Wednesday, July 25, 2018

HARUSKAH MENGGUNAKAN GEMATRIA?


Seiring dengan minat terhadap kajian-kajian perihal latar belakang semitik yudaik untuk memahami sabda Yesus dalam Kitab Perjanjian Baru, sejumlah orang kerap melibatkan tafsir gematria dalam melakukan tafsir terhadap teks Kitab Suci.
Layakkah menggunakan tafsir gematria? Gematria adalah sistem numerologi dimana setiap huruf Ibrani mewakili angka tertentu, misalkan alef 1, bet 2, kaf 10 dst. Sistem ini dikembangkan oleh para praktisi Kabbalah (mistisisme Yahudi), berasal dari pengaruh Yunani dan menjadi alat untuk menafsirkan teks-teks Kitab Suci. Satu kata memiliki nilai numerik dengan menambahkan bersama nilai-nilai setiap huruf di dalamnya.

Dalam ranah penafsiran Kitab Suci, para komentator mendasarkan argumen pada kesepadanan numerologi kata-kata. Sekalipun gematria digunakan secara berkala dalam Talmud dan Midrash, namun itu tidak menjadi bagian penting bagi sastra rabinik.
Para rabi kadang-kadang menggunakan gematria untuk membantu mendukung penafsiran Kitab Suci, tetapi tidak terlalu bergantung padanya. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dalam penggunaan penalaran dan argumentasi logis untuk mendukung posisi mereka. Sebaliknya, gematria sangat penting untuk Kabalah, tradisi mistik Yahudi. Nama-nama Tuhan dan permutasi nama Tuhan (pengubahan urutan angka) dalam Kabalah memiliki nilai-nilai numerik yang diyakini mengandung kekuatan ampuh.
Istilah gematria sendiri berasal dari geometria Yunani, dan konsepnya dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan filsuf Yunani Plato. Sefer Yetzirah, teks kabalistik paling awal, diyakini telah ditulis pada abad ke-2 Ms, adalah teks kabbalistik pertama untuk menguraikan sistem gematria.
Teks ini berkaitan dengan ciptaan Tuhan tentang alam semesta melalui kekuatan abjad Ibrani, dan dengan permutasi dari nama Tuhan. Karena unsur spekulasi yang tinggi dibalik kalkulasi bilangan dalam setiap huruf dan kata Ibrani dan cenderung terjatuh pada ramalan, maka metode ini sebaiknya tidak menjadi yang utama.
Kata Ibrani drash (Am 5:4) bukan hanya “mencari” melainkan “menyelidiki”. Kata ini menjadi pedoman utama bagi kita dalam memahami Firman Tuhan dengan melakukan analisis teks dan konteks serta perbandingan dengan teks-teks lainnya.

Yang tersembunyi biarlah menjadi milik-Nya sebagaimana dikatakan, הנסתרת ליהוה אלהינו - hanistarot la YHWH Eloheinu) sementara yang disingkapkan  biarlah menjadi bagian kita untuk diselidiki dan dipahami sebagaimana dikatakan,   והנגלת לנו ולבנינו - wehaniglot lanu ulevanenu). Demikianlah selengkapnya dikatakan, "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi YHWH Tuhan  kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini" (Ul 29:29).

No comments:

Post a Comment