Thursday, September 28, 2017

YOM KIPPUR DAN MOMENTUM BERDAMAI DENGAN TUHAN DAN BERDAMAI DENGAN SESAMA

Pengorbanan Yesus Dalam Perayaan Yom Kippur

Rasul Yohanes menggemakan makna Yom Kippur menunjuk pada karya pengorbanan Yeshua dengan mengatakan, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yoh 2:2). Penulis Kitab Ibrani menggemakan hal yang sama, “Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Tuhan...”(Ibr 10:11-12).

Karena Rosh ha Shanah dan Yom Kippur berdekatan dan berjarak sepuluh hari, maka perayaan Yom Kippur menjadi sangat penting. Apa yang telah dimulai pada bulan Tishri sebagai evaluasi diri dan pertobatan maka pada hari kesepuluh digenapi dengan penebusan dan pengampunan. Sejak Bait Suci di Yerusalem hancur pada tahun 70 Ms. maka muncul kebingungan diantara para rabbi, mengenai bagaimana pelaksanaan korban Yom Kippur yang berpusat di Bait Suci. Pada perkembangannya para rabbi membuat korban pengganti melalui Tseloshah Taw atau “TIGA T” yaitu: Tefilah (doa), Tsedaqah (perbuatan baik, derma) dan Teshuvah (pertobatan).

Perayaan Yom Kippur (hari pendamaian) menunjuk pada pendamaian dosa-dosa kolektif Bangsa Yisrael terhadap YHWH dengan penyembelihan hewan setahun sekali. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada karya Yesus sebagai korban pendamaian sejati. Barney Kasdan dalam bukunya, God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays (p.77-78) memberikan penjelasan mengenai Yom Kippur, “Berdasarkan Imamat 16, ritual Yom Kippur berpusat pada persembahan dua korban kambing. Yang satu dinamai dengan Khatat yang akan disembelih sebagai lampang penghapusan dosa Yisrael. Sementara kambing yang satu diberi nama Azazel. Kambing ini tidak disembelih namun dibuang ke hutan dan ditandai kain merah kesumba. Kambing ini sebagai lambang dosa Yisrael yang dibuang. Ritual di atas merupakan ketetapan Tuhan yang agung, yaitu mengenai penebusan dan pengampunan melalui korban pengganti”

Mengapa Kematian dan Pengorbanan Yesus Dirayakan Saat Pesakh dan Yom Kippur?
Jika kita kembalikan makna Pesakh Israel pada tanggal 14 Nisan adalah perayaan pembebasan leluhur Israel dari tulah maut di Mesir melalui torehan darah di ambang pintu mereka masing-masing (Kel 12:13). Saat jamuan Seder Pesakh 14 Nisan, Yesus memberikan makna baru terhadap Pesakh yaitu peringatan akan penderitaan dan kewafatan diri-Nya yang ditandai dengan makan roti tidak beragi dan anggur tanpa fermentasi (Luk 22:19-20). Kematian Yesus adalah korban Paskah sejati yang membebaskan umat Israel dan non Israel yang menerima Dia sebagai Mesias dan Anak Tuhan (1 Kor 15:7)

Sementara Hari Raya Pendamaian adalah sebuah hari pengampunan dosa yang diberikan Tuhan YHWH bagi Bangsa Israel setiap tahunnya. Dosa-dosa perbuatan Israel dibersihkan, didamaikan dengan Tuhan melalui pengorbanan hewan yang telah ditetapkan yaitu kambing Azazel.

Siapakah Azazel?

Nama Azazel muncul dalam Kitab Imamat 16 sebanyak 3 kali yaitu dalam Imamat 16:8, 10, 26 sbb:

“dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi YHWH dan sebuah bagi Azazel”

“Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan YHWH untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun”

“Maka orang yang melepaskan kambing jantan bagi Azazel itu harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan sesudah itu barulah boleh masuk ke perkemahan”

Siapakah sebenarnya Azazel itu? Jika kita membuka referensi tafsir baik tafsir Yudaisme dan Kristen serta berbagai literatur kuno seperti kitab-kitab Apokripha yang tidak termasuk dalam daftar kanon, ada beraneka ragam tafsir mengenai siapa dan bagaimana Azazel tersebut.

Azazel dalam Literatur Talmudik

Menurut tafsir rabi-rabi Yahudi dalam Talmud (Talmud adalah kumpulan tafsir, debat, pendapat para rabbi yang dikumpulkan dalam dua tahap yaitu pada tahun 200 Ms yang dinamai Mishnah dan pada tahun 500 Ms yang dinamai Gemara), Azazel dihubungkan dengan kata Azaz (kasar, curam) dan El (kuat) yang menunjuk pada pegunungan curam yang kasar dan terjal kemana kambing hitam akan dibuang pada Yom Kippur sejak zaman Bait Suci dibangun (Yoma 67b; Sifra Ahare ii.2; Targum Yerusalem Lev xiv.10)

Azazel dalam Tafsir Rabinik Abad Pertengahan

Menurut tafsir para rabi Yahudi di Abad Pertengahan seperti Nachmanides (1194-1270) menyamakan Azazel sebagai nama roh jahat yaitu Samael. Menurut Nachmanines, korban Azazel bukan diperuntukkan bagi Azazael sebagai dewa namun sebagai simbol yang menampilkan gagasan bahwa dosa dan kejahatan umat di buang ke dalam tempat penghancuran sebagai lambang ketidaksucian atau kenajisan. Terbukti dengan dibuangnyua salah satu kambing ke padang gurun menunjukkan bahwa  Azazael tidak setara dengan Tuhan. Sebaliknya kambing Azazael dikontraskan dengan kekudusan Tuhan.

Demikian pula dengan Maimonides (1134-1204) menyatakan, bahwa ritual ini merupakan simbolisasi karakter dan pengabdian untuk menekankan pada manusia sebuah pemikiran yang jelas dan menuntunya pada pertobatan seolah-olah mengatakan, “Kami telah membebaskan diri kami dari perbuatan-perbuatan-perbuatan sebelumnya. Buanglah ke belakang kami dan halaukan mereka dari kami sejauh mungkin”.

Azazael Dalam Literatur Apokrifa

Dalam referensi non Kanonik yaitu Kitab Apokripa khususnya Kitab Henok (ditulis sekitar tahun 300-200 sM dalam bahasa Aramaik, Ibrani. Salah satu pasal dari Kitab Henok yaitu Ps 1:9 dikutip dalam Kitab Yudas 1:14-15) dilaporkan mengenai nama malaikat yang jatuh bernama Azazel. Nama Azazael disebut beberapa kali dalam Kitab Henok yaitu 1 Henok 10:8 (melaporkan bahwa dunia yang telah rusak jatuh dalam kekuasaan Azazel), 1 Henok 2:8 (melaporkan penghukuman terhadap Azazel di api neraka oleh Tuhan), 1 Henok 8:1-3 (melaporkan bahwa Azazel mengajarkan pada manusia berbagai kepandaian membuat pedang, pisau, strategi perang, merias wajah dll. Namun kemudian Azazel mengakibatkan banyak kerusakan di bumi sehingga membuat para mailat seperti Raphael mengikat Azazel dan membuat lupang di padang Gurun Dudael (Bet ha Dudo) serta melemparkannya ke dalam tempat paling gelap)

Dalam naskah non Kanonik lainnya yaitu Wahyu Abraham (Apocalypse of Abraham) melaporkan mengenai Azazael yang dihubungkan dengan nama burung najis yang mendekati Abraham saat mempersembahkan korban. Burung tersebut berkata pada Abraham, “Apa yang sedang kamu lakukan di tempat tinggi ini Abraham? Di sini tidak ada minuman dan makanan bagi manusia? Semua akan dimakan oleh api dan membubung ke atas dan api itu akan melahapmu juga”. Kemudian saat Abraham melihat burung tersebut maka Abraham bertanya pada malaikat, “Apakah ini Tuan?” dan malaikat itu menjawab, “Ini adalah keaiban – inilah Azazel!”. Malaikat itu menghardik demikian, “Sungguh tidak tahu malu kamu, Azazel! Bagian Abraham adalah di Surga dan bagianmu adalah di bumi karena kamu telah memilih berada di sini dan terpikat pada tempat cemar di bumi. Oleh karenanya sang Pengatur Yang Kekal telah memberikan tempat bagimu di bumi. Melaluimu, semua roh-roh jahat adalah pendusta dan melaluimu datang kemarahan dan penggoidaan terhadap keturunan manusia yang hidupnya tidak saleh” (Abr 13:4-9). Dalam pasal-pasal berikutnya nama Azazel dihubungkan dengan penghukuman Tuhan bersama pengikut Azazael yaitu orang fasik (Abr 31:5 dan Abr 14:5-6)

Azazel Dalam Tafsir Kekristenan

Cyrilius dari Alexandria menggambarkan kata Yunani Apompaios dalam Septuaginta (Kitab TaNaKh dalam terjemahan Yunani) yang menerjemahkan kata Ibrani Azazel sebagai lambang Mesias yang akan dikorbankan. Origenes menghubungkan Azazel dengan Satan

Yom Kippur Dan Momentum Berdamai Dengan Tuhan dan Sesama

Dalam upacara Yom Kippur dan pengorbanan hewan kita melihat bayangan Mesias yang menderita dan mati sebagai korban Pendamaian. Oleh karenanya saat Perayaan Yom Kipur kita, merayakan karya penebusan dan pendamaian yang dilakukan oleh Yesus Sang Mesias melalui kematian dan pengorbanan-Nya sekaligus menjadi hari dimana kita mengakui segala dosa-dosa kita selama satu tahun dihapuskan di hari yang mulia tersebut.

Sebagai orang Kristen kita telah mendapatkan pengetahuan bahwa kematian Yesus merupakan Pendamaian sejati antara manusia dan Tuhan sebagaimana dikatakan:

“Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yoh 2:2)

“Karena Tuhan itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Tuhan dan manusia, yaitu manusia Mesias Yesus” (1 Tim 2:5)

Kita tidak memerlukan darah korban binatang ataupun korban bagi Azazel karena Mesias adalah korban sejati kita sehingga kita telah dihapus dari kutuk dosa yaitu maut kekal. Namun demikian, Kekristenan tetap melestarikan ibadah Yom Kippur (Pendamaian) sebagai warisan dan tradisi iman dalam sudut pandang Kristologis dengan perayaan yang berfokus pada karya Yesus Sang Mesias yang telah menjadi korban pendamaian bagi kita.

Saat merayakan Hari Pendamaian (Yom Kippur) kita menjadikan hari tersebut sebagai momentum untuk melakukan hal-hal terpuji sbb: Pertama, mengakui dosa dan kesalahan kita di hadapan YHWH akibat berbagai pelanggaran kita dalam satu tahun. Kedua, bukan hanya mengakui dosa melainkan mengampuni mereka yang berbuat salah dan kejahatan terhadap kita. Ketiga, saling bermaafan satu sama lain. Keempat, merayakan dengan rasa syukur bahwa kita telah memiliki Pendamai yang sejati yaitu Mesias yang mengantarai kita kepada Bapa melalui pengorbanan dirinya di kayu salib.

No comments:

Post a Comment