Thursday, April 26, 2018

KRISTEN HELENIS?


Suatu ketika, saya pernah mendapatkan keluh kesah dan uneg-uneg dari seseorang yang sedang belajar tentang akar Ibrani dari iman Kristen di sebuah group media sosial whatsaap. Seperti biasa dan saya duga, orang-orang baru kerap menjadi kecewa karena bentuk-bentuk komunikasi di antara sesama anggota group yang terkadang sarat dengan klaim-klaim absolut dan mudah menghakimi mereka yang berbeda dengan sebutan sesat.

Orang tersebut mengutarakan kekecewaannya karena orang-orang seperti dirinya malah kerap dituding sebagai “anti semit”, “kristen helenis” dll. Dia memberikan apresiasi terhadap buku yang saya tulis dan bagaimana saya menjawab dan memperlakukan dirinya saat bertanya tentang hal yang tidak dipahaminya.


Ya, ditengah euforia untuk mempelajari akar ibrani dari kekristenan, kerap muncul berbagai pernyataan-pernyataan dan perilaku yang berlebihan dan cenderung fanatik buta namun tanpa diimbangin pengetahuan dan pemahaman yang memadai dengan dukungan keilmuan dan pembelajaran yang sistematis rasional. Ambil contoh perihal julukan yang kerap dilontarkan terhadap mereka yang belum memahami konsep-konsep ajaran mesianik atau kembali ke akar Ibrani kerap dituding sebagai “kristen helenis”.

Pemahaman tentang akar ibrani, pemahaman tentang bahasa ibrani, pemahaman tentang cara berfikir ibrani, sejatinya bukan untuk menyudutkan tubuh mesias yang lain dengan memberikan julukan-julukan sedemikian. Kita belajar akar ibrani hanya untuk memahami teks kitab suci dan sabda-sabda Yesus dengan lebih baik dan bukan menjadi penentu kualitas kerohanian kita seolah-olah lebih kudus dan benar dari orang lain.
Terkait istilah “kristen helenis”, kita tidak boleh lupa bahwa pengikut Yesus itu terdiri dari banyak kelompok baik orang Yahudi (Ibrani), Yunani ataupun Yahudi yang berbahasa Yunani sebagaimana dikatakan, “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani (helenistoon) terhadap orang-orang Ibrani (hebraious), karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari” (Kis 6:1).
Frasa Yunani, εγενετο γογγυσμος των ελληνιστων προς τους εβραιους (egeneto goggusmos toon Hellenistoon pros tous Hebraious) diterjemahkan dalam bahasa Inggris secara berbeda. DR. David Stern dalam tafsir terhadap Kisah Rasul 6:1 mengakui perdebatan di antara para penerjemah dengan mengatakan, “The Greek words are ‘Helleniston’ and ‘Hebraious’ (Helenist and Hebraist) and their precise meaning is debatable” (Jewish New Testament Commentary, JNTP 1998:239). Ada penerjemah yang menerjemahkan kata Helleniston sebagai “orang Yunani” sementara penerjemah lain menerjemakan kata  Helleniston sebagai “orang-orang yang berbahasa Yunani sekalipun dia seorang Yahudi. Kita lihat beberapa versi terjemahan tersebut sbb:

Kelompok Pertama yang menerjemahkan Helleniston sebagai “orang Yunani”

"And in those days, when the number of the disciples was multiplied, there arose a murmuring of the Grecians against the Hebrews, because their widows were neglected in the daily ministration" (King James Version)


“Around this time, when the number of talmidim was growing, the Greek-speaking Jews began complaining against those who spoke Hebrew that their widows were being overlooked in the daily distribution(Complete Jewish Bible)


"About this time, when the number of disciples was increasing, the Hellenists made a complaint against the Hebrews: in the daily distribution their own widows were being overlooked" (New Jerusalem Bible)


"Now during those days, when the disciples were increasing in number, the Hellenists complained against the Hebrews because their widows were being neglected in the daily distribution of food" (New Revised Standard Version)


"And in these days, the disciples multiplying, there came a murmuring of the Hellenists at the Hebrews, because their widows were being overlooked in the daily ministration" (Young’s Literal Translation)


Kelompok Kedua yang menerjemahkan Helleniston sebagai “orang Yahudi berbahasa Yunani


"Now at this time while the disciples were increasing in number, a complaint arose on the part of the Hellenistic Jews against the native Hebrews, because their widows were being overlooked in the daily serving of food" (New American Standard Version)


"Now in those days, when the disciples were growing in number, a complaint arose on the part of the Greek-speaking Jews against the native Hebraic Jews, because their widows were being overlooked in the daily distribution of food" (New English Translation)


"In those days when the number of disciples was increasing, the Grecian Jews among them complained against the Hebraic Jews because their widows were being overlooked in the daily distribution of food" (New International Version)


Sementara terjemahan James Murdock Translation untuk Peshitta Aramaik Kisah Rasul 6:1 menerjemahkan sbb, “And in those days, when the disciples had become numerous, the Grecian disciples murmured against the Hebrew, because their widows were neglected in the daily ministration (to the needy)

Yang mana dari antara terjemahan di atas yang paling akurat menerjemahkan frasa Yunani, egeneto goggusmos toon Hellenistoon pros tous Hebraious dan frasa Aramaik, ratenu howaw Yawnayea talmideya ‘al Ebrayea dalam Kisah Rasul 6:1? Jika kita memilih kelompok terjemahan yang pertama maka lebih didasarkan pada akurasi bahasa dan akurasi terjemahan karena memang faktanya dikonfrontasikan antara Helleniston (Yawnayea) dan Hebraious (Ebrayea) yang secara literal dapat diterjemahkan sebagai “Helenis dan Ibrani”.

Namun saya lebih memilih kelompok terjemahan kedua sebagai yang paling mendekati benar dikarenakan penggunaan kata Hebraious biasanya lebih dihubungkan dengan kebahasaan tinimbang kesukuan. Saya setuju dengan pendapat DR. David Stern yang mengatakan, “the emphasis could be less on language than on culture or even on geography - whether these Jews were native to the Diaspora or to Ertez Israel” (penekanannya lebih kurang pada kebahasaan tinimbang masalah kebudayaan atau lokasi geografis – entahkan mereka tergolong orang-orang Yahudi Diaspora atau yang menjadi penduduk Israel alias Erets Israel, Ibid., p. 239).

Saya akan memberikan pembuktian melalui analisis teks atau analisis kebahasaan untuk mempertahankan argumentasi bahwa terjemahan kelompok kedua yang lebih benar. Pertama, Penulis Perjanjian Baru biasanya menggunakan frasa “Yahudi dan Yunani” (Ioudaios kai Hellenos) jika yang dimaksudkan adalah perihal kebangsaan dan kesukuan sebagaimana dikatakan, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Tuhan yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi (Ioudaios) tetapi juga orang Yunani (Helenos) (Rom 1:16)

Kedua,  kata “Ibrani” dihubungkan dengan bahasa sebagaimana pernyataan berikut: “Sesudah Paulus diperbolehkan oleh kepala pasukan, pergilah ia berdiri di tangga dan memberi isyarat dengan tangannya kepada rakyat itu; ketika suasana sudah tenang, mulailah ia berbicara kepada mereka dalam bahasa Ibrani (hebraidi dialektoon), katanya” (Kis 21:40).

Apakah istilah “Ibrani” hanya menunjuk pada bahasa dan bukan pada kebangsaan dan kesukuan? Tidak, istilah “Ibrani” memang bisa menunjuk baik kepada bahasa maupun kebangsaan atau kesukuan sebagaimana Rasul Paul pernah mengatakan: “Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani (Hebraioi)! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham!” (2 Kor 11:22) dan pada surat lainnya beliau menuliskan: “disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli (Hebraiois ex Hebraioon), tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi” (Fil 3:5).

Namun dalam konteks Kisah Rasul 6:1 sangat jelas bahwa yang dimaksudkan dalam narasi tersebut adalah orang-orang yang mengalami proses helenisasi khususnya orang Yahudi. Helenisme sendiri artinya bukan hanya merujuk pada suatu masa paska kematian Alexander Agung hingga kekuasaan Kleopatra, namun juga merujuk pada penetrasi budaya Yunani terhadap wilayah vasal seperti Yudea dan Persia (1)

Menariknya pada Abad XVI Ms J. Scaliger telah menafsirkan istilah Hellenistoon dan Hebraious sebagai kelompok orang-orang Yahudi yang menggunakan bahasa Yunani dan orang-orang Yahudi yang menggunakan bahasa Ibrani sebagaimana dikatakan: “At least from the 16th century onward (J. Scaliger) this text was interpreted to imply a contrast between Jews who used Hebrew and Jews who used Greek in the synagogue service. D. Heinsius developed the notion that Jewish Hellenistai used a special Greek dialect (lingua hellenistica), which is reflected in the Septuagint translation of the Bible” (2)


Dari analisis teks di atas – entahkah makna kata Yunani toon Hellenistoon hendak diterjemahkan “orang Yunani” atau “orang Yahudi berbahasa Yunani”, namun kenyataan di atas memperlihatkan bagaimana golongan Heleniston dan Hebraious berjalan bersama dalam perlindungan ajaran Yesus dan pelayanan para rasul. Bagaimana mungkin kita membuat dikotomi dan membuat julukan “kristen helenis” sementara secara historis mereka adalah bagian dari murid-murid Yesus juga?


(2) Ibid.,

No comments:

Post a Comment