesias disebut “Anak Tunggal yang
dikasihi Bapa-Nya” sebagaimana dikatakan, “Karena
begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).
Para sarjana Yahudi awal, seperti Rabbi Eliezer (40-120 M)
menulis bahwa Abraham percaya akan kebangkitan orang mati, “Ketika Avraham ayah kami, meletakkan pisau itu ke leher
Ishak, jiwa Ishak terbang menjauh dan meninggalkannya. Akibatnya, dia
meninggal...Ketika
Avraham kemudian mendengar Suara Surgawi menyatakan, ‘Janganlah mengulurkan tanganmu pada
anak itu', maka jiwanya kembali ke tubuh Ishak…Dengan demikian Isaac mengalami
fenomena Techiyas ha Meisim
(kebangkitan orang mati)...Pada
saat itu, Ishak membuka mulutnya dan membacakan berkatnya: Diberkatilah Engkau
yang menghidupkan orang mati” (Pirkei D'Rabbi Eliezer, Bab 31)
No comments:
Post a Comment