Thursday, October 5, 2017

PERAYAAN PONDOK DAUN SEBAGAI WUJUD PENEGASAN IMAN PERIHAL DATANGNYA LANGIT DAN BUMI YANG BARU


Tuhan dan Kehidupan Surgawi

Dalam sebuah wawancara dengan majalah The Guardian (16/5/2011), fisikawan Stephen Hawking mengatakan bahwa konsep kehidupan kekal dan surga hanyalah dongeng belaka. "Saya menganggap otak seperti komputer yang akan berhenti bekerja ketika komponennya rusak. Tidak ada kehidupan setelah mati ataupun surga bagi komputer rusak itu. Semua itu cuma dongeng bagi orang-orang yang takut akan kegelapan," urai Hawking yang juga penulis buku best seller A Brief History of Time pada tahun 1988 ini.

Dalam wawancara itu, Hawking juga mengemukakan bahwa terjadi fluktuasi kuantum pada masa awal semesta menciptakan galaksi, bintang, dan kehidupan, termasuk manusia. "Ilmuwan memprediksikan bahwa ada banyak semesta yang tercipta secara spontan. Adalah masalah kesempatan saja kita ada di dalamnya," kata Hawking.

Pernyataan tersebut juga mempertegas isi buku The Grand Design karyanya yang dipublikasikan pada 2010. Buku itu menyatakan bahwa penciptaan semesta dan eksistensinya tak perlu peran serta Tuhan. Gagasan Hawking yang kontroversial itu menyulut perdebatan dengan para pemuka agama. Pertanyaannya kemudian, ketika kehidupan kekal dan surga tak ada, apa yang harus dilakukan manusia dalam hidupnya? Hawking mengemukakan bahwa hakikat kehidupan adalah menemukan makna dari tindakan yang dilakukan. "Kita harus menemukan nilai tertinggi dari tindakan kita," cetus Hawking (Hawking: Surga Itu Cuma Dongeng - sains.kompas.com).

Pernyataan Stephen Hawking di atas lebih daripada sebuah ungkapan keyakinan pribadi daripada hasil pembuktian ilmiah tentang Tuhan dan Sorga. Jika kita perhatikan, seluruh sistem dan gerak dalam alam semesta khususnya kehidupan di bumi mencerminkan keteraturan, harmoni, sistematis, hukum yang mengatur keseimbangan. Mari kita perhatikan beberapa keteraturan dan keseimbangan berikut ini:

Tingkat eksentrisitas bumi (kemiringan rotasi bumi) berada dalam angka 2%. Jika kemiringan bumi saat berotasi mendekati angka 0% maka berbentuk lonjong dan jika mendekati angka 1% maka akan berbentuk datar. Dengan kisaran angka kemiringan 2% maka rotai bumi seperti lingkaran. Jika mendekati kemiringan 1% maka lautan kita akan menguap karena terlalu dekat dengan matahari dan membeku jika menjauh dari matahari (Noel Hornor, Planet Earth; Lucky Accident or Master Handiwork?, Good News Magazine, March-April 2012, p. 5).

Kadar oksigen dalam atmosfir bumi berjumlah 21%. Dengan jumlah sedemikian, kehidupan bumi dapat terjamin. Apa yang terjadi jika kadar oksigen 25%? Akan ada ledakan besar secara tiba-tiba. Apa yang akan terjadi jika kadar oksigen 15%? Manusia akan mengalami mati lemas (Ibid.,). Bumi kita senantiasa dibombardir cahaya radiasi matahari. Tingkat transparansi atmosfir bumi sebagai penyaring radiasi matahari sangat berpengaruh terhadap kehidupan di bumi. Jika atmosfir bumi terlalu terang akan menimbulkan efek bagi manusia berupa kanker kulit. Namun jika atmosfitr bumi kurang terang maka akan menimbulkan ketiadaan kemampuan foto sintesis pada tanaman hijau yang mengubah air, mineral serta karbon dioksida menjadi oksigen (Ibid., p. 6).

Beberapa fakta di atas memperlihatkan pada kita bahwa alam semesta dan kehidupan di bumi bergerak dalam sinergi yang harmoni. Ada hukum yang mengatur semua keseimbangan tersebut. Dan jika keseimbangan itu dirusak maka akan terjadi dampak yang merusak kehidupan alam semesta termasuk bumi. Mazmur 119:91 mengatakan, “lemishpateka admu, ki hakol avadeka” (menurut hukum-hukum-Mu semuanya itu ada sekarang, sebab segala sesuatu melayani Engkau). Demikian pula dikatakan dalam Mazmur 33:9, “ki hu amar wayehi hu, tsiwah waya’amod” (sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada).

Jika Steven Hawking mengatakan, “permulaan alam semesta telah diatur berdasarkan hukum-hukum sains dan tidak memerlukan satuan gerak yang digerakkan oleh seorang tuhan”, lantas bagaimana mungkin alam semesta dan bumi yang begitu teratur dan memenuhi hukum konstanta dalam dinamika alam dan kehidupan dihasilkan dari sebuah kebetulan belaka dan tanpa rancangan agung? Bagaimana sebuah kebetulan dan tanpa rencana menghasilkan keteraturan dan hukum yang teratur?

Dengan melihat keteraturan, sinergi dan konstanta dalam gerak kehidupan di alam semesta dan bumi khususnya kita sampai pada pribadi agung yang menciptakan segala keteraturan dan hamonitas tersebut. Maka benarlah pernyataan, “hashamayim mesaprim kevod El, umaasyeh yadaiw maggid haraqiya” (Langit menceritakan kemuliaan Tuhan, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya – Mzm 19:2).

Jika ketidakpercayaan pada Tuhan dan Sorga adalah sebuah ungkapan keyakinan dari sekelompok ilmuwan dan bukan penemuan ilmiah, maka semua orang yang beragama termasuk penganut Kristiani baik ilmuwan maupun non ilmuwan pun memiliki sebuah keyakinan sekalipun keyakinan tersebut berbeda. Bagi orang Kristiani – baik ilmuwan maupun non ilmuwan – memulai dari titik berangkat keyakinan bahwa Tuhan itu ada maka kehidupan kekal surgawi itupun ada. Harmonitas hukum-hukum di alam semesta menjadi penanda secara tidak langsung adanya Tuhan yang tidak terlihat tersebut.

Perayaan Profetik Datangnya Pemerintahan Mesias dan Langit dan Bumi Yang Baru

Apa hubungan perihal kepercayaan pada Tuhan dan kehidupan kekal surgawi dengan perayaan Sukot? Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Sukot (Pondok Daun) adalah perayaan puncak dari Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim) yang ditetapkan YHWH di Sinai untuk memperingati penyertaan Tuhan YHWH terhadap leluhur Israel selama berada di padang gurun (Im 23: 39-43). 

Namun Sukot juga merupakan perayaan yang bermakna profetik karena dihubungkan dengan pemerintahan YHWH di akhir zaman sebagaimana dinubuatkan dalam Zakaria 14:16 sbb: "Maka semua orang yang tinggal dari segala bangsa yang telah menyerang Yerusalem, akan datang tahun demi tahun untuk sujud menyembah kepada Raja, YHWH semesta alam, dan untuk merayakan hari raya Pondok Daun".

Merayakan Tujuh Hari YHWH bukan hanya merayakan peristiwa historis untuk memperingati tindakan YHWH terhadap umat Israel kuno yang tergambar dalam perayaan-perayaan tersebut (Im 23:1-44) namun sekaligus merayakan peristiwa Kristologis dan Soteriologis yang dikerjakan oleh Yesus Sang Mesias yang terdesain/terpola dalam perayaan-perayaan tersebut (Kol 2:16). Tidak mengherankan apabila rasul-rasul Yesus menghubungkan seluruh peristiwa Kristologis dan Soteriologis tersebut dengan tipologis dalam Tujuh Hari Raya sehingga muncul ayat-ayat sbb:

“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias” (2 Kor 5:17)

“Tetapi yang benar ialah, bahwa Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Kor 15:20)

“Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuhan berbunyi, maka Tuan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini”(1 Tes 4:16-18)

"Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia" (1 Yoh 2:2)

Dalam perspektif iman Kristiani yang berakar pada akar Ibrani atau akar Semitik-Yudaik (saya menyebutnya Mazhab Yudeo Kristen), Hari Raya Sukot juga merujuk pada kelahiran Yesus Sang Mesias. Jika kita perhatikan dalam Yohanes 1:14, frasa “diam diantara kita dalam bahasa Yunaninya tertulis eskenoosen en hemin”. Kata Yunani eskenosen (εσκηνωσεν) dari kata kerja skenoo (σκηνω) yang artinya “membentangkan kemah”. Kata ini diterjemahkan dalam Hebrew New Testament, yaitu terjemahan dalam bahasa Ibrani modern untuk komunitas Yahudi, dengan kata yishkon (וישכן) dari kata shakan (שכן) yang artinya “kemah”.


Mitch dan Zhava Glaser melukiskan perayaan Sukot kaitannya dengan Yohanes 1:14 sbb: “Jesus is God tabernacling among men. The word ‘dwelt’ in Greek implies a temporary dwelling, a sukkah booth. Jesus is God’s ultimate sukkah booth. For God, in Jesus Christ, tabernacle among men. As the Temple was a temporary dwelling for the Shekinah, so Jesus tabernacling among us manifested the glory of God. He is the source of light and life to all who believe” (Yesus adalah tabernakel Tuhan di antara kita. Kata Inggris ‘dwelt’ dalam bahasa Yunani bermakna tempat tinggal sementara, kemah sukah. Yesus adalah kemah sukah sejati. Karena Tuhan di dalam Yesus Sang Mesias, berkemah di antara manusia. Sebagaimana Bait Suci merupakan tempat tinggal sementara bagi Shekinah, maka Yesus yang berkemah di antara ita memantulkan kemuliaan Tuhan. Yesus adalah sumber terang dan kehidupan bagi siapapun yang percaya – The Fall Feast of Israel, 1987:185).

Dalam perspektif Iman Kristiani, Sukkot bukan hanya berbicara perihal kelahiran Yesus Sang Mesias yaitu berkemahnya Sang Firman dalam rupa manusia di tengah-tengah manusia, namun Sukot berbicara perihal kehidupan kekal surgawi di mana Tuhan YHWH bersama Yesus Sang Mesias Putra-Nya akan memerintah baik dalam Kerajaan 1000 Tahun Damai di bumi (Zakharia 14:7-9, 16 - Why 20:1-15) maupun kehidupan kekal surgawi yang akan diberikan sebagai upah bagi para Tsadik (orang benar) dan Khasid (orang saleh) yang mematuhi sabda-Nya (Yes 65:17 – Why 21:1-27)

Rasul Yohanes melukiskan dan menuliskan apa yang dia lihat perihal “langit dan bumi yang baru yang keluar dari Tuhan dari sorga” sbb, "Lihatlah, kemah Tuhan  ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Tuhan mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Why 21:3-4). Perhatikan frasa Yunani skene tou Theou yang diterjemahkan dalam Hebrew New Testament dengan mishkan Elohim dan oleh Lembaga Alkitab Indonesia diterjemahkan, “Kemah Tuhan”. Perhatikan pula kata Yunani, skenoosei yang diterjemahkan oleh Hebrew New Testament dengan sakan dan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, “diam” atau “tinggal”.

Mitch dan Zhava Glaser menyimpulkan pembacaan teks Wahyu 21:1-4 sbb: “Ultimately, the whole earth become the sukkah booth of God and He will reign in the presence of His Son for all eternity” (Akhirnya, seluruh bumi menjadi kemah Tuhan dan Dia akan memerintah melalui kehadiran Putra-Nya untuk selamanya – The Fall Feast of Israel, 1987:213).

Hari Raya Rosh ha Shanah dan Sukot adalah hari-hari raya yang bersifat profetik. Rosh ha Shanah mengingatkan pada kita suatu hari shofar (sangkakala) Tuhan berbunyi dan Mesias datang untuk kedua kalinya menjemput orang beriman dan mengadili dunia. Sukot mengingatkan pada kita perihal datangnya Kerajaan Mesias selama 1000 Tahun damai di bumi serta kemuliaan surgawi yang akan dialami orang-orang benar.

Jika hari ini kita masih harus bergumul dengan begitu banyak persoalan dan memenuhi kewajiban serta tanggung jawab sebagai manusia di dunia. Jika kita hari mengalami begitu banyak air mata dan penderitaan. Ingatlah, pada suatu hari kelak, kita tidak akan mengalami semua rasa sakit dan kesedihan itu karena di langit dan bumi yang baru atau di kehidupan kekal surgawi tidak ada ratap tangis dan air mata sebagaimana dikatakan, Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Why 21:4).

Marilah kita merayakan Sukot (Pondok Daun) dengan keyakinan dan rasa syukur bahwa Tuhan YHWH telah memberikan pada kita Yesus (Yahshua/Yeshua) sebagai Mesias dan Anak Tuhan yang membebaskan kita dari kutuk dosa dan mengajarkan kita hidup dalam Torah-Nya. Melalui perayaan Sukot pula kita mempertegas iman dan pengharapan kita bahwa Yesus akan memerintah sebagai Raja di Kerajaan 1000 Tahun damai dan langit serta bumi yang baru yaitu kehidupan kekal surgawi yang diberikan sebagai upah bagi kita yang bertekun dalam sabda-Nya.

Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Selamat merayakan Sukot (Pondok Daun 1- 10 Tishri 5778/ 5-11 Oktober 2017). Tuhan YHWH Bapa Surgawi memberkati dalam nama Yesus Sang Mesias Putra-Nya Yang Tunggal. Amin

1 comment:

  1. Apakah Yesus datang untuk membatalkab Torah atau mengalahkan kuasa maut? Tidak ada satu ayatpun yang mengatakan bahwa Yesus datang untuk membebaskan manusia dari Torah tapu dari kutuk dosa

    http://bet-midrash.blogspot.co.id/2016/12/membebaskan-dari-torah-atau-membebaskan.html?m=1

    ReplyDelete