Wednesday, March 14, 2018

TUHAN BERKUASA MENGUBAH SAAT DAN WAKTU


Pada 106 tahun yang lalu, para pejuang nasionalis di Tiongkok mendeklarasikan berdirinya negara republik. Setelah 2.000 tahun diperintah para raja, Tiongkok bukan lagi berbentuk kekaisaran melainkan menjadi negara Republik China. 

Menurut sejarawan Edward J. M. Rhoads dalam bukunya, Manchus & Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861-1928, peristiwa itu dikenal dengan Revolusi Xinhai (Hsinhai), yang juga populer disebut Revolusi 1911 atau Revolusi China. 

Para tokoh nasionalis, seperti Dr Sun Yat-sen, saat itu berhasil menggalang pemberontakan untuk menjungkalkan kekaisaran dinasti Qing, yang telah berkuasa sejak 1644. Hasilnya, "Kaisar Terakhir" China, Pu Yi, resmi turun dari kekuasaan pada 12 Februari 1912. 

Nasib Puyi sebagai kaisar Cina sungguh memilukkan dan memprihatinkan. Kisahnya ditulis oleh Pu Yi dalam Otobiografinya yaitu The Last Emperor (difilmkan dengan judul yang sama oleh Bernardo Bertolucci, 1987). Pernah bekerjasama dengan Jepang dan diangkat menjadi kaisar boneka, Pu Yi dicap sebagai kolaborator. 

Pada 1945, dalam suasana Perang Dunia II, Pu Yi ditangkap pasukan Soviet dan dibawa ke Chita, Siberia. Selama tujuh hari berturut-turut Pu Yi diperiksa di pengadilan penjahat perang. Oleh Rusia, ia diserahkan ke rezim Komunis pimpinan Mao. Masuk dalam penjara, dan wajib mengikuti belajar “menjadi komunis”. Komunis memberlakukan metode cuci otak, untuk mereformasi pikiran orang-orang feodal menjadi komunis sejati. 

Di sinilah ia kehilangan segalanya. Anak buah, keluarga, dan para pelayannya berbalik menjadi musuh. Di dalam penjara, ia menjadi objek hinaan dan pelecehan. Tragis, seorang Kaisar yang terbiasa dilayani, tiba-tiba harus mencuci baju sendiri, mengambil makanan sendiri. 

Di penjara dirinya menjadi objek tertawaan dan olok-olok dikarenakan ia memang tak bisa mencuci. Pada 1 Oktober 1949, Mao Tse Tung resmi membentuk Republik Rakyat China. Pu Yi sendiri baru menikmati kemerdekaan dirinya sepuluh tahun kemudian ketika Mao mengumumkan pemberian amnesti kepada para tahanan perang, termasuk Pu Yi. 

Demikianlah pengalaman pahit mantan kaisar digambarkan dalam film di atas. Pada 17 Oktober 1967, Pu Yi wafat dan dimakamkan di samping makam kaisar sebelumnya, Kaisar Kuang Hsu. 

Kisah historis di atas hanyalah ilustrasi untuk untuk menghantarkan kita pada sebuah kesadaran bahwa YHWH berdaulat atas segalanya (waktu dan kekuasaan dll). 

Pergantian  kekuasaan politik tidak lepas dari kedaulatan-Nya sebagaimana dikatakan, "Dia mengubah saat dan waktu, Dia memecat raja dan mengangkat raja, Dia memberi hikmat kepada orang bijaksana dan pengetahuan kepada orang yang berpengertian" (Dan 2:21). Ya, Dia adalah Penguasa Saat dan Waktu,   והוא מהשׁנא עדניא וזמניא (wehu mekhashney 'idanayya wezimnayya).

Bahkan jika Tuhan YHWH berkehendak dan menunjukkan kekuasaan-Nya melalui kekuatan alam yang murka, maka tiada satupun menjadi mahluk yang istimewa melainkan sama nasibnya sebagaimana dikatakan, "Sesungguhnya, YHWH akan menanduskan bumi dan akan menghancurkannya, akan membalikkan permukaannya, dan akan menyerakkan penduduknya. Maka seperti nasib rakyat demikianlah nasib imam, seperti nasib hamba laki-laki demikianlah nasib tuannya, seperti nasib hamba perempuan demikianlah nasib nyonyanya, seperti nasib pembeli demikianlah nasib penjual, seperti nasib peminjam demikianlah nasib yang meminjamkan, seperti nasib orang yang berhutang demikianlah nasib orang yang berpiutang" (Yes 24:1-2). 

Jika Tuhan YHWH berkuasa dan berdaulat mengubah waktu dan keadaan serta kekuasaan, biarlah kita senantiasa berlindung dan bernaung dalam kekuatan tangan-Nya dan meminta Dialah yang dengan kekuasaan dan kedaulatan-Nya mengubah kekurangan  menjadi kelimpahan, penderitaan menjadi kebahagiaan, kemiskinan menjadi kekayaan sebagaimana dikatakan, "YHWH mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. YHWH membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga. Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab YHWH mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan" (1 Sam 2:6-8).

Perubahan tidak akan datang dengan sendirinya. Bahkan perubahan nasib. Kita lakukan apa yang menjadi bagian kita dan biarkan Tuhan melakukan apa yang menjadi bagian-Nya. Yang perlu kita lakukan adalah memaksimalkan semua potensi dan energi yang kita miliki, memaksimalkan modal kapital dan sosial kita kemudian bekerjasamalah Dengan-Nya Sang Pengubah Saat dan Waktu agar dikemudian hari kita memperoleh kebaikkan-Nya

No comments:

Post a Comment