Wednesday, March 28, 2018

MEMAHAMI LATAR BELAKANG IBRANI PERJAMUAN MALAM (LAST SUPPER) YAITU SEDER PESAKH


Yesus wafat di kayu salib, terkubur di rahim bumi tiga hari serta bangkit pada hari ketiga adalah fakta historis yang tertulis dalam keempat Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes). Namun Kekristenan memiliki keragaman penghayatan bagaimana mengingat dan mengenang kembali peristiwa-peristiwa historis teologis tersebut.

Setidaknya saat ini ada tiga varian penghayatan gereja terhadap peristiwa kewafatan dan kebangkitan Yesus. Pertama, merayakan dalam rangkaian apa yang disebut Pekan Suci. Saat ini bukan hanya umat Katolik namun sejumlah umat Protestan menghayati peristiwa kewafatan dan kebangkitan Yesus dalam bingkai Pekan Suci. 

Adapun Pekan Suci meliputi kronologi sbb, Minggu Palma (peringatan masuknya Yesus ke Yerusalem dengan mengendarai keledai dan disambut dengan sorak sorai sambil menggerakkan daun palem sebelum memasuki Paskah), Kamis Putih (Perjamuan Terakhir/Ekaristi), Jumat Agung (sengsara dan kewafatan Yesus), Sabtu Sunyi dan Malam Paskah (masa Yesus terbaring dalam bumi), Minggu Paskah (kebangkitan Yesus dari kematian).

Kedua, merayakan dalam rangkaian sebagaimana tertulis dalam kalender gerejawi umum yaitu Jumat Agung dan Minggu Paskah. Jumat Agung diperingati sebagai sengsara dan kewafatan Yesus Sang Mesias di kayu salib sementara Minggu Paskah diperingati sebagai kebangkitan Yesus dari kematian di hari yang ketiga. 

Ketiga, merayakan dalam bingkai hari raya yang dirayakan pula oleh penganut Yudaisme yaitu Pesakh, ha Matsah (memakan roti tidak beragi selama 7 hari), Bikurim/Sfirat ha Omer (Buah Sulung/Penghitungan Omer). Dalam bingkai ketiga ini, perayaan Paskah dipahami bukan sebagai hari kebangkitan melainkan sengsara dan kewafatan Yesus dan ditandai dengan melakukan Jamuan Seder Pesakh (kelak akan menjadi apa yang disebut "Ekaristi" atau "Perjamuan Kudus") pada tiap tanggal 14 Nisan. Sementara hari kebangkitan Yesus diperingati pada saat jatuh perayaan Buah Sulung. Dalam catatan historis, penghayatan demikian pernah berlangsung di lingkungan jemaat Kristiani Yahudi sampai Abad 2 Ms. dan disebut oleh jemaat Kristiani non Yahudi dengan julukan Quartodecimani (asal kata dari angka 14 dalam Imamat 23:5 yang jika diterjemahkan dalam bahasa Latin Kitab Vulgata dengan sebutan quarta decima), yaitu jemaat Kristen Yahudi yang tetap melaksanakan Paskah pada 14 Nisan sesuai kalender Yahudi.

Terlepas dari keragaman dan kekayaaan penghayatan dalam kekristenan terhadap peristiwa historis teologis kewafatan dan kebangkitan Yesus, menarik untuk menelaah apa yang dilakukan Yesus sebelum dirinya ditangkap prajurit Romawi atas tuduhan sejumlah imam Yahudi hingga berakhir pada eksekusi mati di kayu salib. Yesus mengajak murid-muridnya mengadakan perjamuan malam sebagaimana dituturkan dalam Injil Sinoptik. Kita memilih narasi salah satu dari ketiga narasi yang dituturkan dalam ketiga Injil Sinoptik yaitu Lukas 22:14-23.

Membaca perikop Lukas 22:14-23, tanpa memahami latar belakang sejarah dan keagamaan serta kebudayaan Yahudi Abad 1 Ms akan membuat kita kehilangan akar historis dan essensi dibalik peristiwa tersebut. Kekristenan Barat menyebut peristiwa tersebut dengan Last Supper (Perjamuan Terakhir). Namun apakah ini sebuah peristiwa perjamuan makan malam biasa atau sebuah ritual yang telah ada sebelumnya di mana Yesus dan murid-murid-Nya turut melaksanakannya?

Apa yang dilakukan Yesus pada malam sebelum dia kemudian ditangkap dan disiksa serta diekseskuis bukan makan malam biasa melainkan apa yang disebut Seder Pesakh yang merupakan ritual tahunan tiap jatuh Tgl 14 Nisan yang ditandai dengan memakan roti tidak beragi dan meminum anggur serta makanan lainnya sesuai dengan aturan agama Yudaisme. DR. David Stern dalam bukunya, Jewish New Testament Commentary menjelaskan, “Seder adalah, Tata Cara, namun istilah ini menunjuk pada tata cara makan dan perayaan yang dilaksanakan saat Pesakh. Hari ini, bagian-bagian dari peristiwa Paskah, doa-doa, cerita dan berbagai hidangan yang dimakan dipersiapkan dalam bentuk Haggadah (penceritaan) yang mengumpulkan cerita Kitab Suci mengenai keluarnya Bangsa Israel dari Mesir dengan tambahan-tambahan Rabinik. Banyak dari ciri-ciri dalam Seder Modern tetap dilaksanakan dimasa hidup Yeshua” (JNTP, 1998, p.78).

Untuk dapat memahami makna yang terkandung dalam Seder Pesakh, maka perlu mengkaji unsur-unsur liturgis dan berbagai hidangan yang tersedia selama pelaksanaan Seder Pesakh, yang antara lain adanya empat cawan anggur dan roti tidak beragi serta sayur pahit. Apakah unsur-unsur di atas (empat cawan anggur, matsah, maror, karpas, kharoset) dilakukan oleh Yesus bersama muridnya, tidak ada keterangan detail dalam Lukas 22:14-23. Namun jika ritual Seder sedemikian telah dilakukan sejak orang Yahudi pulang dari Babilon, maka kita patut menduga bahwa usur-unsur tersebut ada dalam pelaksanaan Seder oleh Yesus. Paling tidak, ada dua unsur yang dicatat dalam Lukas 22: 17 dan 19 mengenai “cawan” dan “roti”. Padahal minum cawan berisi anggur dalam perintah Pesakh di Sinai tidak disebutkan. Ritual ini ditambahkan setelah orang Yahudi pulang dari pembuangan. Maka kuat diduga bahwa Yesus pun memakan unsur-unsur lain dalam Seder Pesakh seperti makan maror dan karpas, serta karoset.

Cawan apa? Roti apa? Dengan mengikuti latar belakang historis dan keagamaan Yudaisme paska pembuangan Babilonia, maka cawan yang dimaksud adalah cawan berisi anggur dan roti yang dimaksud adalah roti tidak beragi (Ibr: matsah). Gereja dan Kekristenan pada umumnya yang tidak memiliki pemahaman terhadap akar Ibrani sebagai akar Kekristenan, memaknai roti dan anggur sebagai unsur utama yang harus ada dalam Pesakh namun melepaskan dua unsur tersebut dari unsur-unsur yang lain (maror, kharoset, matsah). Bahkan roti yang dipergunakan oleh Gereja dan Kekristenan pada umumnya dipergunakan roti biasa yang beragi.

Pemahaman tentang Roti Tidak Beragi (matsah) didasarkan atas perintah YHWH di Sinai untuk dilakukan Bangsa Israel turun temurun sebagaimana dikatakan dalam Imamat 23:5-8. Sementara perintah YHWH di Sinai untuk mereklamasi peristiwa historis keluarnya Bangsa Israel dari Mesir untuk menerima pembebasan dan penebusan YHWH sebagaimana dikatakan dalam Keluaran 12:1-15.


Dengan pemahaman historis dan keagamaan Yahudi Abad I Ms yang merupakan kelanjutan keturunan Israel yang mengalami pembebasan dari perbudakan Mesir dan yang telah menerima Torah di Sinai, maka konteks peristiwa ritual yang dilaksanakan Yesus dalam Lukas 22:14-23 menjadi utuh. Yesus dan para murid-murid-Nya melaksanakan Seder Pesakh pada petang hari saat memasuki Tgl 14 Nisan.

Dalam Seder Pesakh malam itu, Yesus memberikan makna baru dalam setiap unsur-unsur di dalamnya. Khususnya simbolisasi  matsah ( roti tidak beragi) dan kos (cawan) berisi pri hagafen (hasil buah anggur). Mengenai cawan berisi anggur, Yesus berkata dalam Matius 22:17 dan 20 sbb, “Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu". Mengenai roti tidak beragi, Yesus berkata dalam Lukas 22:19 sbb, ”Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”.

Yesus menghubungkan matsah dengan tubuh-Nya yang akan diserahkan untuk untuk semua orang. Artinya, diri-Nya akan ditangkap, disiksa dan dibunuh di kayu salib untuk menggenapkan rencana Bapa-Nya, penebusan manusia dari kutuk dosa yaitu maut. Dan cawan berisi anggur dihubungkan dengan darah-Nya yang akan ditumpahkan untuk membasuh dosa semua orang. Darah ini menjadi meterai “perjanjian yang diperbarui” (Ibr: brit khadasha). Perjanjian pertama dimeteraikan oleh darah, demikian pula perjanjian yang diperbarui dimeteraikan oleh darah, sebagaimana dikatakan, “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut (Torah) dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibr 9:22)

Ir. Ester A. Sutanto, M.M., M.Min. menjelaskan sbb: “Yesus memulai Perjamuan Malam Terakhir menurut tata cara Taurat dan tradisi Yahudi. Namun ada yang tidak lazim pada Perjamuan Malam Terakhir di Yerusalem itu: Yesus memaknai roti dan anggur secara baru, memberi perspektif eskatologis yang baru dan menetapkan perjamuan malam...Perjamuan yang Yesus inginkan adalah seperti pada perayaan Paskah Yahudi, suatu peringatan akan Keluaran, tetapi yang ditarik lebih jauh sampai pada peristiwa Salib yang pada waktu itu masih akan terjadi, dan dalam pengharapan akan kedatangan Kerajaan (Tuhan) di masa depan”(Liturgi Meja Tuhan: Dinamika Perayaan-Pelayanan, Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, 2005, hal 20-21).

Setelah memecah roti dan meminum anggur, Yesus bersabda,“Lakukanlah ini untuk mengingat Aku”(Luk 22:18) Dalam teks Yunani berbunyi “emen ananesin” dan oleh Hebrew New Testament diterjemahkan “lezikron li”. Kata Ibrani זכור (zakor dalam bahasa Arab dzikir) merupalan bentuk kata kerja yang mengindikasikan pengulangan dan permenungan tinimbang sebuah hafalan berdasarkan kerja otak.

Seder Pesakh dilaksanakan satu tahun sekali saat jatuh Tgl 14 Nisan untuk mengingat dan merenungkan karya Mesias yang telah menumpahkan darah dan menyerahkan tubuh-Nya bagi dosa-dosa manusia. Ir. Ester A. Sutanto, M.M., M.Min mengatakan, “Selanjutnya ajaran Yesus kepada murid-murid-Nya yaitu “...perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” yang sampai kepada gereja melalui tulisan Lukas dan Paulus, telah membuat Liturgi Meja suatu ibadah yang dilaksanakan selama-lamanya olreh gereja”(Ibid., Ir. Ester A. Sutanto,hal 31).

Berikut ini dua lukisan yang menggambarkan secara berbeda peristiwa Seder Pesakh yang kemudian dipahami dan diingat sebagai Last Supper (Perjamuan Malam Terakhir). Gambar yang pertama memperlihatkan suasana kehidupan sosial keagamaan dengan latar belakang Yudaisme di Timur Tengah sementara gambar kedua memperlihatkan latar belakang Kekristenan Eropa Abad Pertengahan buah karya Leonardo Da Vinci yang dilukis di biara Santa Maria pada tahun 1495 sampai tahun 1497
.



Dari uraian di atas kita dapat merekonstruksi kembali sebuah perjalanan dan pemahaman iman yang berakar dari dunia Yahudi memasuki dunia Yunani dan Eropa hingga Asia sehingga berkembang menjadi ritual-ritual yang lebih kompleks. Apapun perbedaannya dalam menghayati karya kematian dan kebangkitan Yesus di kayu salib untuk menebus umat manusia dari kutuk dosa, marilah kita satu dalam sabda Yesus untuk makan roti dan minum anggur yang melambangkan penderitaan dan kewafatan-Nya sebagaimana dikatakan, “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22:19).

Selamat merayakan Pesakh, ha Matsah, Bikurim bagi gereja-gereja yang merayakan dalam bingkai perayaan Yudaisme. 

Selamat merayakan Jumat Agung dan Minggu Paskah bagi gereja-gereja yang merayakan dalam bingkai kalender gerejawi umum

Selamat merayakan Pekan Suci khususnya Hari Tri Suci yaitu Kamis Putih, Jum'at Agung, Minggu Paskah bagi gereja-gereja yang merayakan dalam bingkai tradsi Gereja Ritus Barat dan Gereja Ritus Timur

No comments:

Post a Comment