Suatu ketika, saya pernah mendapatkan keluh kesah dan
uneg-uneg dari seseorang yang sedang belajar tentang akar Ibrani dari iman
Kristen di sebuah group media sosial whatsaap. Seperti biasa dan saya duga,
orang-orang baru kerap menjadi kecewa karena bentuk-bentuk komunikasi di antara
sesama anggota group yang terkadang sarat dengan klaim-klaim absolut dan mudah
menghakimi mereka yang berbeda dengan sebutan sesat.
Ya, ditengah euforia untuk mempelajari akar ibrani dari kekristenan, kerap muncul berbagai pernyataan-pernyataan dan perilaku yang berlebihan dan cenderung fanatik buta namun tanpa diimbangin pengetahuan dan pemahaman yang memadai dengan dukungan keilmuan dan pembelajaran yang sistematis rasional. Ambil contoh perihal julukan yang kerap dilontarkan terhadap mereka yang belum memahami konsep-konsep ajaran mesianik atau kembali ke akar Ibrani kerap dituding sebagai “kristen helenis”.
"And in those days, when the number of the disciples was multiplied, there arose a murmuring of the Grecians against the Hebrews, because their widows were neglected in the daily ministration" (King James Version)
Orang tersebut mengutarakan kekecewaannya karena
orang-orang seperti dirinya malah kerap dituding sebagai “anti semit”, “kristen
helenis” dll. Dia memberikan apresiasi terhadap buku yang saya tulis dan
bagaimana saya menjawab dan memperlakukan dirinya saat bertanya tentang hal
yang tidak dipahaminya.
Ya, ditengah euforia untuk mempelajari akar ibrani dari kekristenan, kerap muncul berbagai pernyataan-pernyataan dan perilaku yang berlebihan dan cenderung fanatik buta namun tanpa diimbangin pengetahuan dan pemahaman yang memadai dengan dukungan keilmuan dan pembelajaran yang sistematis rasional. Ambil contoh perihal julukan yang kerap dilontarkan terhadap mereka yang belum memahami konsep-konsep ajaran mesianik atau kembali ke akar Ibrani kerap dituding sebagai “kristen helenis”.
Pemahaman tentang akar ibrani, pemahaman tentang bahasa
ibrani, pemahaman tentang cara berfikir ibrani, sejatinya bukan untuk
menyudutkan tubuh mesias yang lain dengan memberikan julukan-julukan
sedemikian. Kita belajar akar ibrani hanya untuk memahami teks kitab suci dan
sabda-sabda Yesus dengan lebih baik dan bukan menjadi penentu kualitas
kerohanian kita seolah-olah lebih kudus dan benar dari orang lain.
Terkait istilah “kristen helenis”, kita tidak boleh lupa
bahwa pengikut Yesus itu terdiri dari banyak kelompok baik orang Yahudi
(Ibrani), Yunani ataupun Yahudi yang berbahasa Yunani sebagaimana dikatakan, “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin
bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa
Yunani (helenistoon) terhadap orang-orang Ibrani (hebraious), karena pembagian
kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari” (Kis 6:1).
Frasa Yunani, εγενετο γογγυσμος των ελληνιστων
προς τους εβραιους (egeneto goggusmos
toon Hellenistoon pros tous Hebraious) diterjemahkan dalam bahasa Inggris secara berbeda. DR. David Stern dalam tafsir
terhadap Kisah Rasul 6:1 mengakui perdebatan di antara para penerjemah dengan
mengatakan, “The Greek words are
‘Helleniston’ and ‘Hebraious’ (Helenist and Hebraist) and their precise meaning
is debatable” (Jewish New Testament Commentary, JNTP 1998:239). Ada penerjemah yang menerjemahkan kata Helleniston sebagai “orang Yunani” sementara penerjemah lain menerjemakan kata Helleniston sebagai
“orang-orang yang berbahasa Yunani sekalipun dia seorang Yahudi. Kita lihat beberapa versi terjemahan
tersebut sbb:
Kelompok
Pertama yang menerjemahkan Helleniston sebagai “orang Yunani”
"And in those days, when the number of the disciples was multiplied, there arose a murmuring of the Grecians against the Hebrews, because their widows were neglected in the daily ministration" (King James Version)
“Around this time, when the number
of talmidim was growing, the Greek-speaking Jews began complaining
against those who spoke Hebrew that their widows were being overlooked in the
daily distribution”(Complete Jewish Bible)
"About this time, when the
number of disciples was increasing, the Hellenists made a complaint
against the Hebrews: in the daily distribution their own widows were being
overlooked" (New Jerusalem Bible)
"Now during those days, when
the disciples were increasing in number, the Hellenists complained
against the Hebrews because their widows were being neglected in the daily
distribution of food" (New Revised Standard Version)
"And in these days, the disciples
multiplying, there came a murmuring of the Hellenists at the Hebrews,
because their widows were being overlooked in the daily ministration" (Young’s Literal Translation)
Kelompok
Kedua yang menerjemahkan Helleniston sebagai “orang Yahudi berbahasa Yunani”
"Now at this time while the disciples were
increasing in number, a complaint arose on the part of the Hellenistic Jews
against the native Hebrews, because their widows were being overlooked in the
daily serving of food" (New American Standard Version)
"Now in those days, when the
disciples were growing in number, a complaint arose on the part of the
Greek-speaking Jews against the native Hebraic Jews, because their widows
were being overlooked in the daily distribution of food" (New English Translation)
"In those days when the number
of disciples was increasing, the Grecian Jews among them complained
against the Hebraic Jews because their widows were being overlooked in the
daily distribution of food" (New International Version)
Sementara
terjemahan James Murdock Translation
untuk Peshitta Aramaik Kisah Rasul 6:1 menerjemahkan sbb, “And in those days, when the disciples had become numerous, the Grecian
disciples murmured against the Hebrew, because their widows were neglected
in the daily ministration (to the needy)
Yang
mana dari antara terjemahan di atas yang paling akurat menerjemahkan frasa
Yunani, egeneto goggusmos toon
Hellenistoon pros tous Hebraious dan frasa Aramaik, ratenu howaw Yawnayea talmideya ‘al Ebrayea dalam Kisah Rasul 6:1?
Jika kita memilih kelompok terjemahan yang pertama maka lebih didasarkan pada
akurasi bahasa dan akurasi terjemahan karena memang faktanya dikonfrontasikan
antara Helleniston (Yawnayea) dan Hebraious (Ebrayea) yang secara literal
dapat diterjemahkan sebagai “Helenis dan Ibrani”.
Namun
saya lebih memilih kelompok terjemahan kedua sebagai yang paling mendekati benar
dikarenakan penggunaan kata Hebraious
biasanya lebih dihubungkan dengan kebahasaan tinimbang kesukuan. Saya setuju
dengan pendapat DR. David Stern yang mengatakan, “the emphasis could be less on language than on culture or even on
geography - whether these Jews were native to the Diaspora or to Ertez Israel”
(penekanannya lebih kurang pada kebahasaan tinimbang masalah kebudayaan atau
lokasi geografis – entahkan mereka tergolong orang-orang Yahudi Diaspora atau
yang menjadi penduduk Israel alias Erets Israel, Ibid., p. 239).
Saya
akan memberikan pembuktian melalui analisis teks atau analisis kebahasaan untuk
mempertahankan argumentasi bahwa terjemahan kelompok kedua yang lebih benar. Pertama, Penulis Perjanjian Baru biasanya menggunakan frasa “Yahudi
dan Yunani” (Ioudaios kai Hellenos) jika yang dimaksudkan adalah perihal kebangsaan
dan kesukuan sebagaimana dikatakan, “Sebab
aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan
Tuhan yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi
(Ioudaios) tetapi juga orang Yunani (Helenos)” (Rom 1:16)
Kedua, kata “Ibrani” dihubungkan dengan bahasa sebagaimana
pernyataan berikut: “Sesudah Paulus
diperbolehkan oleh kepala pasukan, pergilah ia berdiri di tangga dan memberi
isyarat dengan tangannya kepada rakyat itu; ketika suasana sudah tenang,
mulailah ia berbicara kepada mereka dalam bahasa Ibrani (hebraidi dialektoon), katanya” (Kis 21:40).
Apakah
istilah “Ibrani” hanya menunjuk pada bahasa dan bukan pada kebangsaan dan
kesukuan? Tidak, istilah “Ibrani” memang bisa menunjuk baik kepada bahasa
maupun kebangsaan atau kesukuan sebagaimana Rasul Paul pernah mengatakan: “Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang
Ibrani (Hebraioi)! Apakah mereka orang Israel? Aku
juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan
Abraham!” (2 Kor 11:22) dan pada surat
lainnya beliau menuliskan: “disunat pada
hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli (Hebraiois ex Hebraioon), tentang pendirian terhadap hukum
Taurat aku orang Farisi”
(Fil 3:5).
Namun
dalam konteks Kisah Rasul 6:1 sangat jelas bahwa yang dimaksudkan dalam narasi
tersebut adalah orang-orang yang mengalami proses helenisasi khususnya orang
Yahudi. Helenisme sendiri artinya bukan hanya merujuk pada suatu masa paska
kematian Alexander Agung hingga kekuasaan Kleopatra, namun juga merujuk pada
penetrasi budaya Yunani terhadap wilayah vasal seperti Yudea dan Persia (1)
Menariknya
pada Abad XVI Ms J. Scaliger telah menafsirkan istilah Hellenistoon dan Hebraious
sebagai kelompok orang-orang Yahudi yang menggunakan bahasa Yunani dan
orang-orang Yahudi yang menggunakan bahasa Ibrani sebagaimana dikatakan: “At least from the 16th century onward (J.
Scaliger) this text was interpreted to imply a contrast between Jews who used
Hebrew and Jews who used Greek in the synagogue service. D. Heinsius developed
the notion that Jewish Hellenistai used a special Greek dialect (lingua
hellenistica), which is reflected in the Septuagint translation of the Bible”
(2)
Dari analisis teks di atas – entahkah makna kata Yunani toon
Hellenistoon hendak
diterjemahkan “orang Yunani” atau “orang Yahudi berbahasa Yunani”, namun
kenyataan di atas memperlihatkan bagaimana golongan Heleniston dan Hebraious
berjalan bersama dalam perlindungan ajaran Yesus dan pelayanan para rasul.
Bagaimana mungkin kita membuat dikotomi dan membuat julukan “kristen helenis”
sementara secara historis mereka adalah bagian dari murid-murid Yesus juga?
(2) Ibid.,
No comments:
Post a Comment