Friday, April 27, 2018

HEBREW MINDSET


Tim Hegg menjelaskan perihal Hebraic Mindset sbb: “Berpikir secara Ibrani berarti berpikir sebagaimana orang Ibrani berpikir pada zaman lampau. Mengapa hal ini demikian penting? Karena sebagain besar isi Kitab Suci, dituliskan oleh orang-orang Ibrani. Sebenarnya, hanya Lukas dari keseluruhan penulis Kitab Suci yang bukan seorang Yahudi berdasarkan kelahirannya (setidaknya menurut pendapat sarjana modern). Agar kita dapat memahami yaitu cara berbicara, mengenai kata-kata yang dipergunakan serta pentingnya persoalan-persoalan kehidupan yang digambarkan oleh seseorang dalam kebudayaan Ibrani, maka kita harus memahami dengan istilah umum, mengenai bagaimana orang Ibrani berpikir, bagaimana mereka melihat kehidupan - pandangan dunia yang mereka miliki” (Interpreting the Bible: An Introduction to Hermeneutics, 2000:20).
Namun demikian apalah lantas kita membuang Helenistic Mindset (cara pandang Yunani)? Saya tidak sependapat bahwa cara pandang Yunani dibuang begitu saja. Yang harus dibuang adalah paradigma dan kecenderungan untuk menggunakan cara pandang Helenis (Yunani) untuk memahami pikiran Kitab Suci yang ditulis oleh orang Ibrani dengan struktur khas Ibrani, karena jika paradigma ini tetap dilestarikan maka akan semakin mendistorsi pemahaman kita terhadap sejumlah teks dan peristiwa historis dalam Kitab Suci.

Kita cukup mengetahui cara pandang Yunani itu apa (sebaik kita mengetahui cara pandang suatu kebudayaan yang menjadi latar belakang kita) dan mencari celah untuk mewartakan Kabar Baik itu dalam bingkai apapun termasuk kebudayaan Yunani (termasuk kebudayaan Indonesia) tanpa menghilangkan essensi dan akar berita yang kita bawa.
Karena Rasul Paul telah memberikan teladan, bagaimana dia mempelajari sastra dan filsafat Yunani sehingga dalam beberapa suratnya dia mengutip tulisan-tulisan filsuf Yunani untuk menemukan celah mewartakan Kabar Baik. Rasul Paul thoh mengutip Sajak Epimenides perihal Agnostho Theo (Kis 17:23), mengutip sajak Aratus/Cleanthes perihal Tou gar kai henos esmen (Kis 17:28), mengutip Sajak Menander perihal, phtheirousin hethe chresth homiliai kakai (1 Kor 15:33) serta mengutip saja Epimenides dari Kreta perihal, Kretes aei pseustai kaka theria gasteres argai (Tit 1:12).
Mari membaca Kitab Suci dengan paradigma berfikir Ibrani tanpa membuang teks berbahasa Yunani darimana Kitab Perjanjian Baru dituliskan.

No comments:

Post a Comment